Posted by : Unknown Senin, 14 Oktober 2013

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, esok hari Insya’ allah kita akan sambut Hari Raya ‘Idul Adha, sudah siapkan baju baru? Sarung baru? Peci baru? Sajadah baru? Haduuuhhh gak seribet itu juga kaleeee….

Seperti yang kita tahu, setelah kita mengerjakan Shalat ‘Ied, biasanya akan terjadi pembunuhan masal dimana-mana. Eits, jangan negative dulu, pembunuhannya berpahala kok. Yups, tepat sekali, Qurban. ‘Idul Ahda juga sering disebul ‘Idul Qurban kan? Siapa yang gak doyang daging kambing angkat tangan? Besok boleh dianter kerumah yak? (modus.hehehe).

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, tentu sudah hafal kan cerita tentang asal muasal alias awal mula Qurban? Yupz, tentu saja kita akan teringat Nabi Ibrahim as dan puteranya Ismail. Tapi saya tidak akan menceritakan itu semua di sini, hanya sepenggal saja. Dalam sejarah, ketika Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk menyembelih puteranya, beliau tidal lantas serta-merta melaksanakannya, melainkan beliau bertanya pendapat Ismail. Kurang lebih dalam sejarah diceritakan Ibrahim as bertanya kepada Ismail : “Dalam tidurku, aku bermimpi menyembelihmu, bagaimana pendapatmumu?” dan Ismail pun yang sadar bahwa mimpi seorang Nabi adalah wahyu dengan tegas ia menjawab “Wahai ayahku, laksanakah Allah kepadamu. Engkau akan menemiuiku Insya’ Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. ……….” Kemudian Ismail mengajukan beberapa permintaan antara lain agar diikat kuat, agar ditanggalkan pakaiannya dan agar sang ayah menggunakan pedang yang tajam. Yah kurang lebih seperti itu penggalan cerita yang saya ambil.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, begitu luar biasa bukan hikmah dari cerita di atas. misal saat ini anak-anak yang ada saat ini yang ditanya demikian, barangkali akan muncul beberapa pilihan jawaban :

A. Mau nyembelih Gue? Langkahi dulu Jurang blakang rumah.
B. Mau nyembelih Gue? Wani Pira?
C. Mau nyembelih Gue? Gue Gibeng Juga Loe.

Haduuuhhh,,, Horooooorrrrrrrrrrr…

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita kembalikan pada diri kita, bagaimana kita mendidik anak-anak kita. Apakah masih sering kita memaksakan kehendak? Atau sudah kita sering berdiskusi dengan anak-anak kita? Misal kita punya anak laki-laki yang sudah waktunnya sunat, apa yang kita lakukan?

A. Langsung antar ke tukang sunat langsung potong.
B. Menunggu anak minta sendiri.
C. Membicarakan dengan si anak.

Pilihan A tentu sangat beresiko jika anak mempunyai ketakutan yang besar. Pilihan B bisa jadi yang baik tatkala si anak merasa sudah waktunya atau sudah berani, tapi jika si anak mempunyai ketakutan besar juga, maka akan jadi masalah juga, bisa-bisa lulus SMA baru mau sunat. Nah, pilihan C barangkali bisa jadi pilihan yang baik. Berdiskusi dengan anak akan membuat kita tau seperti apa anak yang anak kita mau. Dengan menyampaikan kenapa sunat dan berbagai manfaat dari sunat bisa membuat anak mengerti dan menghilangkan rasa takut.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, bersikap bijak kepada anak tentu lebih baik ketimbang kita selalu memaksakan apa-apa yang kita harapkan dari anak kita. Dan anak akan menjadi lebih nyaman menerima dengan merasa pendapatnya didengarkan. Nah, kalau sudah seperti kita bisa mengambil jalan tengah dari apa yang kita harapkan dan dengan pendapat anak-anak kita, tentu setelah itu keikhlasan yang akan muncul bukan? Semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -