Posted by : Unknown Senin, 16 Desember 2013

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Bagaimana kabar hari ini? Sehat? Alhamdulillah,,, bersyukurlah bagi kita yang sehat dan mohon do’anya agar saya yang saat ini sedikir meriang bisa segera fit kembali. Aamiin.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, semua pakar pendidikan ataupun pakar yang ahli dalam mengasuh anak pasti mengajarkan agar kita mendidik dan mengajari anak dengan sebaik-baiknya. Tidak ada yang salah dengan itu, orang tua memanglah guru terbaik dan yang pertama kali mengajari anak-anaknya. Dari mulai sekedar mengajarkan kata “papa” ato “mama” dan juga mengajarkan hal-hal yang baik berikutnya. Tapi sahabat, adakah kita perhatikan anak-anak pada umumnya? Ternyata ada hal yang patut kita tiru dari mereka. Apa itu? Yupz… yaitu bagaimana mereka dengan polosnya mengatakan setiap apa yang mereka tahu dengan penuh kejujuran dan tanpa ditutup-tutupi. Sangat ringan bagi mereka mengatakan apa-apa dengan sesungguhnya, karena mereka berpikir semua akan baik-baik saja. Dan bukankah sejatinya demikian sahabat? Hanya saja bagi kita yang sudah dewasa justru terkadang menutup-nutupi hal yang baik dengan ketidak jujuran. Kita sering berpikir jujur itu, terbuka itu terkadang berbahaya. Tidak sedikit orang yang tidak terbuka agar mendapatkan pujian, mendapatkan untung besar dan juga menutupi kesalahan ataupun keegoisan dirinya. Heemmm...


Masih ada yang lebih parah lagi. Ada pula orang tua yang secara sadar mengajarkan kepada anaknya untuk tidak jujur. Misalnya kisah berikut ini :
“Ada seorang ibu yang sedang bermasalah dengan rekannya. Saat itu rekannya itu mengirimkan pesan singkat yang berisi “Jeng, pokoknya urusan kita harus kita selesaikan sekarang, aku tidak peduli bagaimana usahamu. Aku akan datang kerumahmu setengah jam lagi.” Dalam kondisi itu sang ibu berniat untuk sembunyi didalam rumah ditenpat yang menurutnya tidak bisa dijangkau orang lain. Sebelum sembunyi, ia menitipkan pesan kepada anaknya yang berusia sekitar 5 tahun, namanya Sinta.


Ibu : “Dik, kalo tante Tari datang, bilang mama gak ada ya?”
Sinta :”mama mau kemana? mau pergi ya?”
Ibu :”Tidak, mama mau sembunyi di kamar belakang.”
Sinta :”Lho,, kenapa sembunyi ma?”
Ibu :”Sudah gak papa, pokoknya nanti bilang mama gak ada gitu. Sudah sana kamu nonton Tv aja sana!”
Setengah jam kemudian tante Tari datang. Apa yang terjadi?
Tante Tari : “Halo sinta…lagi nonton apa?”
Sinta :”Lagi nonton Sponge Bob tante…”
Tante Tari :”Mama mana?”
Sinta :”Kata mama, kalo tante datang, Sinta suruh bilang kalo mama gak ada tante…”
Tante Tari :”O,,, gitu? Terus sekarang mama dimana?”
Sinta :”Kata mama mau sembunyi di kamar belakang gitu..”
Tante Tari :”$%#%$&^(“
Gubrak dot com gak tuh?”
 

Sahabat pembaca yang baik hatinya, barang kali masih ada bahkan banyak orang tua yang tidak berani menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalahnya dan parahnya sang anak menjadi korban seperti cerita diatas. Korban apa? Yaitu korban keegoisan orang tua dengan memberikan contoh ketidak jujuran. Akan sangat disayangkan jika seorang anak yang fitrah ternodai dengan ketidak jujuran yang dicontohkan orang tuanya seperti itu, karena bukan tidak mungkin akan terbawa sampai ia dewasa kelak. Karena apa-apa yang kita ajarkan pada anak ibarat ukiran yang kita pahat diatas batu, yang akan membekas dan melekat pada dirinya sampai dewasa.

Saya : 100% Kak Wall

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -