Posted by : Unknown Kamis, 12 Desember 2013

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Diiringi rintik air hujan yang sedari tadi masih terus mengguyur, kata demi kata, kalimat demi kalimat mulai berpindah dari benak saya menjadi sebuah tulisan ini untuk sekedar menyapa sahabat pembaca sekalian.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, kalau saya bertanya tentang cerita rakyat Malin Kundang, tentu sahabat pembaca sekalian tahu bukan? Kurang lebih cerita yang berkisah tentang kedurhakaan seorang anak kepada Ibunya yang berakhir dengan sebuah kutukan dari sang Ibu hingga akhirnya Malin Kundang berubah menjadi batu. Kisah itu sangat merakyat di Negeri ini dan sangat menginspirasi pendengar bagaimana harus bersikap kepada orang tua kita, terlebih ibu kita. Karena setidaknya beliaulah yang harus kita dahulukan untuk kita hormati, bahkan 3 kali, sebelum ayah kita.


Ada sebuah kisah lain tentang sebuah keluarga yang tengah diuji dengan masalah keluarga. Barangkali tidak perlu saya ceritakan seperti apa masalahnya, saya hanya akan sedikit mengutip sebuah kalimat dari seorang anak dari keluarga itu. Waktu itu, secara posisi memang sang Ibu yang kurang tepat sikapnya, hingga memicu permasalahan keluarga itu dan imbasnya ke anak-anaknya. Hingga suatu ketika muncul sebuah perdebatan dan ada sebuah kalimat yang terlontar dari salah seorang anak ke saudara-saudaranya : “Iya, ibu memang salah, tapi aku tidak mau dia terus-terusan menjadi korban kebencian kalian, padahal kesalahannya tak seberapa dan aku akan meluruskan sikapnya. Kalian harus ingat, dari rahimnyalah kita lahir, bukan dari batu.”


Sahabat pembaca yang baik hatinya, ada sebuah nasehat dari seorang rekan ketika saya berkunjung ke rumahnya, ketika itu rekan saya baru saja dikaruniai anak pertama. Kurang lebih seperti ini nasehatnya :”Kalau sampai saat ini kita belum menemukan alasan kenapa kita harus berbakti dan sangat-sangat menyayangi ibu kita, maka bagi kita yang laki-laki, coba, nanti ketika istri kita melahirkan, dampingilah disisinya dan lihat perjuangannya.” Ketika itu rekan saya bercerita bagaimana ia mendampingi istrinya yang tengah melahirhkan sampai baju yang dikenakannya tak berwujud lagi karena sobek semua lantaran cengkeraman sang istri yang tengah bersusah-payah berusaha mengeluarkan sang buah hati dari rahimnya. Nah, kurang lebih seperti itulah perjuangan ibu-ibu kita. Barang kali masih ada yang ngeyel “Lha sekarang kan bisa cesar” tinggal kita katakan “Loe pikir cesar kagak sakit apa?”


Sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita mulai dari diri kita sendiri, semoga kelak anak-anak kita bisa menjadi anak-anak yang sholih, yang berbakt pada ibu bapaknya dengan keteladanan yang kita berikan sejak saat ini. Insya’ Allah…


Saya : 100% Kak Wall. 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -