Posted by : Unknown Kamis, 05 Desember 2013

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar sahabat hari ini? Saya do’akan kita semua senantiasa selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin…

Sahabat pembaca yang baik hatinya, teringat ketika seorang bapak menasehati saudaranya yang tengah ada masalah dengan menantunya. Ada sebuah kalimat yang sampai hari ini masih terngiang dalam benak saya “Pancen ora gampang dadi wong tua, apa maneh sak omah karo anak sing eneng arane (Mantu), omong sak omong kudu penak dirasakke, sanajan karepe apik wae sok kadang ditampa ra penak ana ati nek carane ngomong mung waton ngomong. Dadi wong tua kuwi ora mung mergo akeh umure.” Kira-kira sahabat paham gak ya? Hehehe baik, akan saya terjemahkan dengan bahasa yang lebih memasyarakat “Memang tidak mudah menjadi orang tua, apa lagi serumah sama menantu, berbicara apapun harus enak dirasakan, walaupun niatnya baik saja terkadang diterima dengan perasaan yang tidak enak ketika cara menyampaikannya Cuma asal. Menjadi orang tua yang dewasa itu bukan hanya karena banyak umurnya.” Yah, kurang lebih seperti itulah…


Sahabat pembaca yang baik hatinya, pepatah mengatakan “Buah Jatuh Tidak Jauh Dari Pohonnya.” Yang artinya tingkah laku anak sedikit banyak akan mengikuti orang tuanya bahkan cenderung menyerupai. Itulah sebabnya betapa sangat perlunya kehati-hatian dalam kita memberikan keteladanan untuk anak-anak kita. Dalam tingkah laku maupun dalam setiap perkataan. 


Sahabat pembaca yang baik hatinya, terkadang bahkan sering diantara kita masih merasa muda, baru lulus SMA, padahal sejatinya lulus SMA sudah lebih dari 15 tahun yang lalu. parahnya belum juga menyadari bahwa segala sesuatu sudah banyak berubah dan banyak yang harus diubah. Disaat masih usia sekolah, masih sangat wajar kita berbicara dan bertingkah layaknya remaja yang tengah mencari identitas diri yang bahkan sering cenderung dengan bahasa-bahasa gaul dan sebagainya. Tapi, kira-kira apa jadinya ketika tingkah laku dan tutur bahasa yang kita gunakan disaat kita masih usia sekolah itu masih kita gunakan disaat kita sudah memiliki dua anak? Bisa jadi anak kita berkata pada kita “Dari mane Loe Bro?” waduuuuhhhh parah juga kali ya?


Nah itulah sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kita harus semakin menyadari diposisi mana usia kita saat ini dan apa saja yang harus kita rubah dari usia kita sebelumnya. Tentunya perubahan yang kita lakukan adalah perubahan yang mengarahkan bagaimana kita menjadi pribadi yang lebih dewasa seiring bertambahnya usia kita. Agar anak-anak kita mendapatkan keteladanan yang baik dari orang yang bersikap dewasa, bukan hanya sekedar tua. Dan untuk kita ingat sahabat, ketika usia kita banyak, tua itu menjadi pasti, tetapi dewasa itu mungkin dan itu pilihan.


Saya : 100% Kak Wall. 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -