Posted by : Unknown Kamis, 16 Januari 2014

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar sahabat di hari yang begitu indah ini? Kenapa begitu indah? Yah, tentu semua sepakat bahwa disetiap hari-hari yang kita lalui ini terdapat berbagai nikmat yang besar dan tak terhingga jumlahnya, yang tak pernah dapat terhitung dengan teori Matematika, tak dapat dibayangkan dalam benak manusia dan tak cukup dituliskan andai air di lautan sebagai tintanya dan dedaunan sebagai kertasnya. Sungguh luar biasa bukan?

Sahabat pembaca yang baik hatinya, pernahkah sahabat ditanya tentang pelajaran sekolah oleh seorang anak SD? Bisa jadi pernah bahkan sering. Bagi seorang guru mungkin ini bukanlah menjadi soal, tapi ini pertanyaan saya tujukan bagi sahabat yang tidak berprofesi sebagai guru atau tentor dan sejenisnya. Lalu, pernahkah sahabat ditanya tentang pelajaran sekolah yang sulit yang sahabat tidak bisa menjawabnya? Kira-kira apa yang akan sahabat katakan?
a. Maaf dik, kakak udah lupa. Hehe (sambil nyengir)
b. Waduh, apa ya? Coba tanya gurumu disekolah!
c. Kakak ilmunya udah tingkat tinggi, jadi yang seperti itu udah lupa.
d. Wah, pas pelajaran itu dulu kakak gak berangkat, jadinya gak tahu deh.


Haaduuuhhhh… yah, barangkali jawaban-jawaban seperti itu yang akan muncul dari benak kita. Sahabat pembaca yang baik hatinya, mungkin baru saat ini, diusia kita yang bukan lagi kita sebagai pelajar, yang menuntut ilmu di bangku sekolah, kita sadari bahwa ilmu yang kita dapatkan disekolah bukanlah sekedar ilmu untuk kita meraih nilai yang baik di raport sekolah kita. Mungkin dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik dari adik-adik atau anak-anak kita tentang Rumus Luas Lingkaran, atau teori pitagoras, atau hukum Newton dan lain sebagainya yang menyadarkan kita bahwa usaha keras sekolah kita hanya untuk selembar Ijazah yang masih kita simpan rapi dalam sebuah Map plastik yang kita harapkan dapat menjaga Ijazah itu dari serangan kutu kertas (renget-Jawa) yang dapat menghancurkannya.


Lalu, dimanakah proses itu saat ini? Adakah tak tersisa sedikitpun? Bagaimana kita bisa bercerita pada anak kita bahwa kita pernah menjadi juara lomba Matematika tingkat Provinsi sedangkan rumus luas segi tiga saja kita lupa? Yah, itulah salah satu potret pendidikan yang ada di lingkungan kita ini sahabat, yang mengedepankan hasil akhir dan melupakan proses yang sejatinya proses itulah yang akan terekam kuat dalam ingatan jika dijalankan dengan cara yang benar, bukan sekedar cara-cara instan.


Nah, pertanyaannya, adakah diantara kita yang saat ini menjadi orang tua yang juga melakukan hal yang sama? Maksudnya, kita menuntut anak kita mempunyai nilai yang bagus tanpa kita memikirkan apakah anak kita paham betul atau tidak tentang pelajaran yang didapatkannya. Mungkin kita sering mengatakan “Pokoknya kamu harus gini… Pokoknya kamu harus gitu…” dan lain sebagainya tapi kita tidak memfasilitasi si anak untuk dia memahami pelajaran-pelajaran sekolahnya. Akhirnya, cara-cara instanlah yang muncul seperti mencontek dan teman-temannya.


So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mungkin kita sudah terlanjur melewatkan masa-masa proses yang kita bahas diatas. Tapi, kita masih punya kesempatan yang lain, yaitu tentunya mengajarkan pada anak-anak kita agar mereka bisa menikmati dan memahami proses belajar mereka, sehingga bukan hanya sekedar nilai yang ia dapatkan, melainkan kefahaman.


Saya : 100% Kak Wall

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -