Posted by : Unknown Senin, 05 Mei 2014

Assalamu'alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Bagaimana kabar sahabat semua? Sehat? Alhamdulillah...

Sahabat pembaca yang baik hatinya, ada yang pernah mendengar nama permainan "Lurah-lurahan"? Yupz, ini bahasa Jawa, kalau diterjemahkan bebas dalam bahasa Indonesia "Kepala Desa-Kepala Desa-an". Dalam Istilah Jawa, kata yang diulang dan diakhiri dengan imbuhan "an" bisa / ada yang berarti menyerupai atau menirukan. Dalam istilah permainan misalnya, ada permainan Kucing-kucingan, itu artinya ada pemain yang berperan menjadi kucing. Namun dalam permainan Lurah-lurahan tidak ada pemain yang berperan menjadi Lurah/Kepala Desa, karena ini hanya nama permainannya saja.



Kalau sedikit dideskripsikan, permainan ini kurang lebih seperti ini : "Alat yang digunakan adalah sekumpulan lidi yang dipotong pendek-pendek, mungkin bisa antara 10-15cm saja. Diantara kumpulan potongan lidi itu, ada yang dipatahkan dibentuk menyerupai cangkul, nah itu yang disebut sebagai Lurahnya. Cara bermaiinyapun cukup sederhana, secara bergantian pemain bisa menggenggam kumpulan lidi itu, kemudian ditebarka ke arena permainan. Arena permainannya pun cukup dengan lantai diberikan garis pembatas misalnya dengan ukuran 30cm persegi. Ketika melemparkan tidak boleh keluar dari garis itu atau terkena hukuman jika keluar. Nah, setelah dilempar, lidi akan saling bertumpukan, setelah itu, tugas pemain adalah mengambil lidi satu per satu, tapi tidak boleh menggerakkan lidi yang lain sedikitpun. Jika bergerak maka mati dan pemain berikutnya mendapatkan giliran. Dan lidi yang menyerupai cangkul (Lurah) boleh digunakan sebagai pengungkit untuk memudahkan mengambil lidi yang lain."

Sahabat pembaca yang baik hatinya, di hari libur kemarin, saya melihat adik-adik saya memainkan permainan itu sahabat. Nah, sayapun tertarik ikut nimbrung bermain. Itung-itung nostalgia waktu SD. hehehe Ketika kita masih kecil, mungkin kita hanya sekedar bermain saja sahabat, padahal ternyata banyak sekali pelajaran yang bisa didapat dari bermain permainan itu, antara lain :


1. Belajar Kehati-hatian
Pelajaran ini bisa didapat dari beberapa bagian, pertama ketika menebarkan tidak boleh keluar dari garis. Ke dua, ketika mengambil lidi tidak boleh menggerakkan lidi yang lainnya.
2. Melatih Konsentrasi
Meskipun hanya bermain, permainan ini memang membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi. Pasalnya, ketika mengambil lidi tentu harus memperhatikikan betul susunan lidi yang ada jangan sampai mengenai lidi yang lain agar tidak bergerak.
3. Belajar Memperhitungkan Resiko
Yups, maksudnya memperhitungkan resiko kurang lebih seperti ini, sebelum mengambil lidi, pemain harus mempertimbangkan "jika ini diambil, kira-kira berpengaruh tidak dengan lidi yang lain? Jika iya, apa? Menjadi mudah diambil, atau bergerak dan saya mati?"
4. Kepemimpinan
Lurah (lidi yang berbentuk cangkul) dalam permainan itu, jika telah berhasil diambil maka bisa berguna untuk mengungkit lidi lain yang ada pada tumpukan agar mudah diambil. Artinya, jika menjadi seorang pemimpin nantinya, salah satu sikap yang patut dicontoh adalah menggunakan kekuasaannya untuk menolong rakyat-rakyatnya.
5. Sabar
Kenapa sabar? Jelas, dengan bersabar maka dalam mengambil lidi tentunya akan lebih tenang dan tidak gegabah, sehingga resiko burukpun akan lebih bisa dihindarkan.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, dari permainan yang cukup sederhana ternyata ada hikmah luar biasa yang barangkali baru sebagian kecil yang saya kutipkan di atas. Memang, permainan-permainan tradisional meskipun sederhana cara dan alat yang digunakan, namun dibalik semua itu pelajaran-pelajaran hidup yang mulia banyak ditanamkan. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, gak ada salahnya sahabat bernostalgia dengan permainan-permainan masa kecil sahabat.:') 


Saya : 100% Kak Wall

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -