Posted by : Unknown Senin, 07 Oktober 2013

Assalamu’alaikum sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya. Menyapa hari yang indah ini, saya akan sedikit bercerita untuk sahabat semuanya. Begini ceritanya,
“Suatu hari seorang ayah menasehati anaknya untuk belajar. Memang kesehariannya si anak kurang senang belajar, sehingga sang bapak harus tiap hari menyuruh untuk belajar. Tak jarang sang bapak harus memarahi si anak agar mau belajar.
Bapak : “Nak, kamu itu harus rajin belajar, mau jadi apa nanti? Lihat! Bapak sering dipanggil ke sekolah sama guru kamu gara-gara nilai kamu jelek semua.”
Anak : “Iya..iya..nanti juga belajar. (dengan nada ketus)”
Bapak : “Sekarang gini, bapak akan kurangi jam nonton TVmu, mulai jam 6 sore, sudah tidak boleh lagi ada TV nyala dan kamu harus belar. Titik.”
Anak : “Iyaaaaa…(sedikit ngambeg)”
Suatu sore si anak nonton TV sejak siang pulang sekolah, lewat jam 6 sore TV masih menyala dan sang bapak yang mengetahui hanya membiarkan saja. Lewat ‘Isya’ juga masih nonton TV si anak ini, tapi lagi-lagi sang bapak tidak menegurnya, sampai sia anak ini sendiri mematikannya karena sudah mengantuk dan akan tidur. Si anak menggumam,
Anak : “O…ternyata bapak hanya menggertakku, buktinya masih bisa nonton TV sampai malam.”
Pikiran itu semakin mendorong si anak untuk semakin rajin (nonton TV), bahkan ketika sang ayah marah dan mengatakan yang lain,
Bapak : “Kalau kamu tidak mau belajar, TVnya akan bapak jual.”
Anak :”Iya… (paling Cuma gertak lagi, pikir si anak)”
Dan benar saja, larangan itu tak pernah jadi kenyataan meskipun berkali-kali si anak melanggarnya. Dan semakin hari si anak semakin kebal dengan gertakan-gertakan seperti itu tanpa pernah mengindahkan.”

Nah, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, Sebagai orang tua, kadang ketika kita merasa tidak didengar, kita sering mengeluarkan gertakan-gertakan seperti halnya cerita di atas. Apa tidak boleh? Pada dasarnya boleh saja kalau itu jalan trakhir yang harus ditempuh ketika iming-iming mainan, liburan, sepeda baru atau yang lain sudah tidak digubris lagi. Asaaaalllll, kita juga konsisten dengan gertakan itu. Kalo memang melanggar, ya seharusnya apa yang dijanjikan juga dilakukan. Misal, cerita di atas, harusnya sang bapak benar-benar menjual TVnya agar anak tidak berpikir itu hanya gertak sambal dan kebohongan semata. Tapi, dalam memberikan hal seperti itu juga haruslah hal-hal yang tidak melanggar Syar’I dan juga tidak merugikan tetapi berkesan. Misal, seperti tadi, TV benar-benar dijual. Sehingga anak akan berpikir “O…berarti kalau bapak/ibuku ngomong gitu tu beneran” kurang lebih seperti itu.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, sering kita memberikan nasehat tegas untuk anak-anak kita, tapi, kita tidak pernah konsisten dengan teguran itu, sehingga sering menjadikan anak tidak mengindahkan lagi meskipun kita tegas menasehatinya. Maka dari itu sahabat pembaca yang baik hatinya, TEGAS saja tidak cukup KONSISTEN akan melengkapinya. Sekian semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -