Posted by : Unknown Kamis, 31 Oktober 2013

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, salam jumpa penuh ceria di Kamis nan indah penuh berkah ini, Insya’ Allah. Sahabat-sahabat yang baik hatinya, adakah diantara sahabat sekalian yang pernah melihat pagelaran Wayang Kulit? Atau serial di Tipi-Tipi tentang kisah Mahabarata gitu? Atau minimal tau laahhh PANDAWA LIMA? Ya Kan? Yupz, tokoh pewayangan ini memang sangat terkenal dalam dunia pewayangan, 5 ksatria hebat dengan berbagai kelebihan masing-masing.
Nah, saya teringat cerita beberapa waktu yang lalu ketika saya mengikuti sebuah pelatihan. Dalam pelatihan itu, salah satu narasumber yang dihadirkan adalah seorang budayawan, terkhusus beliau piawai dalam seni Pedalangan atau Wayang. Dalam pelatihan itu, beliau menuturkan tentang filosofi Pandawa Lima yang dapat dikaitkan dengan dunia pendidikan. Kurang lebih seperti ini kutipan cerita beliau waktu itu :

“Pandawa Lima, sejatinya adalah satu kesatuan yang menggambarkan pribadi manusia. Lima Ksatria itu, sebenarnya hanyalah perlambang/symbol dari masing-masing sifat atau kelebihan yang ada pada diri manusia. Menanamkan sifat-sifat seperti watak kesatuan dari pandawa lima itu hendaklah dilakukan dari masa kecil seorang anak, karena jika demikian tentunya bukan hanya sekedar karbitan. Berikut ini akan saya gambarkan apa sih keistimewaan atau sifat apa yang digambarkan dari masing-masing tokoh.

Yang pertama, Puntadewa. Watak yang paling menonjol dari penggambaran tokoh ini adalah ketaatan kepada Tuhan YME. Makanya tokoh ini adalah tokoh tertua dalam pandawa, artinya tokoh yang pertama. Seperti dalam menanamkan kepada anak, tentu mengajarkan ketaatan kepada Allah haruslah yang pertama.

Yang kedua, Bima/Wrekudara dalam bahasa jawa. Watak utama tokoh ini adalah kekuatan. Kekuatan disini maksudnya adalah kemampuan untuk melakukan dan kerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Yang ketiga, Janaka/Arjuna. Tokoh ini symbol dari rasa cinta dan kasih sayang. Sifat ini sangatlah penting kita tanamkan sejak kecil, sekalipun itu dilakukan kepada makhlukNya yang terkecil sekalipun, misalnya semut, jangan liat semut dikit “Githes” atau apa bunuh dan lain sebagainya termasuk cinta kepada sesame manusia.

Yang ke empat dan kelima, yaitu Nakula Sadewa. Keselarasan, kerukunan dan keseimbangan adalah penggambaran dari karakter dua tokoh ini. Begitupun hidup ini juga harus seimbang, kita mendidik jangan melulu soal akhrirat semata, tetapi juga soal keduniaan. Tentunya dengan seimbang, tapi ingat, seimbang tidak selalu sama. Dan hidup juga harus rukun dengan sesame tentunya.

Jadi kesimpulannya adalah, kelima watak utama tokoh Pandawa itu adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Apalagi berdiri sendiri. Dan jika mampu kita tanamkan dalam kita mendidik anak-anak kita, Insya’ Allah anak-anak kita kelak akan menjadi anak yang baik. Dan jangan sampai hilang salah satu watak tersebut. Misalnya seperti ini, Taat ibadah kepada Allah, punya kekuatan untuk melakukan kebaikan, tapi tidak didasari dengan cinta, maka hasilnya juga tidak maksimal. Atau contoh lagi, dengan kiri kanan baik, cinta kepada sesama, tapi tidak punya ketaatan kepada Allah, tentu akan rusak juga. Oleh sebab itu, mari kita tanamkan watak-watak yang baik kepada anak-anak kita sejak kecil.”

Sahabat pembaca yang baik hatinya, itu tadi kutipan penjelasan dari seorang budayawan Wayang kulit yang bisa saya kutipkan untuk sahabat pembaca semuanya. Entah kebenaran dari cerita dalam Pewayangan itu nyata atau tidak. Tapi, setidaknya ada pelajaran yang dapat kita petik dalam penceritaan ataupun tokoh seperti yang digambarkan diatas. Semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -