Posted by : Unknown Kamis, 10 Oktober 2013

Assalamu’alaikum, sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaiman kabar sahabat hari ini? Tetap sehat? Tetap semangat? Salam Olah Raga. (Lho…hehehe)
Kalo lihat judulnya serem yah? Wuis,,,apa-apaan itu judul??? Eits, tunggu dulu, barang kali perlu disimak dulu ilustrasi yang akan saya sampaikan dalam cerita singkat berikut ini.

”Ada sebuah keluarga dimana di dalamnya terdapat sepasang orang tua dan seorang anak laki-laki dan juga seorang pembantu. Sepasang orang tua dalam keluarga itu masing-masing adalah pengusaha yang sangat sibuk. Sang ayah pengusaha di luar Pulau yang hanya pulang setahun sekali. Dan sang ibu pengusaha butik yang setiap harinya bekerja sedari pagi petang dan pulang malam hari. Tak jarang sang ibu tidak pulang ke rumah karena harus mengurusi outlet-outletnya yang ada di luar kota. Sehingga si anak jarang sekali bertemu dengan kedua orang tuanya, dan kesehariannya di rumah, si anak hanya tinggal dengan seorang pembantu yang juga mengasuhnya sejak kecil. Sang ibu ketika hendak berangkat kerja hanya berpesan “Mbak, nanti tolong Kiki (nama si anak) diurusi ya? Sama tolong nanti kalo sudah saatnya siap-siap ke sekolah dibangunin” dan kalo sepulang kerja hanya kalimat “Kiki sudah tidur kan mbak?” yang sering diucapkan.

Suatu ketika, si anak sedang mengikuti pelajaran di sekolahnya. Waktu itu hari pertama masuk sekolah SD setelah sebelumnya baru saja lulus dari TK. Adalah Bu Ratna, Guru kelas itu.
Bu Ratna : “Anak-anak, sekarang ibu akan memanggil satu persatu dari kalian, dan tugas kalian di depan adalah menceritakan diri kalian dan kedua orang tua kalian. Kalian paham?”
Murid : “Ya bu,,, kami paham…”
Bu Ratna : “Baik, sekarang siapa yang namanya Andien, maju ke depan!”
Andien : “Namaku Andien, orang Pak Adi dan Bu Ayu…………” (Andien menceritakan panjang lebar tentang keluarganya)
Bu Ratna : “Bagus Sekali. Sekarang Kiki. Mana Kiki? Majulah Nak…”
Kiki : “Saya Bu.”
Bu Ratna : “Baik Silakan”
Kiki : “Namaku Radika Al Farizki, dipanggil Kiki. Kata Mbak Mimin Pembatu dirumahku, Ayahku seorang pengusaha di Kalimantan, dan Ibuku pengusaha pakaian. Nama Ayahku Tuan dan Ibuku Nyonya, itu kata Mbak Mimin Juga. Terus Mbak Mimin bilang Ayahku itu pulangnya setiap lebaran dan aku sudah lupa wajahnya dan aku juga jarang bertemu ibu, soalnya ibuku perginya pagi-pagiii sekali dan kalau pulang pasti aku sudah tidur. Aku ingiin sekali bertemu mereka, aku ingi seperti Andien tadi, diajak bermain, dipeluk, diajak jalan-jalan, pasti menyenangkan. Tapi kapan? Aku ingin sekali…(si anak ini terus bercerita sambil menangis)”
Bu Ratna : “Terimah kasih Nak…duduklah kembali. (sambil mengusap air mata) Apakah kamu sudah bisa menulis?”
Kiki : “Sudah Bu.”
Bu Ratna : “Baik, Tulislah keinginanmu-keinginanmu itu sekarang, nanti Ibu akan kirim surat ke orang tuamu.”
Kiki :”Ya Bu…”

Singkat cerita, usaha Bu Ratna ternyata berhasil, Kedua orang tua Kiki tersadar. Tapi, apa yang terjadi ketika pertama kali Ayah dan Ibu Kiki menemui Kiki secara bersamaan? “Mah, Ohm ini siapa? Suaminya Mbak Mimin ya?” Itu pertanyaan yang terlontar pertama kali. Hemmmm…

Ilustrasi di atas ironis memang, tak seperti kebanyakan anak yang pada kewajarannya sudah bisa mengenali siapa orang tuanya, bahkan anak BATITA pun sudah bisa membedakan mana orang tuanya dan mana yang bukan. Tapi tidak dengan Kiki, karena tak pernah bertemu dengan orang tua, sampai-sampai tidak mengenali siapa Ayahnya. Ayah dan Ibu Kiki ini hanya mengutamakan pekerjaan dan berprinsip “Kebutuhan keluarga (uang) harus dinomor satukan” dan terlihat akibatnya.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mungkin di sekeliling kita atau bahkan diri kita sendiri mempunyai permasalahan yang hampir sama, meskipun tak seekstrim itu. Tapi pada dasarnya, kesibukan duniawi yang kita jalani terkadang bahkan sering merampas hak-hak anak kita. Tak jarang anak merasa haus kasih sayang dari orang tuanya karena kesibukan itu, yang akibatnya si anak mencari pelampiasan yang lain yang tak jarang pula ke arah yang negative dan berakibat fatal. Kalau sudah seperti itu, biasanya orang tua akan saling menyalahkan (kayak di tipi-tipi).

Nah, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, Apa kita harus menunggu sampai terjadi seperti itu? Insya’ Allah semua sepakat untuk menjawab TIDAK bukan? Yupz, sesibuk apapun kekiatan kita, amanah kita, tapi jangan sampai kita melupakan hak-hak anak, terlebih sampai anak kita kehilangan kasih sayang kita. Mau ditaruh di mana muka kita di Akhirat?

Saya : 100% Kak Wall

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -