Archive for 2013

Gosip Jalanan : Mengamati Tulisan di Body Truk

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Sahabat, pernahkah sahabat berpergian dan bertemu dengan banyak kendaraan, terutama truk dan memperhatikannya? Yah, mungkin ketika kita memperhatikan dengan detail, terkadang ada hal-hal lucu, unik dan juga menginspirasi dari sebuah bagian yang ada di kendaraan-kendaraan itu. 

Apa itu? Yupz, coba kita perhatikan tulisan-tulisan yang ada di sana, biasanya ada di bagian belakang kendaraan itu. Bermacam-macam pokoknya, misalnya : “Berangkat Karena Tugas, Pulang Karena Beras” atau “New Coopy (maksudnya nyukupi)” atau “Kadung Tresna wis tau Anyar (Terlanjur cinta udah pernah baru)” dan lain sebagainya. 

Ada yang cukup menarik perhatian saya hari ini yaitu sebuah tulisan di bagian belakang kendaraan yang sempat terjebak macet bersama saya hari ini, kata-kata tersebut berbunyi “Pulang Malu Gak Pulang Rindu.” Yah, ini barang kali menggambarkan potret seorang kepala keluarga yang belum merasa berhasil memberikan kebahagiaan materi untuk anak-istrinya. Hemmm....


Sahabat pembaca yang baik hatinya, materi memang dibutuhkan dalam kita menjalani hidup di dunia ini. Tetapi, menjadi tidak baik ketika kurangnya hal itu menjadi penghalang bagi kita untuk menjadikan keluarga kita sebagai tempat bersandar ketika kita lelah, atau tempat mencurahkan rasa cinta dan kasih sayang kita. Begitu juga sebaliknya ketika sahabat menjadi istri atau seorang anak, tidak seharusnya menganggap seorang suami atau ayah tidak berguna ketika dia tidak bisa memberikan kelapangan materi. 


So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita tanamkan sejak dini dalam keluarga kita, bagaimana saling mengasihi, saling menghormati dan saling menghargai setiap usaha yang dilakukan dari masing-masing anggota keluarga kita, tidak ada yang tidak berguna, sekecil apapun yang dilakukan, pasti mempunyai andil yang penting. So, mari kita ganti kata-katanya “Gak Pulang Dinanti, Pulang Disayangi.” Hihihi


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 26 Desember 2013
Posted by Unknown

Pengaruh Suasana Belajar bagi Anak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke tempat saudara untuk sebuah keperluan. Setelah saya selesai menyampaikan maksud dan tujuan utama saya, kami berbincang tentang hal yang lain. Salah satunya kami berbincang tentang sekolah sepupu saya yang masih duduk di bangku sekolah dasar yang berada lumayan jauh dari pusat kota tempat saudara saya tinggal.

Saudara saya ini ingin anak-anaknya maju didalam urusan agama atau pengetahuan agamanya, makanya disekolahkanlah sepupu saya itu di sekolah yang berbackground Islam. Salah satu alasan kenapa dipilihkan sekolah yang letaknya didaerah yang jauh dari kota adalah kebiasaan sepupu saya itu. Nah, kurang lebih seperti ini kata-kata saudara saya tentang anaknya itu “Jadi to mas si Mufli (Nama sepupu saya) ini, dulu pas masih TK sering diajak bapaknya pergi kemana-mana. Nah, ada perbedaan ketika dia diajak pergi ke daerah kota sama ke daerah yang melewati sawah-sawah misalnya pas mau ke tempat embahnya. Kalau dia itu diajak pergi ke daerah kota-kota gitu, pas di jalan dia Cuma diam aja, paling liat kiri kanan, kalau gak ya tidur. Tapi kalau lewatnya di daerah yang alam gitu, misalnya sawah, lihat sungai-sungai gitu atau yang lainnya dia jadi berubah, jadi aktif ngomong. Tahu gak mas apa yang diucapkannya? Dia kalau pas dijalan gitu bisa nerocos hafalin surat-surat pendek yang diajarin di sekolah mas. Makanya SDnya tak pilihkan sana (edit) dan Alhamdulillah kebiasaanya itu masih berlanjut sampai sekarang.”
 

Sahabat pembaca yang baik hatinya, saya terinspirasi dari cerita saudara saya itu, ternyata suasana belajar yang didapatkan anak itu sangat berpengaruh pada semangat dan juga kemauan anak untuk belajar. Dan menurut saya saudara saya itu cukup tanggap dengan suasana belajar yang dibutuhkan si anak yang disimpulkannya sendiri bahwa si anak ini lebih cocok belajar dengan suasana seperti di sekolanya saat ini yang cukup tenang dan suguhan yang ada disekitar sekolanya pun juga sangat menyegarkan mata dan jauh dari kebisingan suasana kota.
 

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, alangkah bahagianya anak-anak kita ketika ia mendapatkan suasana belajar seperti yang ia butuhkan, bukan hanya bahagia tetapi juga semangatnyapun tentu akan lebih besar. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari, kita pelajari dan kita amati kebutuhan suasana belajar untuk anak-anak kita dan semaksimal mungkin kita berikan suasana itu, tentunya yang masih dalam batas kewajaran dan itu baik lho yaaa?

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 23 Desember 2013
Posted by Unknown

Bijaksana dalam Mengisi Liburan Sekolah

Libur tlah tiba…
Libur tlah tiba…
Hore…hore…
Hatiku gembira…
(by : Tasya)


Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Bagaimana kabar hari ini? Sehat? Alhamdulillah…
Sahabat pembaca yang baik hatinya, taukah lirik lagu anak-anak di atas? Yupz, lagu yang sempat dipopulerkan oleh Tasya penyanyi cilik pada jamannya itu, yang bercerita tentang liburan sekolah. 


Yah, mungkin tidak jauh berbeda dengan kondisi sebentar lagi, yaitu akan datangnya liburan semester pertama bagi anak-anak sekolah. Barangkali sudah menjadi fitrah bagi anak-anak sekolah yang akan selalu menyambut dengan sangat gembira dan antusias momen-momen liburan itu. Ada yang ingin berkunjung ke rumah kakek-nenek, ada yang ingin wisata, ada yang ingin santai di rumah dan berbagai macam kegiatan lainnya.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, setiap orang tua pasti mengharapkan yang dilakukan putra-putrinya adalah kegiatan yang bermanfaat. Tapi, pada kenyataanya tidak sedikit anak-anak yang melewatkan hari-hari liburannya dengan hal-hal yang kurang baik bagi perkembangan anak. Sebagai contoh, anak-anak hanya menghabiskan masa liburan merekan dengan hanya bermalas-malasan dirumah, sambil melihat Televisi, atau bermain Game Online setiap saat. Akibatnya, ketika liburan telah usai, si anak masih ingin menikmati hal yang sama disaat liburan mereka telah berakhir, masih ingin bermalas-malasan, santai dirumah dan bermain game sepuasnya.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, ternyata banyak penyebab kenapa anak-anak menjadi seperti itu, salah satunya orang tua yang membiarkan anak-anak mereka menikmati liburannya sendiri karena kesibukan masing-masing dari orang tua tersebut, tanpa memberikan kegiatan yang positif bagi anak-anaknya.
Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, liburan bisa berdampak menjadi beberapa hal yang bisa saya simpulkan disini.


Pertama, liburan menjadi obat. Maksudnya, ketika liburan dimanfaatkan atau diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan penyegaran kembali untuk anak-anak. Semisal dengan mengajak anak rihlah atau piknik ke tempat-tempat wisata, atau berkunjung silaturrahim ke tempat sanak saudara atau kerabat yang berada jauh tempat tinggalnya.


Kedua, liburan bisa menjadi racun. Apa itu? Yupz, sudah digambarkan diatas, ketika seorang anak mengisi liburan mereka hanya dengan bermalas-malasan didepan televisi atau menghabiskan waktu dengan menatap layar monitor computer untuk bermain game online dan sebagainya, itulah liburan yang menjadi racun.


Ketiga, liburan menjadi makanan. Nah, yang ini berbeda dari yang diatas tadi. Trus apa? Yups, yang ini kurang lebih seperti ini. Liburan bisa menjadi makanan ketika dimanfaatkan dengan kegiatan-kegiatan yang positif, misalnya, dengan mengikuti jambore, atau ikut kursus music atau belajar melukis, atau ikut training jurnalistik, atau kursus fotografi dan masih banyak yang lainnya yang intinya kegiatan-kegiatan positif yang tidak atau jarang dijumpai disekolah. Tentunya yang memberikan manfaat dan juga pengalaman baru bagi anak-anak.


Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, itu tadi beberapa kurang lebih dampak-dampak yang bisa muncul dari kegiatan liburan anak-anak kita. Nah, sudah semestinyalah bagi setiap orang tua untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan apa saja yang boleh diikuti anak-anaknya, jangan sampai mereka melewati liburan tanpa perhatian dan pengawasa dari orang tua. Dan tentunya dengan harapan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan anak-anak kita bisa memberikan pengalaman baru untuk mereka dan memberikan semangat yang lebih besar ketika mereka kembali ke sekolah setelah liburan usai.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 19 Desember 2013
Posted by Unknown

Belajar Jujur dari Anak-Anak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Bagaimana kabar hari ini? Sehat? Alhamdulillah,,, bersyukurlah bagi kita yang sehat dan mohon do’anya agar saya yang saat ini sedikir meriang bisa segera fit kembali. Aamiin.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, semua pakar pendidikan ataupun pakar yang ahli dalam mengasuh anak pasti mengajarkan agar kita mendidik dan mengajari anak dengan sebaik-baiknya. Tidak ada yang salah dengan itu, orang tua memanglah guru terbaik dan yang pertama kali mengajari anak-anaknya. Dari mulai sekedar mengajarkan kata “papa” ato “mama” dan juga mengajarkan hal-hal yang baik berikutnya. Tapi sahabat, adakah kita perhatikan anak-anak pada umumnya? Ternyata ada hal yang patut kita tiru dari mereka. Apa itu? Yupz… yaitu bagaimana mereka dengan polosnya mengatakan setiap apa yang mereka tahu dengan penuh kejujuran dan tanpa ditutup-tutupi. Sangat ringan bagi mereka mengatakan apa-apa dengan sesungguhnya, karena mereka berpikir semua akan baik-baik saja. Dan bukankah sejatinya demikian sahabat? Hanya saja bagi kita yang sudah dewasa justru terkadang menutup-nutupi hal yang baik dengan ketidak jujuran. Kita sering berpikir jujur itu, terbuka itu terkadang berbahaya. Tidak sedikit orang yang tidak terbuka agar mendapatkan pujian, mendapatkan untung besar dan juga menutupi kesalahan ataupun keegoisan dirinya. Heemmm...


Masih ada yang lebih parah lagi. Ada pula orang tua yang secara sadar mengajarkan kepada anaknya untuk tidak jujur. Misalnya kisah berikut ini :
“Ada seorang ibu yang sedang bermasalah dengan rekannya. Saat itu rekannya itu mengirimkan pesan singkat yang berisi “Jeng, pokoknya urusan kita harus kita selesaikan sekarang, aku tidak peduli bagaimana usahamu. Aku akan datang kerumahmu setengah jam lagi.” Dalam kondisi itu sang ibu berniat untuk sembunyi didalam rumah ditenpat yang menurutnya tidak bisa dijangkau orang lain. Sebelum sembunyi, ia menitipkan pesan kepada anaknya yang berusia sekitar 5 tahun, namanya Sinta.


Ibu : “Dik, kalo tante Tari datang, bilang mama gak ada ya?”
Sinta :”mama mau kemana? mau pergi ya?”
Ibu :”Tidak, mama mau sembunyi di kamar belakang.”
Sinta :”Lho,, kenapa sembunyi ma?”
Ibu :”Sudah gak papa, pokoknya nanti bilang mama gak ada gitu. Sudah sana kamu nonton Tv aja sana!”
Setengah jam kemudian tante Tari datang. Apa yang terjadi?
Tante Tari : “Halo sinta…lagi nonton apa?”
Sinta :”Lagi nonton Sponge Bob tante…”
Tante Tari :”Mama mana?”
Sinta :”Kata mama, kalo tante datang, Sinta suruh bilang kalo mama gak ada tante…”
Tante Tari :”O,,, gitu? Terus sekarang mama dimana?”
Sinta :”Kata mama mau sembunyi di kamar belakang gitu..”
Tante Tari :”$%#%$&^(“
Gubrak dot com gak tuh?”
 

Sahabat pembaca yang baik hatinya, barang kali masih ada bahkan banyak orang tua yang tidak berani menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalahnya dan parahnya sang anak menjadi korban seperti cerita diatas. Korban apa? Yaitu korban keegoisan orang tua dengan memberikan contoh ketidak jujuran. Akan sangat disayangkan jika seorang anak yang fitrah ternodai dengan ketidak jujuran yang dicontohkan orang tuanya seperti itu, karena bukan tidak mungkin akan terbawa sampai ia dewasa kelak. Karena apa-apa yang kita ajarkan pada anak ibarat ukiran yang kita pahat diatas batu, yang akan membekas dan melekat pada dirinya sampai dewasa.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 16 Desember 2013
Posted by Unknown

Bukan Lahir Dari Batu

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Diiringi rintik air hujan yang sedari tadi masih terus mengguyur, kata demi kata, kalimat demi kalimat mulai berpindah dari benak saya menjadi sebuah tulisan ini untuk sekedar menyapa sahabat pembaca sekalian.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, kalau saya bertanya tentang cerita rakyat Malin Kundang, tentu sahabat pembaca sekalian tahu bukan? Kurang lebih cerita yang berkisah tentang kedurhakaan seorang anak kepada Ibunya yang berakhir dengan sebuah kutukan dari sang Ibu hingga akhirnya Malin Kundang berubah menjadi batu. Kisah itu sangat merakyat di Negeri ini dan sangat menginspirasi pendengar bagaimana harus bersikap kepada orang tua kita, terlebih ibu kita. Karena setidaknya beliaulah yang harus kita dahulukan untuk kita hormati, bahkan 3 kali, sebelum ayah kita.


Ada sebuah kisah lain tentang sebuah keluarga yang tengah diuji dengan masalah keluarga. Barangkali tidak perlu saya ceritakan seperti apa masalahnya, saya hanya akan sedikit mengutip sebuah kalimat dari seorang anak dari keluarga itu. Waktu itu, secara posisi memang sang Ibu yang kurang tepat sikapnya, hingga memicu permasalahan keluarga itu dan imbasnya ke anak-anaknya. Hingga suatu ketika muncul sebuah perdebatan dan ada sebuah kalimat yang terlontar dari salah seorang anak ke saudara-saudaranya : “Iya, ibu memang salah, tapi aku tidak mau dia terus-terusan menjadi korban kebencian kalian, padahal kesalahannya tak seberapa dan aku akan meluruskan sikapnya. Kalian harus ingat, dari rahimnyalah kita lahir, bukan dari batu.”


Sahabat pembaca yang baik hatinya, ada sebuah nasehat dari seorang rekan ketika saya berkunjung ke rumahnya, ketika itu rekan saya baru saja dikaruniai anak pertama. Kurang lebih seperti ini nasehatnya :”Kalau sampai saat ini kita belum menemukan alasan kenapa kita harus berbakti dan sangat-sangat menyayangi ibu kita, maka bagi kita yang laki-laki, coba, nanti ketika istri kita melahirkan, dampingilah disisinya dan lihat perjuangannya.” Ketika itu rekan saya bercerita bagaimana ia mendampingi istrinya yang tengah melahirhkan sampai baju yang dikenakannya tak berwujud lagi karena sobek semua lantaran cengkeraman sang istri yang tengah bersusah-payah berusaha mengeluarkan sang buah hati dari rahimnya. Nah, kurang lebih seperti itulah perjuangan ibu-ibu kita. Barang kali masih ada yang ngeyel “Lha sekarang kan bisa cesar” tinggal kita katakan “Loe pikir cesar kagak sakit apa?”


Sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita mulai dari diri kita sendiri, semoga kelak anak-anak kita bisa menjadi anak-anak yang sholih, yang berbakt pada ibu bapaknya dengan keteladanan yang kita berikan sejak saat ini. Insya’ Allah…


Saya : 100% Kak Wall. 
Kamis, 12 Desember 2013
Posted by Unknown

Tanam Kebaikan Untuk Generasi Masa Depan

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar hari ini? Tetap semangat kan?

Ada sebuah cerita pendek yang akan saya sampaikan untuk pembaca sekalian. Seorang kakek yang sudah cukup lanjut usianya menanam sebuah tunas kelapa yang baru tumbuh satu daun di kebun belakang rumahnya. Kemudian ada seorang pemuda menghampirinya sembari berkata “Kek, usia kakek tu udah tua, kenapa memanam kelapa? Bukankah kelapa baru akan berbuah bertahun-tahun lagi? Kenapa tidak menamam yang cepat berbuah saja?” kemudian dengan bijak kakek menjawab “Mungkin sisa umurku memang sudah tidak lama lagi dan mungkin sudah tidak lagi sempat melihat pohon kelapa ini berbuah. Tetapi, kalaupun demikian, aku berharap anak cucuku yang memetik hasil nantinya.” Hemmm mulia sekali kakek-kakek itu…


Sahabat pembaca yang baik hatinya, bagi kita yang tidak berprofesi menjadi guru atau pendidik, terkadang muncul keengganan bagi kita untuk mengajarkan apa yang kita bisa ke generasi dibawah kita. Apalagi bagi kita yang sudah tidak mempunyai anak kecil atau cucu yang seusia sekolah lagi, terkadang kita mengatakan “Aku kan sudah tidak punya anak kecil lagi, jadi sudah tidak punya kewajiban mendidik lagi.” Dan bagi kita yang masih muda, mengapa kita sering enggan mengajarkan ilmu untuk adik-adik kita? bahkan sering kita berkata “Ah, aku kan belum punya anak, gak punya adik kandung juga, buat apa mengajari mereka?” Sahabat pembaca yang baik hatinya, Ada sebuah pertanyaan yang patut kita jawab disini “Bukankankah merekalah (Generasi di bawah kita) yang akan memegang estafet dan bergantian mengajarkan kepada anak dan cucu kita?” lalu, bukankah sesuatu yang merugi jika kita tidak mempersiapkan yang terbaik untuk mereka?


Sahabat pembaca yang baik hatinya, mengajarkan kebaikan dan ilmu yang bermanfaat adalah salah satu hal yang akan terus mengalir pahalanya bahkan disaat kita sudah menghadap sang Maha Pencipta. Dan itu bukan semata tugas guru di sekolah atau uztadz di TPA saja, melainkan kewajiban bagi kita semua. Kewajiban bagi kita yang mengharap sebuah peradaban masa depan yang menjunjung tinggi ilmu dan menjadikannya landasan untuk beramal.


Saya : 100% Kak Wall. 
Senin, 09 Desember 2013
Posted by Unknown

Dewasa! Bukan Karena Banyak Usia

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar sahabat hari ini? Saya do’akan kita semua senantiasa selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin…

Sahabat pembaca yang baik hatinya, teringat ketika seorang bapak menasehati saudaranya yang tengah ada masalah dengan menantunya. Ada sebuah kalimat yang sampai hari ini masih terngiang dalam benak saya “Pancen ora gampang dadi wong tua, apa maneh sak omah karo anak sing eneng arane (Mantu), omong sak omong kudu penak dirasakke, sanajan karepe apik wae sok kadang ditampa ra penak ana ati nek carane ngomong mung waton ngomong. Dadi wong tua kuwi ora mung mergo akeh umure.” Kira-kira sahabat paham gak ya? Hehehe baik, akan saya terjemahkan dengan bahasa yang lebih memasyarakat “Memang tidak mudah menjadi orang tua, apa lagi serumah sama menantu, berbicara apapun harus enak dirasakan, walaupun niatnya baik saja terkadang diterima dengan perasaan yang tidak enak ketika cara menyampaikannya Cuma asal. Menjadi orang tua yang dewasa itu bukan hanya karena banyak umurnya.” Yah, kurang lebih seperti itulah…


Sahabat pembaca yang baik hatinya, pepatah mengatakan “Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya.” Yang artinya tingkah laku anak sedikit banyak akan mengikuti orang tuanya bahkan cenderung menyerupai. Itulah sebabnya betapa sangat perlunya kehati-hatian dalam kita memberikan keteladanan untuk anak-anak kita. Dalam tingkah laku maupun dalam setiap perkataan. 


Sahabat pembaca yang baik hatinya, terkadang bahkan sering diantara kita masih merasa muda, baru lulus SMA, padahal sejatinya lulus SMA sudah lebih dari 15 tahun yang lalu. parahnya belum juga menyadari bahwa segala sesuatu sudah banyak berubah dan banyak yang harus diubah. Disaat masih usia sekolah, masih sangat wajar kita berbicara dan bertingkah layaknya remaja yang tengah mencari identitas diri yang bahkan sering cenderung dengan bahasa-bahasa gaul dan sebagainya. Tapi, kira-kira apa jadinya ketika tingkah laku dan tutur bahasa yang kita gunakan disaat kita masih usia sekolah itu masih kita gunakan disaat kita sudah memiliki dua anak? Bisa jadi anak kita berkata pada kita “Dari mane Loe Bro?” waduuuuhhhh parah juga kali ya?


Nah itulah sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kita harus semakin menyadari diposisi mana usia kita saat ini dan apa saja yang harus kita rubah dari usia kita sebelumnya. Tentunya perubahan yang kita lakukan adalah perubahan yang mengarahkan bagaimana kita menjadi pribadi yang lebih dewasa seiring bertambahnya usia kita. Agar anak-anak kita mendapatkan keteladanan yang baik dari orang yang bersikap dewasa, bukan hanya sekedar tua. Dan untuk kita ingat sahabat, ketika usia kita banyak, tua itu menjadi pasti, tetapi dewasa itu mungkin dan itu pilihan.


Saya : 100% Kak Wall. 
Kamis, 05 Desember 2013
Posted by Unknown

Karena Cinta

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, beberapa waktu yang lalu saya berbincang dengan seorang teman yang setiap harinya bekerja dengan lokasi yang cukup jauh dari rumahnya, sebut saja Taufik.

 


Saya : “Berapa Jam mas dari rumah sampai sini?”
Mas Taufik :”ya kurang lebih 2 jam mas, itu kalau jalanannya lancer.”
Saya :”Halah mas, ke sini mah banyak lancarnya. Tiap hari pulang apa nge-Kost di dekat sini?”
Mas Taufik :”Pulang mas, kasian anak istri dirumah gak ada temannya.”
Saya :”Wah, pasti cape’ tu mas? Gak cari yang lebih dekat aja?”
Mas Taufik :”Kalau nuruti cape’ iya juga kadang-kadang, namanya juga manusia mas. Apalagi kalau mikirin hasilnya, tapi kan kita kerja bukan sekedar buat itu kan? Banyak juga sih yang nawari tempat lebih dekat, tapi saya gak mau.”
Saya :”Lhoh? Kenapa?”
Mas Taufik :”Saya ingin pendidikan disini (pelosok) maju mas, kalau nanti anak-anak dan sekolah ini udah maju mungkin saya mau (pindah), tapi sekarang kami baru berproses untuk itu, saya gak mau egois meninggalkan mereka dalam kondisi yang masih seperti ini.”
Saya :”O…terlanjur cinta ya mas?”
Mas Taufik :”Ya begitulah kira-kira.”

Sahabat pembaca yang baik hatinya, saya begitu salut dengan perjuangan Mas Taufik ini. Bekerja dengan kondisi yang luar biasa, maksudnya jarak yang jauh yang otomatis memakan banyak waktu setiap harinya untuk bisa bertemu dengan anak-anak di daerah yang ingin dibawanya meraih mimpi-mimpi mereka itu. Dengan penghasilan tidak terlalu besar untuk menanggung nafkah keluarganya. Tapi, ketika ditanya soal itu beliau hanya menjawab “Allah yang mencukupkan mas, Dia yang memberi makan anak dan istri saya, bukan saya.” Mulia sekali.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, memurnikan niat kita dalam berkativitas hanya untuk beribadah kepada Allah memang banyak tantangannya. Entah lingkungan, jarak, waktu, penghasilan dll. Dan salah satu yang bisa membuat kita mampu untuk tetap pada niatan itu adalah bagaimana kita mencintai pekerjaan kita itu karena Allah.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 02 Desember 2013
Posted by Unknown

Luar Biasanya Kasih Sayang Orang Tua

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, sudahkah kita bersyukur atas nikmat sehat yang kita terima? Minimal untuk hari ini. Alangkah merugi bagi kita yang mendustakan nikmat Allah yang satu ini.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, ada sebuah kisah tentang sepasang orang tua yang tengah dirundung kegelisahan, pasalnya anak semata wayangnya yang baru berusia 5th beberapa hari terakhir tak sadarkan diri dan harus dirawat di ruang ICU sebuah rumah sakit ternama di Kota Gudeg. Tumor yang bersarang di dekat Otak kecil si anak membuat tim Dokter harus bekerja keras dalam mengupayakan kesembuhan si anak. Rasanya tak habis air mata kedua orang tua ini setiap kali berada disamping anaknya, begitupun bagi setiap yang membesuknya. Begitu berat terlihat beban kedua orang tua ini, setiap kali ada kerabat yang menengok hanya kata “Nak, bangun nak, ini ada budhe datang” yang terucap, sambil tak henti air mata bercucuran, seraya mengusap-usap kening si anak sembari berharap si anak mendengar dan terbangun dari tidur hampanya.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, terlihat jelas betapa orang tua kita begitu tulus, begitu ikhlas menemani, membesarkan dan mengajari kita bagaimana menjalani dan mengerti hidup ini. Rasanya tak ada orang tua yang rela melihat anak-anaknya terbaring tak berdaya seperti kisah di atas. Entah diakui atau tidak, sadar atau tidak itu kita dapatkan. Semua orang sepakat, bahwa jasa orang tua tak pernah dapat kita balas dengan apapun. Tapi, kita masih punya ladang yang sangat luas untuk membahagiakan mereka. Salah satunya adalah dengan mengestafetkan kasih sayang mereka untuk kita bisa menyayangi dan mengajarkan kasih sayang untuk buah hati kita. Menjaga, menemani dan mendidik mereka. Orang tua kita tentunya ingin kita menjadi yang terbaik, karena mereka berharap kita menjadi penerusnya, maka begitulah seharusnya kita memperlakukan anak-anak kita untuk dapat meneruskan perjuangan mulia kita bukan?

Sahabat pembaca yang baik hatinya, saya tidak tahu ke arah mana tulisan saya ini akan saya bawa, karena ketika setiap huruf demi huruf dan kata demi kata ini mendarat menjadi sebuah kalimat, tak henti rasanya sedih dalam hati saya, terngiang dan terbayang peristiwa disaat saya berada di samping mereka. Karena tak lain adalah saudara sepupu saya sendiri yang tengah dirawat dalam kisah saya itu. “Dik Nashrifa, lekas sembuh sayang, lihatlah, semua menantikan senyum kecilmu yang pasti akan menghadirkan kebahagiaan ditengah kegelisahan kami menantikan kesembuhanmu.”

Saya : 100% Kak Wall. 
Mohon Do’a dari sahabat pembaca semuanya. Semoga Allah segera mengangkat penyakit dan memberikan kesembuhan serta memberikan yang terbaik untuk sepupu saya. Aamiin
Kamis, 28 November 2013
Posted by Unknown

Hati-hati Dalam Mendidik Anak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, salam jumpa penuh ceria. Cuaca akhir-akhir ini sudah sering mendung, semoga senyum kita tak pernah mendung ya? :’)

Sahabat pembaca yang baik hatinya, ada sebuah cerita tentang seorang anak seusia TK yang mengalami kecelakaan, kecelakaan itu memang tidak terlalu parah kelihatannya, hanya jatuh dan sedikit memar yang mengakibatkan kakinya agak bengkak. Orang tuanya mengira itu keseleo, akhirnya dibawalah si anak datang ke seorang tukang urut. Beberapa kali datang si anak mendapatkan terapi urut sampai kesekian kalinya, tetapi tak juga kunjung mengecil bengkak dikakinya. Sampai suatu hari setelah lama menunggu kesembuhan yang belum datang itu, seorang tetangga menyarankan untuk dibawa ke dokter untuk dirongten saja. Akhirnya orang tuanya pun membawa si anak ke dokter untuk diperiksakan dan mengejutkan, ternyata si anak ini mengalami patah tulang. Orang tuanya pun terkejut mendengar pernyataan dokter,
Dokter : “Kejadiannya sudah lama bu ya?”
Ibu si Anak : ”Sekitar sebulan yang lalu Dok.”
Doter :”Kenapa tidak segera diperiksakan?”
Ibu si Anak :”Kami kira Cuma keseleo Dok dan sudah bawa ke tukang urut. Memangnya kenapa Dok?”
Dokter :”Maaf Bu, kaki anak ibu harus diamputasi, karena tulangnya patah dan sudah mulai membusuk.”
Orang Tua si Anak :”Apa Dok?” (serentak berkata dengan kagetnya.)
Akhirnya kaki si anak pun harus diamputasi karena sudah membusuk dan kedua orang tuanya pun hanya bisa menyesali kejadian itu.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, cerita di atas sedikit menginspirasi saya dalam menangani anak, tidak hanya untuk urusan sakit, tetapi juga dalam hal yang lain termasuk mendidik anak. Maksudnya apa? Begini, sebagai contoh tidak sedikit alias banyak orang tua yang bingung menangani anaknya yang agak aktif, suka sa’I, thawaf didalam rumah padahal tidak musim haji, (maksudnya lari-larian sodara.) Banyak orang tua yang sering melarang dengan berteriak-teriak dengan kerasnya, bahkan memukul si anak. Ada juga ada orang tua yang sangat memanjakan anaknya, dengan selalu menuruti setiap kemauan si anak dan lain sebagainya. Sahabat pembaca yang baik hatinya, taukah sahabat bahwa cara mendidik anak kita dimasa kecilnya akan sangat berpengaruh di usia dewasanya nanti? Sebagai contoh, Cris Langan, seorang pria yang mempunyai IQ melebihi Einstein, yang dilahirkan si San Francisco. Singkat cerita Langan kecil sering dipukuli temannya, dan ketika ia melapor ke orang tuanya dalam keadaan menagis, justru orang tuanya mengatakan “Anak laki ko cengang, balas saja temanmu itu.” Itulah yang terjadi ketika Langan kecil. Dan tahukan sahabat dimasa dewasanya si Langan yang mempunyai IQ sekitar 195 ini berprofesi sebagai apa? Sangat mengejutkan sahabat, laki-laki menjadi penjaga kandang kuda. Maaf, bukan berarti menganggap pekerjaan itu remeh, hanya saja banyak yang menyimpulkan bahwa Chris Langan tidak bisa mengoptimalkan IQ yang dimilikinya karena cara mendidik yang salah dari orang tuanya.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, mendidik dan menangani anak memang memerlukan ketelitian dan kesabaran yang besar, tetapi tidak cukup berhenti disitu saja, melainkan juga kita perlu memikirkan dampak yang akan terjadi dikemudian hari. Bukan bermaksud mendahului kehendak Allah, tetapi hanya memberikan antisipasi jangan sampai justru banyak dampak negative dari cara kita mendidik anak-anak kita.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 25 November 2013
Posted by Unknown

Harus Semangat Dalam Mendidik Anak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, sehat selalu apa selalu sehat? Yang penting tetap pada syukur kita kan?

Sahabat pembaca yang baik hatinya, ada sebuah hal yang sangat menarik ketika saya silaturrahim ke beberapa tempat Jama’ah Haji yang baru pulang dari Tanah Suci ke Tanah Air. Dari berbagai karakter orang ada satu hal kesamaan yang saya tangkap, apa itu? Yupz, mereka antusias sekali menceritakan kondisi-kondisi di sana, menceritakan bagaimana mereka menjalani hari-hari disana dengan berbagai aktivitas wajib maupun sunnah. Semangat sekali, meskipun tak jarang bahkan hampir semua jama’ah terserang penyakit dari mulai batuk, pilek dan sejenisnya, tapi tetap saja antusias, begitu pula saat bercerita itu. Cerita demi cerita yang mereka sampaikan seakan tak lepas dari motivasi-motivasi yang ingin mereka berikan bagi setiap yang mendengarkan, agar dapat mengikuti jejak mereka menginjakkan kaki di Tanah Suci dan menjadi Tamu yang dimuliakan Allah. Maka menjadi sangat wajar bagi setiap yang mendengarkan semakin tergerak hatinya untuk memenuhi panggilan Rukun Islam ke 5 itu, terutama yang belum seperti saya ini. (Mohon Do’anya ya?)

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, ada sedikit inspirasi yang saya dapat dari silaturrahim itu selain yang sudah saya ceritakan di atas. (Padahal biasanya inspirasi datang kalau saya minum secangkir kopi lhoo… ditambah semangkuk soto ayam, sepiring gorengan, sekaleng kerupuk dan ditutup segelas Juz. Hehehe). Saya coba menghubungkan suasana ketika saya silaturrahim itu dengan ketika kita mengajari anak-anak kita belajar atau ketika kita mendidik mereka. Saya merasakan larut dalam suasana obrolan dan cerita yang disampaikan ketika itu karena saya merasakan keantusiasan si pencerita dan saya kira suasana itu tidak akan jauh berbeda ketika kita sedang mengajarkan sesuatu kepada anak-anak kita. Dan menurur saya, akan jauh berbeda respon ketika seorang guru mengatakan “Anaka-anak, catat buku ini!” dengan “Anak-anak, dalam buku ini dibahas pelajaran yang bagus sekali lho,,,sekarang kita catat dulu ya? Setelah itu Ibu jelaskan untuk kalian.” Karena keantusiasan dalam pesan ke dua tentunya.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mendidik dan mengajar memang bukan sesuatu yang ringan, bahkan sering melelahkan dan membuat stress. Tapi, sebisa mungkin, sebagai pendidik ataupun orang tua berusaha untuk menutupi kelelahan itu dengan sikap semangat di depan anak-anak kita. Tak pantas rasanya ketika kita baru saja pulang kerja dan belum sempat menaruh tas kemudian anak kita berteriak “Ayah-ayah, ini aku punya PR Matematika, tapi susah yah..ajari sekarang ya?” lantas kita berujar “Apa kamu tidak tahu bapak baru pulang???!!!” Saya kira sahabat semua juga tidak seperti itu kan?

Sahabat pembaca yang baik hatinya, mendidik ataupun mengajar anak-anak bukanlah sekedar menyampaikan suatu ilmu untuk mereka. Factor semangat dan keantusiasan kita dalam menyampaikan tentu juga sangatlah penting, bagaimana kita bisa membuat anak termotivasi untuk lebih, lebih dan lebih lagi mengetahui hal-hal yang baru bagi mereka. So,,, Loyo? Gak lah Yaaaooo….

Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 21 November 2013
Posted by Unknown

Mempersiapkan Anak Kita Untuk Hal Yang Tidak Terduga

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Bagaimana kabar hari ini? Semoga selalu dalam keadaan sehat nan semangat. Aamiin…
Jum’at malam yang lalu alias malam sabtu, saya dikejutkan dengan sebuah pesan singkat di HP saya. Pesan singkat itu datang dari seorang Pendongeng senior dari Kota Gudeg. Isi pesan singkat itu kurang lebih “Assalamu’alaikum Kak Wall, besuk sabtu bisa ngisi dongeng di Magelang?” dalam hati saya berkata “Wah, ini pasti beliau cari pengganti, tapi apa saya mampu menggantikan Pendongeng sekaliber beliau?” Sejenak saya berpikir sebelum akhirnya saya jawab pesan itu dengan “Bismillah Kak, Insya’ Allah.” Dan malam itu seperti malam yang luar biasa bagi saya, menyiapkan materi dan berbagai macam persiapan yang lain sampai tidurpun jadi kurang nyenyak.hehehe

Sabtu pagi saya berangkat menunggangi kuda besi yang selalu setia menemani kemana saya pergi, saya meluncur dari Kota Klaten tercinta menuju Kota dimana terdapat candi Borobudur itu dengan sedikit basah karena cuaca yang sedikit gerimis pagi itu. Sempat terhenti disebuah Toilet yang berada di Hotel Pertamina karena panggilan alam kubro, tapi tidak menyurutkan semangat saya untuk segera sampai di lokasi tepat waktu. Sesampai di lokasi, saya agak terkejut karena lokasi sekolahnya itu di Kawasan Akademi Militer, karena biasanya kan Dongeng di TPA, Masjid dan sejenisnya dan saya pikir pastinya pesertanya akan heterogen. Sampailah di lokasi setengah jam sebelum waktu yang disampaikan ke saya sebelumnya. Kemudian seorang Ibu yang tak lain adalah panitia kegiatan menyambut kedatangan saya “Kak Wall ya?” “Oh, Iya Bu” sambut saya. “Mari saya antar ke kursi tamu dulu aja, afwan, Jadwalnya kami rubah, jadi ngisinya masih agak nanti, gak papa kan?” “Ndak papa bu, malah bisa istirahat dulu.”

Spintas saya mengamati settingan lokasi yang yang cukup mewah dan kejutanpun belum berakhir, ternyata kegiatan itu adalah rangkaian pembukaan Hari Kesehatan Gigi Nasional yang dihadiri banyak pejabat dari Kabupaten dan kecamatan setempat. Dalam hati saya berpikir “Wah, Tantangan ni, ndongeng di depan pejabat gini, banyak tentaranya juga lagi, kalo gak bagus bisa diDoorr nih.hehehe” Acara demi acara pun dimulai, dari Pembukaan sampai sambutan-sambutan dari Pejabat-pejabat itu, debar hati ketika sang MC membacakan susunan acara berikutnya. Dan setelah acara hiburan pentas tari Topeng dari siswa-siswi SD tersebut, tibalah giliran saya dipanggil “Acara berikutnya, dongeng untuk adik-adik dari Kak Wall…” Dag-dig-dug debar jatung sembari berdo’a untuk yang terbaik.

Singkat cerita, Alhamdulillah dongengpun berjalan lancar dan anak-anak terhibur. Dan seorang pejabat dari Kabupaten menghampiri saya dan mengucapkan “Selamat mas, anak-anak terhibur.” “Alhamdulillah Pak…”

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, kita tidak pernah tau kejutan apa dan kapan kejutan-kejutan tak terduga datang kepada diri kita, tak terkecuali kepada anak-anak kita. Saya ingin sedikit membahas khususnya kepada anak-anak kita, Why? Jika anak-anak kita terbiasa dengan hal-hal mendadak seperti itu, ia akan terbiasa dan tak lantas lari menghindar karena tidak ada persiapan. Contoh sederhana, misalnya di sekolah Guru mengatakan “Anak-anak, hari ini kita ulangan…” padahal belum ada pemberitahuan sebelumnya, biasanya anak-anak akan serentak menjawab “Tapi kan belum persiapan bu… belum belajar… “ dan sebagainya. Nah, dalam kasus ini, anak yang tidak dipersiapkan sebelumnya akan kaget dan kurang siap tentunya, berbeda dengan ketika sebelumnya anak sudah belajar dirumah sekalipun tidak ada pemberitahuan ulangan esok harinya. Itu hanyalah satu contoh kecil saja, masih banyak contoh yang lainnya, misalnya anak ke sekolah naik sepeda, sampai tengah jalan bocor, atau kejadian-kejadian yang lain.

Lalu bagaimana dong? Seperti pepatah mengatakan, Sedia Payung Sebelum Hujan. Yang intinya mempersiapkan segala sesuatu untuk antisipasi berbagai kemungkinan. Trus, payungnya apa dong? Yupz, pertanyaan bagus. Tentunya kita tidak mungkin menyuruh anak kita untuk membawa berbagai macam peralatan untuk antisipasi berbagai kemungkinan, tapi kita cukup membekali anak-anak kita dengan ILMU, yupz, ilmu itu sebelum amal kan? Anak yang banyak ilmunya tentu tidak akan mudah panic ketika menghadapi sesuatu di depannya. Dan, tentu juga kita latih anak kita untuk mempunyai mental baja, artinya mental yang kuat untuk menghadapi segala kemungkinan tadi. Begitu sahabat pembaca yang baik hatinya, semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 18 November 2013
Posted by Unknown

Tips Membahagiakan Belajar Anak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Alhamdulillah saya kembali bisa menyapa sahabat semua di kesempatan yang baik ini. Dan semoga sahabat semua dalam keadaan sehat. Amiin…

Sahabat pembaca yang baik hatinya, belajar memang kata yang sering kita dengarkan, terlebih ketika kita masih diusia sekolah. Sering kita dinasehati oleh orang tua ataupun guru-guru kita tentang betapa pentingnya belajar dan tentunya sekarang kita tau bahwa belajar memang sebuah keharusan bagi setiap manusia sejak ia dilahirkan sampai nanti akhir hayat kan?

Sebagian besar orang tua menginginkan anak-anaknya terbiasa dengan yang namanya belajar dan berharap belajar itu menjadi sebuah kebiasaan dalam bahasa inggrisnya learning habit. Seorang anak yang sudah terbiasa belajar tentunya akan berbeda dengan anak yang belum terbiasa belajar. Tapi, taukah sahabat sekalian? Bahwa ada sebuah hal yang patut kita wujudkan setelah terbentukknya learning habit? Apa itu? Yups, Leraning culture, yaitu budaya belajar. Tentu akan menjadi berbeda ketika belajar itu sudah menjadi budaya dalam diri anak dan di lingkungannya. Seperti kita ketahui sekarang banyak yang memasang spanduk “Jam Belajar Masyarakat, Matikan TV” dan sebagainya. Dan kalau budaya itu benar-benar dapat berjalan, Insya’ Allah akan menjadi sebuah nilai positif tidak terkecuali bagi perkembangan belajar anak, karena didukung dengan lingkungannya yang sudah menerapkan budaya belajar tadi.

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, untuk dapat kita menanamkan budaya belajar pada diri anak-anak kita, tentunya peran kita pun juga sangat diperlukan. “Then, What Should We do?” Baik, ada banyak cara untuk kita dapat melatih agar budaya belajar tertanam dalam diri anak kita, salah satunya dengan Membahagiakan Belajar Anak kita. “Caranya?”

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, sering kita terkendala cara ketika kita ingin membuat anak-anak kita senang dalam belajar, karena, terkadang bahkan sering kita terjebak untuk memikirkan ide-ide yang sulit kita dapatkan apalagi kita lakukan. Padahal, banyak hal sederhana bahkan terkesan remeh tetapi cukup efektif untuk membuat anak-anak kita senang belajar. Sebagai contoh seperti berikut ini, semisal kita mempunyai anak usia SD, maka bisa kita berikan hal-hal menarik berikut ini :
1. Meja belajar Unik.
Apa harus beli baru? Tidak. Kita bisa mengajak anak kita untuk membuat meja belajarnya menjadi menarik, misalnya kita hias meja belajar anak kita dengan hiasan atau gambar-gambar yang disukai anak kita (tentu gambar yang positif). Atau gambar yang merepresentasikan cita-citanya dan lain sebagainya.

2. Jadwal Pelajaran Kreatif
Dengan modal kertas warna-warni, kita bisa mengajak anak kita membuat kreasi jadwal pelajarannya. Misal setiap harinya dilambangkan dengan kerta yang dipotong bentuk buah bertuliskan mata pelajaran-mata pelajaran disekolahnya, kemudian ditempel pada sebuah kertas yang lebih besar diurutkan sesuai harinya, kemudian bisa dipasang di dekat meja belajarnya.

3. Sampul Buku Penyemangat
Kita ajak anak kita untuk membuat sesuatu yang membuat anak kita semangat pada setiap sampul bukunya, missal dengan menempelkan gambar cita-citanya, atau menuliskan nilai yang ingin ia dapatkan sesuai dengan mata pelajaran masing-masing buku pada sampul depan bukunya.

4. Hiasan Dinding Inspiratif
Ternyata hiasan dinding selain memperindah suasana kamar belajar anak, bisa juga kita buat hiasan dari mata pelajaran anak kita, misalnya dengan membuat Mind Map/Peta pikiran mata pelajaran yang sesuai. Itung-itung buat contekan kalo kita ditanya anak kita. hehehe

5. Taman Belajar (Belajar Dikebun)
Mengajak dan menemani anak kita belajar diluar rumah, dengan beralaskan daun pisang (tikar maksudnya) selain bisa mengganti suasana belajar juga dapat melatih kepekaan anak kita terhadap alam dan lingkungan sekitarnya.

6. Makanan Kejutan
Ditengah-tengan kepenatan anak kita menyelesaikan PRnya atau tugas-tugasnya, kita bisa datang membawakan makanan ringan atau segelas minuman yang menyegarkan, Insya’ Allah akan membuat anak kita kembali semangat.

7. Tempat lukis Special
Biasanya, anak kecil suka corat-coret dimanapun tempat yang ia kehendaki tembok, kaca dll, tapi sayangnya bagi sebagian orang tua yang kurang sabar, justru akan memicu kemarahan karena bisa mengotori dll. Maka dari itu, kita bisa membuatkan tempat khusus untuk dia corat-coret, misalnya dengan sebuah “White Board” besar lengkap dengan spidolnya.

8. Dll
Masih banyak cara sederhana yang bisa kita lakukan untuk memberikan kebahagiaan dalam anak-anak kita belajar. Tidak harus mahal, tidak harus dengan sesuatu yang sulit dilakukan, tetapi bisa dengan sesuatu sederhana yang ada di sekitar kita. Dengan membuat anak bahagia dalam belajar, Insya’ Allah Learning Culture akan mudah terbentuk dari situ.

Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 14 November 2013
Posted by Unknown

Pentingnya Mengenal Kampung Halaman

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Bagaimana kabar hari ini? Semoga sehat selalu ya? Aamiin… Sedikit cerita ni, banyak saudara-saudara di sekitar saya yang baru diberikan nikmat sakit, semoga semakin membuat kita semakin bersyukur atas nikmat sehat yang Allah berikan.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, masih ingat perang sampit? Perang antar suku yang terjadi beberapa tahun yang lalu yang melibatkan dua kelompok suku besar yang salah satunya adalah Madura melawan penduduk asli setempat. Sangat mengerikan waktu itu, sehingga semua penduduk yang mempunyai keturunan Madura yang masih selamat semua dipulangkan ke Pulau asalnya, yaitu Madura. Ada sebuah hal yang menarik disana, yaitu ketika pemerintah setempat mendata orang-orang yang dievakuasi ini. Awalnya pemerintah ingin mengembalikan mereka ke keluarganya masing-masing yang masih ada di Madura. Tapi, setelah didata Pemerintah justru kebingungan, mau dikembalikan ke siapa orang-orang ini? Dan usut punya usut, ternyata keluarga yang merantau ke Borneo itu rata-rata sudah berganti generasi, alias sejak Kakek buyutnya. Dan semenjak generasi pertama merantau itu, mereka tidak pernah lagi pulang ke Madura, apalagi mengajak anak-anak mereka pulang, itu sama sekali tidak dilakukan. Sehingga keturunan mereka itu tidak mengenal kepada siapa mereka harus pulang ke Madura. Dan mereka juga tidak mempunyai atau tidak masuk dalam daftar kependudukan di Madura.

Sedikit belajar dari kisah itu sahabat pembaca yang baik hatinya, betapa pentingnya mengajarkan kepada anak kita untuk senantiasa mengingat dan menjaga silaturrahim dengan kampung halaman. Bukan berarti kita harus selalu tinggal disana, melainkan kita ajarkan kepada anak-anak kita, dimanapun kita tinggal hendaklah sesekali berkunjung kembali ke kampong halaman, karena pada umumnya, disanalah kerabat, saudara dan handai taulan banyak berkumpul. Tentu tidak ingin kan anak-anak kita atau bahkan kita sendiri tidak mengenal saudara kita? Sebagai contoh missal anak kita hijrah ke suatu tempat yang jauh untuk mencari nafkah, tetapi sampai ia punya keturunan bahkan cucu tapi tidak pernah pulang menemui kita? Apa yang kita rasakan jika kita menjadi orang tua? Hemmm tentu banyak yang tidak menginginkan itu.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, berkaca dari kisah Hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, apa lantas beliau lupa begitu saja dengan Makkah? Tentu saja tidak. Salah satu kisah yang bisa kita ambil pelajaran adalah ketika Nabi Muhammad berdo’a kepada Allah untuk memindahkan kiblat shalat dari Masjidil Aqsha ke Ka’bah yang ada di Makkah. Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, belajar dari semua itu mari dimanapun kita berada saat ini, haruslah diri kita dan kita ajarkan untuk anak-anak kita bagaimana menjaga silaturrahim dengan orang-orang dikampung halaman kita, karena dari sanalah awal mula kita disini. Sekian semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 11 November 2013
Posted by Unknown

Penyakit Kronis Kehidupan

Assalamu’alaikum, sahabat pembaca yang baik hatinya. Bagaimana kabar hari ini? Semoga senantiasa sehat ditengah cuaca yang mulai tak menentu ini. Aamiin…
“Kak, kenapa judul tulisannya kayak gitu? Kayak mau bahas soal penyakit aja?”
Barangkali itu pertanyaan yang terlintas di benak sahabat pembaca sekalian ketika melihat judul tulisan saya kali ini. Tapi tepat sekali, karena kali ini saya akan sedikit membahas tentang penyakit-penyakit yang berkembang sudah sejak lama bahkan hingga saat ini masih banyak kita jumpai di sekitar kita. Eit, tapi bukan penyakit secara fisik macam flu, batuk pilek dan sejenisnya lho, tapi ini penyakit yang menjangkit pelajar-pelajar atau anak didik khususnya dan kita semua pada umumnya.
“Penyakit apa sih?”

Baik, dari pada penasaran kita mulai saja dengan yang pertama.
ASMA. Ada yang pernah dengar sebelumnya tentang penyakit ini? Tapi bukan Bengek lho… Asma disini adalah singkatan dari ASAL MASUK. Banyak pelajar-pelajar kita yang sekolah itu “yang penting masuk kelas”, perkara ikuti pelajaran atau nyatet itu urusan belakangan. Istilahnya yang penting presensinya penuh.

Yang ke dua, KURAP. “Maaf tidak bermaksud menyidir kulit sahabat sekalian.” Hehehe maksudnya adalah KURANG RAPI. Coba kita tengok pelajar-pelajar kita, masih ada kagak yang sekolah itu asal pake’ bajunya? Baju dikeluarin, kaus kaki kumal, sepatunya ketika ada ibu hamil nyium langsung lahir anaknya (yang ini berlebihan. Hehehe) dan lainnya, tapi itu baru dari segi penampilan saja. Dan biasanya, kalo yang udak kayak gitu, sekolanyapun juga kurang rapi, catatan buku misalnya dan juga yang lainnya.

Yang ke tiga, KUDIS, yaitu KURANG DISIPLIN. Jadwal masuk jam 7, eh,,, setengah 8 baru berangkat. Yang lain pake’ OSIS e, dia pake Pramuka, dan masih banyak ketidak disiplinan yang lainnya yang bisa kita jumpai dilingkungan pelajar kita.

Yang ke empat, KUMAT. KURANG SEMANGAT. Lemes, loyo, tidak bergairah, itu profil-profil pelajar kita. Why? Salah satunya karena mereka tidak punya motivasi yang mendorong mereka berprestasi. Sebenarnya buka tidak ada, melainkan mereka belum menemukan atau belum menyadari saja, karena sebenarnya motivasi-motivasi itu bisa datang dari yang terdekat, misal orang tua, guru, teman dll.

MABUK yang ke lima, alias MALAS BUKA BUKU. Buku adalah Gudang Ilmu, atau Buku adalah Jendela Ilmu dan masih banyak istilah yang lainnya yang semua mengartikan betapa pentingnya buku atau begitu besar manfaat buku. Lalu apa jadinya jika pelajar-pelajar kita sudah malas membuka buku? “Ada PR yaudah biarin aja. Suruh menyalin tulisan, ah nanti aja.” Dan lain-lain.

BATUK, ini yang ke enam, yaitu BACA NGANTUK. Tidak sedikit pelajar kita yang menderita penyakit ini, ngantuk ketika baca buku pelajaran. Tapi, anehnya, ngantuk itu datangnya tidak secepat ketika membaca pelajaran jika ia sedang baca yang lain, misalnya SMS, Chatting dan sejenisnya. Heeemmmm…

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, sedikit yang bisa saya tulis kali ini, karena masih banyak penyakit-penyakit yang menyerang pelajar kita saat ini. Tapi, intinya adalah, mari, bagaimana kita berperan untuk memberantas penyakit-penyakit itu. Apa itu hanya tugas guru? Karena tentu saja tidak. Itu adalah tugas kita semua, yang menjadi guru, tentu untuk muridnya, yang jadi orang tua untuk anaknya, yang hidup bermasyarakat untuk lingkungannya.

“Bagaimana caranya?” Yupz, tentu saja dengan kita menanamkan kesadaran kepada anak-anak didik di lingkungan kita tentang begitu pentingnya belajar untuk masa depannya.
“Tapi mereka Ngeyel?” Itu hanya proses bagaimana ia akan memahami yang kita sampaikan. Sabar dan terus kita lakukan saja.
“Ah, cuek ajalah, saya kan masih muda, belum punya anak…?” Ingat, merekalah yang nantinya akan berganti mendidik anak-anak kita, tentu kita tidak mau kan anak-anak kita dididik dengan cara yang kurang baik?

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 04 November 2013
Posted by Unknown

Pandawa Lima

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, salam jumpa penuh ceria di Kamis nan indah penuh berkah ini, Insya’ Allah. Sahabat-sahabat yang baik hatinya, adakah diantara sahabat sekalian yang pernah melihat pagelaran Wayang Kulit? Atau serial di Tipi-Tipi tentang kisah Mahabarata gitu? Atau minimal tau laahhh PANDAWA LIMA? Ya Kan? Yupz, tokoh pewayangan ini memang sangat terkenal dalam dunia pewayangan, 5 ksatria hebat dengan berbagai kelebihan masing-masing.
Nah, saya teringat cerita beberapa waktu yang lalu ketika saya mengikuti sebuah pelatihan. Dalam pelatihan itu, salah satu narasumber yang dihadirkan adalah seorang budayawan, terkhusus beliau piawai dalam seni Pedalangan atau Wayang. Dalam pelatihan itu, beliau menuturkan tentang filosofi Pandawa Lima yang dapat dikaitkan dengan dunia pendidikan. Kurang lebih seperti ini kutipan cerita beliau waktu itu :

“Pandawa Lima, sejatinya adalah satu kesatuan yang menggambarkan pribadi manusia. Lima Ksatria itu, sebenarnya hanyalah perlambang/symbol dari masing-masing sifat atau kelebihan yang ada pada diri manusia. Menanamkan sifat-sifat seperti watak kesatuan dari pandawa lima itu hendaklah dilakukan dari masa kecil seorang anak, karena jika demikian tentunya bukan hanya sekedar karbitan. Berikut ini akan saya gambarkan apa sih keistimewaan atau sifat apa yang digambarkan dari masing-masing tokoh.

Yang pertama, Puntadewa. Watak yang paling menonjol dari penggambaran tokoh ini adalah ketaatan kepada Tuhan YME. Makanya tokoh ini adalah tokoh tertua dalam pandawa, artinya tokoh yang pertama. Seperti dalam menanamkan kepada anak, tentu mengajarkan ketaatan kepada Allah haruslah yang pertama.

Yang kedua, Bima/Wrekudara dalam bahasa jawa. Watak utama tokoh ini adalah kekuatan. Kekuatan disini maksudnya adalah kemampuan untuk melakukan dan kerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Yang ketiga, Janaka/Arjuna. Tokoh ini symbol dari rasa cinta dan kasih sayang. Sifat ini sangatlah penting kita tanamkan sejak kecil, sekalipun itu dilakukan kepada makhlukNya yang terkecil sekalipun, misalnya semut, jangan liat semut dikit “Githes” atau apa bunuh dan lain sebagainya termasuk cinta kepada sesame manusia.

Yang ke empat dan kelima, yaitu Nakula Sadewa. Keselarasan, kerukunan dan keseimbangan adalah penggambaran dari karakter dua tokoh ini. Begitupun hidup ini juga harus seimbang, kita mendidik jangan melulu soal akhrirat semata, tetapi juga soal keduniaan. Tentunya dengan seimbang, tapi ingat, seimbang tidak selalu sama. Dan hidup juga harus rukun dengan sesame tentunya.

Jadi kesimpulannya adalah, kelima watak utama tokoh Pandawa itu adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Apalagi berdiri sendiri. Dan jika mampu kita tanamkan dalam kita mendidik anak-anak kita, Insya’ Allah anak-anak kita kelak akan menjadi anak yang baik. Dan jangan sampai hilang salah satu watak tersebut. Misalnya seperti ini, Taat ibadah kepada Allah, punya kekuatan untuk melakukan kebaikan, tapi tidak didasari dengan cinta, maka hasilnya juga tidak maksimal. Atau contoh lagi, dengan kiri kanan baik, cinta kepada sesama, tapi tidak punya ketaatan kepada Allah, tentu akan rusak juga. Oleh sebab itu, mari kita tanamkan watak-watak yang baik kepada anak-anak kita sejak kecil.”

Sahabat pembaca yang baik hatinya, itu tadi kutipan penjelasan dari seorang budayawan Wayang kulit yang bisa saya kutipkan untuk sahabat pembaca semuanya. Entah kebenaran dari cerita dalam Pewayangan itu nyata atau tidak. Tapi, setidaknya ada pelajaran yang dapat kita petik dalam penceritaan ataupun tokoh seperti yang digambarkan diatas. Semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 31 Oktober 2013
Posted by Unknown

MANA TAHAAAANNNN???

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, apa kabarnya hari ini? Sekedar mengingatkan, mari kita jaga kondisi fisik kita, terlebih dimusim pancaroba seperti ini, konon lebih rentan terhadap kondisi kesehatan kita, dari mulai flu, pilek dan lain-lain jadi sering mampir.

Well, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita mulai masuk ke tema hari ini Ada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak kecil di suatu Negara, penelitian itu cukup sederhana, menggunakan media permen. Seorang peneliti menginstruksikan kepada 20 anak dengan istruksi sebagai berikut “kamu akan saya tinggal diruangan ini sendiri selama 5 menit, di depan kamu ada 1buah permen, jika kamu mengambil permen itu dan memakannya sebelum saya datang, maka kamu tidak akan mendapat apa-apa, tapi, jika dalam waktu 5 menit sampai saya datang kembali permen-permen itu masih utuh, maka saya akan memberimu 50 permen.” Nah, dari kedua puluh anak yang diteliti, ternyata hanya satu saja yang mampu melewati batas waktu 5 menit untuk menahan dan tidak mengambil ataupun memakan permen yang ada di depannya.

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, dari penelitian itu coba kita sedikit belajar tentang tingkah laku seorang anak kecil bahwa mereka (anak-anak kecil) itu lebih tertarik dengan apa-apa yang ada di depannya ketimbang apa yang kita janjikan, meskipun janji itu lebih besar ketimbang apa yang ada di depannya.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, sesuai dengan fitrahnya, anak-anak kecil memang akan cenderung mengikuti keinginannya. Mereka juga tidak kuasa menahan keinginannya atas sesuatu yang ada di depannya. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita control apa saja yang kita sugguhkan dihadapan anak kita, bukan Cuma soal makanan tentunya, melainkan hal-hal lain juga seperti tontonan, mainan dan apapun. Sebagai contoh, kita melarang anak kita makan coklat, tapi kita biarkan ada seonggok coklat didepannya, tentu ia akan sulit menahan diri. Missal lagi, kita melarang anak kita berkelahi dengan temannya, tapi kita biarkan anak kita nonton smackdown, tentu rasa ingin prektek muncul kan? dan masih banyak contoh-contoh yang lain tentunya. Nah, Sahabat pembaca sekalian, Jangan sampai apa yang kita berikan kepada anak kita jauh dari unsur mendidik terlebih jauh dari kebaikan, karena “Dari (Abu) Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak ada seorang anakpun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. kedua orang tua nyalah yang akan menjadikan yahudi, nasrani, dan majusi sebagaimana binatang melahirkan binatang dalam keadaan sempurna……” (HR Bukhari Muslim). Semoga bermanfaat

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 28 Oktober 2013
Posted by Unknown

Cerita Hari ini : Binatang di Belantara

Assalamu’alaikum, salam ceria untuk sahabat pembaca semuanya. Siap untuk mebaca cerita hari ini? Baik, kita mulai ceritanya ya…? Kak_Wall kasih Judul BINATANG DI BELANTARA wwuuuuuusssssssshhhhhhh
“Dulu, disebuah hutan belantara yang sangat luas sekali, hiduplah berbagai macam binatang. Dari binatang kecil sampai yang besar… ada gajah dengan belalai dan gadingnya, ada singa, ada macan, ada ular, kambing, ada sapi. Ada pula dari kalangan unggas, ayam, bebek, dan juga binatang-binatang yang lain. Ketika itu hutan masih sangat lebat hijau dan rindang. Pada waktu itu semua binatang masih berbicara seperti bahasa manusia, maksudnya dengan bahasa manusia seperti kita saat ini.
Suatu ketika, malaikat pejaga hutan mengumumkan dihadapan seluruh binatang,
Malaikat : “Wahai sekalian para binatang, berkumpulah dihadapanku!”
Singa menjawab,
Singa :”Ya…ayo kalian semua berkumpul!” (perintah sang raja hutan kepada seluruh binatang yang ada, dan semua binatang pun berkumpul)
Binatang-binatang lain : “Ya,, ya,,, ya,,ya kami berkumpul” (riuh rendah alias ramai suara binatang saling bersahutan melaksanakan perintah.)
Malaikat :”Aku akan mengumumkan kepada kalian bahwa sebentar lagi akan diciptakan manusia.”
Binatang-binatang :”Hah, manusia? Manusia? Manusia? Manusia itu apa?” (suara binatang saling bersahutan bertanya-tanya apa itu manusia)
Malaikat :”Manusia itu makhluk yang diciptakan terakhir kali. Dan kalian akan hidup bersama mereka. Maka, hari ini aku perintahkan kalian untuk mencari bahasa dan suara dari masing-masing kalian, karena bahasa yang kalian pakai saat ini adalah bahasa manusia.”
Kuda bertanya,
Kuda :”Malaikat, apakah setiap jenis kami harus memiliki suara yang berbeda?”
Malaikat :”Ya, kalian harus mencari suara yang berbeda, karena itu yang akan membedakan masing-masing dari kalian.”
Binatang-binatang :”baik, baik, ya kami akan laksanakan.”
Malaikat :”Aku akan kembali setelah tujuh hari lagi, kalian harus mendapatkan suara itu.”
Malaikat pun meninggalkan kawanan binatang itu.
____x_____lhulhulhuppppp_____x______
Hari berganti hari, masing-masing binatang sibuk mempersiapkan suara apa yang harus mereka dapatkan dalam 7 hari. Dan mulailah mereka berlatih suara-suara itu.
Kambing :”Eemmmbbeeekkkk,,,emmmbbeeekkk, wah sepertinya ini bagus untukku.”(kata kambing)
Ayambetina :”kok kok kok petok, petok”
Singa :”uuuaaarrruuuuuggggkkkkk, ini pas sekali untukku sang raja hutan”
Ular :”ssstttt…ppssssstttt….ppssssttttt…..”
Begitulah sibuknya masing-masing binatang bersibuk diri mencari suara yang khas untuk diri mereka. Tak terasa 7 hari berlalu, semua binatang telah mempersiapkan suara mereka, kecuali seekor burung Beo yang hanya memperhatikan dan mengomentari saja suara-suara yang didapatkan binatang-binatang yang lainnya. Di hari ke delapan, Malaikat datang.
Malaikat :”Baik, ini sudah lewat dari hari yang bisa kalian pakai untuk mendapatkan suara kalian. Aku akan menanyai kalian satu per satu. Apa kalian siap?”
Binatang-binatang :”Ya, kami siaapppp” (Binatang-binatang menjawab serentak)
Malaikat :”Baik, akan ku mulai. Silakan Singa, kamu sang raja hutan, tunjukkan kepada binatang yang lain.”
Singa : “uuuaaarrruuuuuggggkkkk..uuuaaarrruuuuuggggkkkk , itu suaraku”
Beo :”hahaha…suara ko kayak gitu, seperti mau muntah saja”(Beo berkomentar)
Malaikat : “Bagus, itu suara cukup pantas untukmu. Sekarang kambing!”
Kambing : “Emmmbeeekkk…eemmbbeeekkk”
Beo : “hhhaaaa jelek sekali seperti mukamu mbing.” (Beo berkomentar lagi)
Malaikat : “itu juga pantas untukmu. Aku berikan suara itu untukmu . (Kata Malaikat kepada kambing) Silakan bebek!”
Bebek :”kweekkk kweekkk kweekkk”
Beo :”seperti sedang dicekik saja… huhuhu” (Beo terus berkomentar dan mengejek setiap binatang yang mengeluarkan suaranya)
Malaikat :”itu khas sekali, aku ijinkan kau memakai suara itu.kuda!”
Kuda : “iiiiiieeeehhhhhh”
Kucing :”Meeooonggg”
Ular :”ppsssttttt pppssstttttttttttt…”
Si Beo terus saja mengejek setiap binatang yang mengeluarkan suaranya. Tak terasa, semua binatang telah ditanya oleh malaikat, tinggalah Si Beo yang belum ditanya.
Malaikat :”Beo!!! Dari tadi kamu hanya berkomentar dan menjelek-jelekkan suara binatang yang lain saja. Sekarang tunjukkan seperti apa suarmu!!!” (Malaikat berkata kepada Beo dengan nada marah)
Beo :”Ini suaraku… eemmmbbbeeekk…”
Malaikat :”Itu suara kambing.”
Beo :”baik-baik akan ku ganti… Emmmhhhmmmooooouuuuuhhhhhhh”
Malaikat :”Tidak bisa!itu milik sapi”
Beo :”Baik akan ku ganti lagi, tunggu dulu …. Uu uu uukk aakk aa aakk uu uukk”
Malaikat :”Tidak bisa!Itu milik kera.”
Ternyata setelah sekian banyak suara dikeluarkan oleh si Beo, tidak ada satupun suara yang boleh digunakan. Karena semua suara telah dipakai oleh binatang yang lainnya.
Malaikat :”Beo! Dari tadi kamu hanya mengejek saja suara-suara yang dikeluarkan binatang-binatang yang lainnya, sampai kau tidak punya suara sendiri. Mulai hari ini, aku hukum kamu. Tidak akan ku berikan suara sendiri untukmu dan kamu hanya bisa menirukan suara-suara yang kamu dengarkan saja.”
Beo :”hiks hiks…” (Si Beo menangis menyesali apa yang telah dilakukannya)”
Begitulah kisah tentang binatang-binatang di hutan belantara itu. Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, ternyata, kalau kita terlalu sering disibukkan dengan kedengkian kepada orang lain, kita tidak akan sempat memikirkan diri kita sendiri kan? Samapai-sampai kita sendiri tidak punya sesuatu yang berharga dalam diri kita. Na’udzubillah…
Baik, sekian dulu ya cerita hari ini? Salam ceriaaaa…..

Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 24 Oktober 2013
Posted by Unknown

Mendidik itu Cantik, Teladan itu Menawan

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Siapa yang tau apa rahasia cantik itu apa? Apa yang menyebabkan cantik? Yupz… betul sekali, bagi sahabat yang merasa cantik berterimakasihlah pada huruf C, karena kalau tidak ada huruf C sahabat-sahabat semua akan menjadi barang yang layak untuk dimuseumkan. Hehehe just kidding lhooo..

Well, kenapa saya berikan judul mendidik itu cantik & teladan itu menawan? Begini ceritanya. Beberapa waktu yang lalu saya baru saja berbincang dengan seorang rekan yang belum lama saya kenal. Beliau adalah seorang pemilik sebuak Kelompok Bermain dan juga Taman Kanak-kanak. Kami berbincang “ngalor-ngidul” terkhusus soal pendidikan dan juga kondisi di Taman Bermain miliknya itu, dan memang saat itu kami berbincang sambil sesekali dikerubuti anak-anak yang sekedar salaman sampai ikut nimbrung kami ngobrol (meskipun kelihatannya anak-anak itu juga belum paham apa yang kami obrolkan). Nah, rekan saya itu bercerita tentang kondisi di tempat itu, terutama soal Guru-gurunya yang sering keluar masuk dengan berbagai macam alasan. Ada sepenggal pernyataan yang saya catat dalm pikiran saya “Tapi gini mas, mereka (guru) yang disini sejak awal atau lama cara mengajarnya tu benar-benar seperti dari hati, dan apa-apa yang dilakukan itu lebih diikuti anak-anak, dan saya malah kadang sampai berpikir gini : kalau dalam jangka waktu tertentu seorang guru baru tidak mampu membuat anak-anak tertarik kepadanya dan mengikuti instruksinya, hampir bisa dipastikan beberapa bulan kemudian dia akan mengundurkan diri. Dan itu sering mas. Apalagi disini kami belum bisa melebihi UMR.”

Sejenak, saya amati guru yang ditunjukkan rekan saya itu, guru-guru yang senior disana, dan memang benar, meskipun secara usia boleh dibilang masih ibu-ibu muda, tapi cara mereka berkomunikasi dengan anak benar-benar hangat, wajar saja anak-anak begitu dekat dan mendengarkan serta mengikuti perintah dari guru mereka. Saya tidak tahu apakah kata-kata yang mereka ucapkan itu sudah disusun sebelumnya, tapi saya rasa tidak. Teman saya juga bercerita : “kalau kadang guru-guru ini membersihkan kelas (nyapu) anak-anak sering berebut sapu untuk membantu menyapu, atau membantu menata sepatu di rak, (karena memang disana semua alas kaki harus dilepas), hal-hal kecil seperti itu mereka lakukan sendiri lho mas, ndak pernah diminta “Ayo Bunda dibantu nyapu” atau yang lainnya.”

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, coba kita simpulkan dari cerita rekan saya itu, Pertama, mendidik dari hati, dengan cinta dan ketulusan tentu akan sangat jauh berbeda dengan hanya mengajar karena tuntutan pekerjaan semata. Seperti pepatah mengatakan Kerja Keras, Kerja Cerdas dan Kerja Ikhlas. Kerja Keras itu bisa diupayakan, Kerja Cerdas bisa dipelajari, Tapi Kerja Ikhlas harus datang dari hati.

Kedua, perbuatan yang kita lakukan didepan anak-anak kita itu lebih mereka perhatikan ketimbang kita hanya menyuruh atau menerintahkan sesuatu. Nah, kalau anak-anak sudah mengikuti kebiasaan baik kita, itu artinya mereka sudah tertawan dengan keteladanan yang kita berikan, kalau sudah tertawan dengan keteladanan kita seperti itu, tinggal kita pilih-pilih aja keteladanan apa yang ingin kita masukkan. Semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 21 Oktober 2013
Posted by Unknown

Jadi Teladan Yang Menemani, Bukan Memerintah

Assalamu’alaikum, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, teringat sepenggal kalimat yang diucapkan seorang teman di milad (ulang tahun) saya beberapa bulan yang lalu. Meskipun sebenarnya saya bukan penganut orang-orang yang merayakan hari seperti itu, tapi Alhamdulillah banyak yang mengucapkan dan mendo’akan saya. Yang salah satunya saya kutib menjadi judul di atas…

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, sejenak saya renungi kata-kata itu, apa sih maksudnya? Dan setelah daun saya bolak-balik, berbagai tabir saya singkap dan setiap pojok saya perhatikan (wah hiperbol banget ini), saya menemukan sesuatu yang luaarrrr biasa yang akan saya bagi untuk sahabat-sahabat semua Gratis tanpa dipungut biaya, tapi kalo maksa mau ngasih ya gak papa… banyak yang maksa lebih bagus. Xixixi

Sahabat pembaca yang baik hatinya, dalam beberapa pelatihan yang saya ikuti tentang mendidik anak dengan berbagai macam metode, saya menemukan sebuah kesamaan metode mendidik yang baik dari berbagai pelatihan tersebut, apa itu? Yupz, keteladanan. Tentu sahabat sekalian sudah sangat paham semisal kita menyuruh anak kita shalat, akan berbeda hasilnya jika kita juga shalat dengan kita tidak shalat kan? Nah, itulah salah satu sisi dari keteladanan.

Trus, apa dong maksudnya teladan yang menemani dan bukan teladan yang memerintah? Yupz, pertanyaan yang bagus (padahal yang tanya yang nulis). Sebagai contoh sederhana seperti ini, kembali lagi contohnya shalat ajalah yang gampang&wajib. Kita sudah shalat dengan baik setiap harinya, maksudnya rajin dan sudah tidak bolong-bolong. Nah, kita bermaksud menyuruh anak kita untuk ikut shalat juga, kira-kira pilih kata-kata yang mana ya?

A. Nak, sana shalat dulu!
B. Nak, sudah shalat belum? Ayo shalat dulu…!

Dua aja ah pilihannya. Yang pertama perintah dan yang kedua ajakan. Tentu akan lebih terasa hangat sebuah ajakan bukan? Dan Insya’ Allah sahabat-sahabat semua punya kata-kata yang lebih hangat untuk anak-anak sahabat semuanya.

Nah itu tadi sahabat-sahabat yang baik hatinya, pilihan pertama adalah yang saya maksud dengan teladan yang memerintah dan pilihan ke dua adalah teladan yang menemani. Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, anak-anak kita atau bahkan kita sendiri tentu akan merasakan sesuatu yang berbeda jika kita diminta melakukan sesuatu kebaikan dengan perintah dibanding dengan ajakan, bahkan meskipun yang mengajak itu tidak melakukan. So, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, anak-anak kita pun juga seperti itu kurang lebih, jadi kesimpulannya menjadi teladan yang baik saja belum cukup, tapi harus ditambah dengan sikap peduli dan perhatian.

Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 17 Oktober 2013
Posted by Unknown

Sebijak Ibrahim, Sesabar Ismail, Seikhlas Keduanya

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, esok hari Insya’ allah kita akan sambut Hari Raya ‘Idul Adha, sudah siapkan baju baru? Sarung baru? Peci baru? Sajadah baru? Haduuuhhh gak seribet itu juga kaleeee….

Seperti yang kita tahu, setelah kita mengerjakan Shalat ‘Ied, biasanya akan terjadi pembunuhan masal dimana-mana. Eits, jangan negative dulu, pembunuhannya berpahala kok. Yups, tepat sekali, Qurban. ‘Idul Ahda juga sering disebul ‘Idul Qurban kan? Siapa yang gak doyang daging kambing angkat tangan? Besok boleh dianter kerumah yak? (modus.hehehe).

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, tentu sudah hafal kan cerita tentang asal muasal alias awal mula Qurban? Yupz, tentu saja kita akan teringat Nabi Ibrahim as dan puteranya Ismail. Tapi saya tidak akan menceritakan itu semua di sini, hanya sepenggal saja. Dalam sejarah, ketika Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk menyembelih puteranya, beliau tidal lantas serta-merta melaksanakannya, melainkan beliau bertanya pendapat Ismail. Kurang lebih dalam sejarah diceritakan Ibrahim as bertanya kepada Ismail : “Dalam tidurku, aku bermimpi menyembelihmu, bagaimana pendapatmumu?” dan Ismail pun yang sadar bahwa mimpi seorang Nabi adalah wahyu dengan tegas ia menjawab “Wahai ayahku, laksanakah Allah kepadamu. Engkau akan menemiuiku Insya’ Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. ……….” Kemudian Ismail mengajukan beberapa permintaan antara lain agar diikat kuat, agar ditanggalkan pakaiannya dan agar sang ayah menggunakan pedang yang tajam. Yah kurang lebih seperti itu penggalan cerita yang saya ambil.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, begitu luar biasa bukan hikmah dari cerita di atas. misal saat ini anak-anak yang ada saat ini yang ditanya demikian, barangkali akan muncul beberapa pilihan jawaban :

A. Mau nyembelih Gue? Langkahi dulu Jurang blakang rumah.
B. Mau nyembelih Gue? Wani Pira?
C. Mau nyembelih Gue? Gue Gibeng Juga Loe.

Haduuuhhh,,, Horooooorrrrrrrrrrr…

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita kembalikan pada diri kita, bagaimana kita mendidik anak-anak kita. Apakah masih sering kita memaksakan kehendak? Atau sudah kita sering berdiskusi dengan anak-anak kita? Misal kita punya anak laki-laki yang sudah waktunnya sunat, apa yang kita lakukan?

A. Langsung antar ke tukang sunat langsung potong.
B. Menunggu anak minta sendiri.
C. Membicarakan dengan si anak.

Pilihan A tentu sangat beresiko jika anak mempunyai ketakutan yang besar. Pilihan B bisa jadi yang baik tatkala si anak merasa sudah waktunya atau sudah berani, tapi jika si anak mempunyai ketakutan besar juga, maka akan jadi masalah juga, bisa-bisa lulus SMA baru mau sunat. Nah, pilihan C barangkali bisa jadi pilihan yang baik. Berdiskusi dengan anak akan membuat kita tau seperti apa anak yang anak kita mau. Dengan menyampaikan kenapa sunat dan berbagai manfaat dari sunat bisa membuat anak mengerti dan menghilangkan rasa takut.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, bersikap bijak kepada anak tentu lebih baik ketimbang kita selalu memaksakan apa-apa yang kita harapkan dari anak kita. Dan anak akan menjadi lebih nyaman menerima dengan merasa pendapatnya didengarkan. Nah, kalau sudah seperti kita bisa mengambil jalan tengah dari apa yang kita harapkan dan dengan pendapat anak-anak kita, tentu setelah itu keikhlasan yang akan muncul bukan? Semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 14 Oktober 2013
Posted by Unknown
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -