Archive for Januari 2014

Perhatikan Istilah Dalam Mendidik Anak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, hari ini saya baru saja selesai menjadi anggota tim kegiatan Out Bond. Dan saya berkesempatan memandu sebuah permainan yang cukup menarik. Dalam permainan itu saya menginstruksikan peserta untuk menjatuhkan sasaran sebanyak mungkin dengan cara menggulirkan/ menggelindingkan bola sampai mengenai sasaran dengan jarak yang saya tentukan sebelumnya. 

Eits, tapi tidak sesederhana itu, cara menggelindingkannya tidak hanya dengan tangan lho, tapi ada yang menggunakan kaki. Nah, dari situlah mulai ada celotehan dari peserta setelah mereka mndapatkan undian dengan anggota gerak yang mana mereka akan melempar. Ada yang berkata “Aaaahhhh ko tangan kiri sih?”, “Yes, tangan kanan.” Kalau yang putra “Yes, dapat kaki kanan” mungkin sering sepak bola, tapi ada juga yang bilang “Kalau kaki kiri kan gak bisaaaa…” dan masih banyak lagi teriakan-teriakan yang mereka lontarkan.

Beberapa saat kemudian tiba giliran mereka melempatkan satu per satu mulai dari yang mendapatkan cara menggelindingkan dengan tangan kanan, tangan kiri kemudian kaki kiri sampai dengan kaki kanan… kali ini banyak kejadian yang tidak mereka duga, banyak yang gagal menggunakan anggota gerak yang mereka anggap lebih berpeluang untuk menjatuhkan sasaran, yaitu tangan dan kaki kanan. Sebaliknya, tidak sedikit yang berhasil memaksimalkan tangan dan kaki kiri mereka. Nah, celotehannya pun mulai berganti. “Wah, ternyata tangan kirimu jago ya?” atau “aduuuhhh, kenapa tendangan kananku melenceng jauh?” dan lainnya.
 

Sahabat pembaca yang baik hatinya, pernahkah kita mendengarkan orang tua yang menyuruh anaknya ketika makan “Hayoo, maemnya pakai tangan yang bagus…(maksudnya tangan kanan)” dari situlah ada kemungkinan muncul anggapan dari seorang anak bahwa yang bagus itu tangan kanan, sedang yang kiri tidak. Nah, makanya sampai terbawa ketika mereka beranjak dewasa seperti yang terjadi dalam cerita saya diatas. 

So, sahabat pembaca yang baik hatinya, barangkali kita harus mulai berhati-hati memberikan istilah untuk anak-anak kita, jangan sampai contoh di atas menjadi salah satunya dan kalaupun sudah terjadi semoga itu cukup satu-satunya. Why? Yah, karena apapun yang telah Allah anugerahkan untuk kita ini semua sudah pada porsi dan kegunaannya. Ada sebuah kalimat yang menarik bahwa “Ketika kita menganggap buruk fisik kita ataupun fisik orang lain, tenyata bukan semata kita menghina bentuk ataupun kegunaan fisik itu, melainkan kita sudah menghina yang menciptakannya.” Astaghfirullah… semoga kita dijauhkan ya dari sikap-sikap seperti itu? Aamiin.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 30 Januari 2014
Posted by Unknown

Pentingnya Metode Belajar Anak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana suasana hari ini sahabat? Semangat? Alhamdulillah… yang penting tetap syukur yah?

Sahabat, pernahkah bertanya pada anak kecil tentang pertanyaan-pertanyaan yang kita anggap sangat mudah? Contohnya kita bertanya pada anak yang berusia TK tentang rukun Islam dengan pertanyaan “Dik, sebutkan rukun Islam dong…bisa kan?” Yah, pertanyaannya memang sebenarnya cukup mudah tapi belum tentu mereka bisa jawab. Padahal mungkin juga mereka sebenarnya sudah hafal. Tapiiiii…dengan cara yang lain kita menanyakannya misalnya “Dik, nyanyian Rukun Islam apal kan? Coba kakak mau dengar dong…” Kalo dah gitu bukan tidak mungkin si anak langsung jawab “Rukun Islam yang limaaaa… Syahadad Shalat Puasaaa…Zakat untuk si Papa… Haji bagi yang kuasa…” intinya, bagaimana kita bertanya itu akan berpengaruh bisa dan tidaknya si anak akan menjawab.


Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, yang saya sebutkan tadi hanyalah salah satu contoh saja yang menggambarkan bahwa cara belajar anak membutuhkan media, yang biasanya bisa berbentuk audio ataupun visual. Nyanyian, gambar-gambar, warna, model, alat peraga, benda atau makhluk hidup dan lain sebagainya adalah contoh-contoh media yang bisa kita gunakan untuk mengajarkan sesuatu hal untuk anak. Selain menarik, anak juga akan lebih mudah memahami apa yang ingin kita sampaikan.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, ternyata metode belajar dengan menggunakan media seperti itu tidak hanya efektif untuk anak-anak kecil pra sekolah / TK saja, melainkan sekarang ini sudah dikembangkan untuk anak-anak sekolah dasar dan tingkat di atasnya pun bisa menggunakan metode atau cara belajar tersebut. Pernah dengar istilah “MIND MAP” yapz, itu adalah salah satu teknik belajar mencatat yang lebih kreatif yang dimaksudkan untuk lebih mudah mengingat dan menghafalkan materi belajar. Dengan kombinasi berbagai unsur seperti garis, gambar, symbol, warna, kata-kata kunci yang menarik, membuat metode ini cukup popular dan menarik untuk di terapkan.


So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari, kita coba memberikan cara-cara yang lebih mudah dipahami dalam mengajarkan sesuatu untuk anak-anak kita, tidak cukup hanya mudah saja, tetapi juga menyenangkan, karena, menyenangkan adalah salah satu hal yang membuat sesuatu akan terasa menjadi lebih mudah. Sekian…


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 27 Januari 2014
Posted by Unknown

Pentingnya Membersamai Anak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, siang ini saya baru saja silaturrahim ke sebuah sekolah. Sesampainya di sekolah itu saya sedikit terkejut karena kondisi sekolah yang sudah sangat sepi dan semua pintu ruangan tertutup termasuk gerbang sekolah, hanya saja memang tidak digembok…padahal sebelumnya salah seorang ustadzah mengatakan pulangnya sore setiap harinya. Lantas saya mengira sekolah itu libur atau pulang pagi. Sempat saya memutuskan untuk pulang, tapi kemudian pandangan saya menyapu setiap sudut sekolah itu dan dalam benak saya berkata “Sebentar, kalau sudah pulang kenapa itu sepatu-sepatunya masih tertata rapi di rak depan kelas? Masa’ sepatu ditinggal di sekolahan?” saya pun berubah pikiran dan memutuskan untuk mencoba masuk dengan membuka gerbang yang memang tidak dikunci. Sesaat setelah saya berhasil masuk ke halaman sekolah itu, kemudian seorang ustadzah yang cukup saya kenal keluar dari ruangan menyambut dan menyapa serta mempersilakan saya masuk.
 

Setelah duduk selanjutnya kami pun mulai berbincang dan saya bertanya,
Saya : “Ini ko sepi ust? Sudah pulang atau gimana?”
Ustadzah :”O..tidak mas, ini jam tidur…”
Saya : “O..gitu, saya kira sudah pulang atau libur tadi. Ustadzahnya berarti juga jam istirahat ya ust?”
Ustadzah :”Iya Mas, anak-anak tu kalo ndak ditunggui sambil ikut tidur atau sekedar pura-pura tidur gitu pada lari-larian Mas.”
Saya : “O.. gitu???”


Ada sebuah pernyataan ustadzah yang cukup menarik “…anak-anak tu kalo ndak ditunggui sambil ikut tidur atau sekedar pura-pura tidur gitu pada lari-larian…” Benar juga, barang kali anak-anak justru main sendiri-sendiri atau saling mengganggu satu sama lain jika tidak ditunggui sambil menemani dan mengajak tidur. Yah, maklumlah namanya juga anak-anak.


Coba, sekarang kita bandingkan saat kita menyuruh anak-anak kita belajar kemudian apa yang kita lakukan? Rasanya tidak pas ketika kita justru menonton TV bukan? Yah, minimal kita menemani sambil baca Koran (meskipun kadang korannya terbalik) untuk sekedar membuat anak kita berpikir bahwa kita juga sedang belajar sambil menunggu barangkali anak kita merasa kesulitan kemudian bertanya. Artinya, kita bukan sekedar menyuruh atau memerintah tetapi kita mengajak untuk melakukannya.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 23 Januari 2014
Posted by Unknown

Tips Mencari Ide Menulis

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu… Salam jumpa sahabat pembaca yang baik hatinya. Adakah sama musim yang sedang sahabat nikmati ditempat sahabat dengan musim yang ada disini? Berrrrrr… yah, menulis diiringi dengan turunnya deras air hujan yang cukup membuat suasana bercampur aduk. Senang ketika memikirkan petani yang mendapatkan air yang dapat meningkatkan kesuburan tanamannya, tetapi juga sedih melihat sahabat-sahabat yang lain yang sedang mendapatkan ujian berupa banjir. Namun bagaimanapun, semua itu adalah nikmat yang wajib bagi kita mensyukurinya. Setuju?

Sahabat pembaca yang baik hatinya, boleh curhat dikit kan? Terkadang, muncul rasa enggan dalam diri saya untuk menyapa sahabat dengan tulisan-tulisan saya. Yah, perasaan itu muncul lantaran saya merasa kehabisan ide tentang apa yang bisa saya kutipkan untuk sahabat pembaca semua. Terlebih ketika saya sudah mencoba berpikir keras tentang tema yang akan saya angkat, tetapi belum juga menemukannya. Ada kalanya saya mencari tema tentang hal-hal yang menurut saya WOW, tetapi ketika ide tak juga kunjung datang kembali lagi rasa enggan dan malas yang muncul. Padahal, sejatinya hal-hal sederhanapun bisa menjadi sesuatu yang (kata teman saya) Awesome banget.


“Lembar Mutaba’ah Pengalamanku.” Yupz, itulah salah satu yang mengembalikan semangat saya untuk setia menyapa sahabat pembaca semua. Apa sih itu? Baik, beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan menjadi Tim dalam sebuah Training untuk adik-adik di sebuah Sekolah Dasar. Nah, pada kesempatan itu, salah seorang Ustadz yang juga Kepala Sekolah disana meminta tim kami untuk mengapresiasi sebuah buku yang belum selesai proses editingnya dan rencananya akan segera dicetak. Kemudian saya membuka halaman demi halaman dan saya baca sekilas. Banyak judul dan cerita yang tertulis dalam buku itu, dari yang Lucu, Inspiratif, Unik, Menggelitik dan ada pula yang Mengharukan. Dan ketika membaca buku itu seolah saya kembali ke masa-masa kecil dulu. Kira-kira siapa penulis buku itu? Yupz, tepat sekali, mereka adalah Siswa-siswi dari sekolah itu, yang dengan kreatifnya menuangkan pengalaman-pengalaman pribadi mereka dalam sebuah tulisan yang akhirnya difasilitasi Sekolah menjadi sebuah buku yang diberikan Judul “Lembar Mutaba’ah Pengalamanku.”


Sahabat pembaca yang baik hatinya, dari buku itulah kemudian saya menyimpulkan bahwa ternyata apa saja bisa menjadi sebuah tema untuk kita belajar menulis. Seperti dalam buku itu, ada yang menuliskan tentang : Bermain Layang-Layang, Hujan-Hujan, Memancing di Sungai, Lomba Tahfidz, Membuat CupCake saat liburan, Menyantuni Bayi kurang Gizi, Kerja Bakti, Praktek Menyembelih Ayam, Dikejar Anjing dan lain sebagainya, yang kesemuanya ada dan tak jarang kita temui di sekitar kita bahkan kita lakukan sendiri. Dan meskipun sederhana, ternyata bisa menjadi sesuatu yang WOW ketika sudah menjadi sebuah tulisan, yah seperti yang dilakukan adik-adik di SD tadi.


Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, mungkin menarik juga ya kalau anak-anak atau adik-adik disekitar kita, kita ajarkan untuk belajar menulis seperti Siswa-siswi di Sekolah itu? So, sembari kita belajar bisa sekalian mengajarkan. 


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 20 Januari 2014
Posted by Unknown

Sekolah Hanya Untuk Mencari Ijazah?

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar sahabat di hari yang begitu indah ini? Kenapa begitu indah? Yah, tentu semua sepakat bahwa disetiap hari-hari yang kita lalui ini terdapat berbagai nikmat yang besar dan tak terhingga jumlahnya, yang tak pernah dapat terhitung dengan teori Matematika, tak dapat dibayangkan dalam benak manusia dan tak cukup dituliskan andai air di lautan sebagai tintanya dan dedaunan sebagai kertasnya. Sungguh luar biasa bukan?

Sahabat pembaca yang baik hatinya, pernahkah sahabat ditanya tentang pelajaran sekolah oleh seorang anak SD? Bisa jadi pernah bahkan sering. Bagi seorang guru mungkin ini bukanlah menjadi soal, tapi ini pertanyaan saya tujukan bagi sahabat yang tidak berprofesi sebagai guru atau tentor dan sejenisnya. Lalu, pernahkah sahabat ditanya tentang pelajaran sekolah yang sulit yang sahabat tidak bisa menjawabnya? Kira-kira apa yang akan sahabat katakan?
a. Maaf dik, kakak udah lupa. Hehe (sambil nyengir)
b. Waduh, apa ya? Coba tanya gurumu disekolah!
c. Kakak ilmunya udah tingkat tinggi, jadi yang seperti itu udah lupa.
d. Wah, pas pelajaran itu dulu kakak gak berangkat, jadinya gak tahu deh.


Haaduuuhhhh… yah, barangkali jawaban-jawaban seperti itu yang akan muncul dari benak kita. Sahabat pembaca yang baik hatinya, mungkin baru saat ini, diusia kita yang bukan lagi kita sebagai pelajar, yang menuntut ilmu di bangku sekolah, kita sadari bahwa ilmu yang kita dapatkan disekolah bukanlah sekedar ilmu untuk kita meraih nilai yang baik di raport sekolah kita. Mungkin dengan pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik dari adik-adik atau anak-anak kita tentang Rumus Luas Lingkaran, atau teori pitagoras, atau hukum Newton dan lain sebagainya yang menyadarkan kita bahwa usaha keras sekolah kita hanya untuk selembar Ijazah yang masih kita simpan rapi dalam sebuah Map plastik yang kita harapkan dapat menjaga Ijazah itu dari serangan kutu kertas (renget-Jawa) yang dapat menghancurkannya.


Lalu, dimanakah proses itu saat ini? Adakah tak tersisa sedikitpun? Bagaimana kita bisa bercerita pada anak kita bahwa kita pernah menjadi juara lomba Matematika tingkat Provinsi sedangkan rumus luas segi tiga saja kita lupa? Yah, itulah salah satu potret pendidikan yang ada di lingkungan kita ini sahabat, yang mengedepankan hasil akhir dan melupakan proses yang sejatinya proses itulah yang akan terekam kuat dalam ingatan jika dijalankan dengan cara yang benar, bukan sekedar cara-cara instan.


Nah, pertanyaannya, adakah diantara kita yang saat ini menjadi orang tua yang juga melakukan hal yang sama? Maksudnya, kita menuntut anak kita mempunyai nilai yang bagus tanpa kita memikirkan apakah anak kita paham betul atau tidak tentang pelajaran yang didapatkannya. Mungkin kita sering mengatakan “Pokoknya kamu harus gini… Pokoknya kamu harus gitu…” dan lain sebagainya tapi kita tidak memfasilitasi si anak untuk dia memahami pelajaran-pelajaran sekolahnya. Akhirnya, cara-cara instanlah yang muncul seperti mencontek dan teman-temannya.


So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mungkin kita sudah terlanjur melewatkan masa-masa proses yang kita bahas diatas. Tapi, kita masih punya kesempatan yang lain, yaitu tentunya mengajarkan pada anak-anak kita agar mereka bisa menikmati dan memahami proses belajar mereka, sehingga bukan hanya sekedar nilai yang ia dapatkan, melainkan kefahaman.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 16 Januari 2014
Posted by Unknown

Tips dan Rahasia Sukses Berbicara di Depan Orang Banyak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, Alhamdulillah saya bisa kembali menyapa sahabat melalui tulisan sederhana yang ada harapan besar di dalamnya untuk bisa menginspirasi khususnya untuk diri saya dan sahabat pembaca semuanya.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, beberapa hari yang lalu saya dikejutkan dengan sebuah jempol (Like) yang terlontar untuk tulisan saya. Pasalnya, tulisan itu belum genap satu menit saya unggah ke social media. Padahal, menurut saya butuh 2-3 menit untuk membaca catatan itu dari awal sampai selesai. Lalu, iseng-iseng saya tanya ke sahabat yang memberikan jemponya itu, “Kok udah kasih jempol? Emang udah dibaca?” kemudian dibalaslah dengan kata-kata “Udah, depan sama belakangnya tok. hahaha” 


Terlepas dari bercanda atau serius jawaban itu, namun ada sebuah hal yang cukup menarik disana. Yups, seperti ada sebuah ungkapan “Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda.” Dalam sebuah pelatihan mendongeng yang saya ikuti beberapa waktu yang lalu, Trainer yang memberikan materi dalam forum itu bercerta tentang berbagai kasus pendongeng-pendongeng yang gagal memberikan dan menyampaikan materi yang bahkan sudah disiapkan secara rinci sebelumnya. Dan konon, sebagian besar dari kegagalan itu bermula karena sang Pendongeng tidak bisa menarik perhatian audiens di awal ia tampil, sehingga audiens pun tidak merasa ingin memperhatikan sampai di akhir ia bercerita. Trainer itu pun memberikan kesimpulan skaligus Tips bahwa ketika kita berbicara didepan umum, entah ceramah, ngajar di kelas, ngajar TPA, ataupun yang lainnya, maka 3 menit pertama itu sangat menentukan, jadi sebisa mungkin tampilkan atau berikan sesuatu yang tidak hanya cukup, tapi sangat menarik.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, hal serupa? Atau mungkin seorang guru yang kurang berwibawa dihadapan murid-muridnya? Nah, hal itu terjadi bukan tidak mungkin karena kesalahan ketika pertama kali menghadapi murid-muridnya. Bisa jadi terlalu banyak bercanda, atau tidak menghiraukan siswa yang tidak tertib dan lain sebagainya. 


So, sahabat pembaca yang baik hatinya, merupakan hal yang wajib bagi setiap kita dalam berbicara di depan umum untuk dapat menarik perhatian audiens yang ada, dengan berbagai macam cara yang bisa dilakukan yang tentunya berkesan. Tetapi juga tidak serta merta cukup itu saja, melainkan isi yang kita sampaikan pun juga harus materi yang benar-benar kita siapkan. Sehingga, audienspun juga mendapatkan sesuatu yang berharga. Eit’s, masih ada lagi ternyata. Yups, closing. Kesan terakhir akan membuat materi yang kita sampaikan terngiang atau tidaknya dalam benak audiens. Sebagai penutup tulisan ini, ada sebuah lelucon yang sempat terlontar dalam pelatihan yang saya ceritakan di atas, “Ketika kesan pertama begitu menggoda, maka peserta akan memperhatikannya. Ketika penutupan begitu menawan, maka panitia akan kembali mengundang.” Sekian.


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 13 Januari 2014
Posted by Unknown

Jangan Membandingkan Kemampuan Anak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar sahabat hari ini? Semoga selalu sehat dan ceria. Aamiin...
Sahabat pembaca yang baik hatinya, pernahkah sahabat membanding-bandingkan anak kita dengan anak orang lain? Entah di depan anak kita secara langsung maupun dibelakang anak kita? Disadari atau tidak, terkadang kita menganggap bahwa anak kita tidak sehebat anak orang lain disekitar kita. Daaaannnn, tak jarang kita memaksakan anak kita untuk menjadi seperti anak orang lain.


Sebenarnya tidak selalu salah ketika kita menginginkan anak kita hebat seperti anak orang lain, hanya saja terkadang keinginan kita salah dan lebih menjurus kepada hal-hal yang kurang baik. Sebagai contoh, sekarang ini sedang marak-maraknya acara televisi yang berbau Joged-Joged dan sejenisnya, ada goyang Cesar, Goyang oplosan dll. Nah, ketika kita melihat anak orang lain bisa menirukan goyang-goyang itu kita begitu bangga dan mengatakan “Waaahhh hebat ya?” tak jarang kita jadi menginginkan anak kita yang mungkin baru berusia balita untuk bisa seperti itu. Al hasil, setiap hari kita tontonkanlah anak kita pada tayangan yang dianggap menghibur itu agar anak kita bisa ikut-ikutan jogged seperti di TV itu.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, bukan bermaksud menghujat acara televisi, tapi coba kita bandingkan, kira-kira lebih baik mana anatara anak orang lain yang berusia 5 tahun yang bisa menirukan goyang oplosan dan sejenisnya yang ada di televisi, dengaaaannnn anak kita yang usianya sama dan kita sudah mampu untuk mendidiknya sehingga hafal Juz ‘Amma? Kira-kira masihkah kita menganggap anak orang lain yang bisa goyang-goyang itu lebih hebat dengan anak kita yang Insya’ Allah bisa memberikan mahkota dari permata kelak di Akhirat? Hemmm


INGAT!!! Membanding-bandingkan anak sendiri dengan anak orang lain, apalagi didepannya langsung ketika ia telah bisa berpikir dan dewasa, bisa menimbulkan sakit hati pada si anak. Kalopun kita menganggap anak kita belum bisa berprestasi yang baik, bukan tepat dengan membanding-bandingkan, melainkan kita motivasi dan kita upayakan untuknya agar mampu berprestasi yang terbaik.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 09 Januari 2014
Posted by Unknown

Kenali Potensi Anak Sejak Dini

Assalamu’alaikum, sahabat pembaca yang baik hatinya, menuangkan unek-unek yang ada dalam benak sembari diiring suasana yang begitu syahdu bersamaan dengan guyuran air hujan yang tak kunjung reda sedari tadi, mengingatkan saya pada sebuah kisah ketika saya mengikuti sebuah pelatihan di Kota Gudeg bebrapa waktu yang lalu. Ketika itu, seorang trainer yang menjadi pemateri acara itu, memaparkan tentang bagaimana cara agar peserta bisa melejitkan karirnya. 

Salah satu cara atau tips yang diberikan adalah dengan mengoptimalkan kelebihan-kelebihan yang kita miliki. Trainer itu memberikan waktu sekitar 5 menit untuk peserta memikirkan apa kelbihan-kelebihan yang menonjol dalam dirinya yang bisa menunjang karirnya. Sampai-sampai semua peserta diinstruksikan untuk menghubungi orang-orang terdekat untuk menanyakan hal-hal yang menonjol atau kelebihan-kelebihan yang dimiliki peserta jika belum bisa menemukan sendiri. Karena (kata Trainer itu) terkadang orang-orang terdekatlah yang lebih tau tentang diri kita daripada diri kita sendiri. Kemudian Trainer itu menceritakan pengalamannya tentang sebuah kelebihan yang ia miliki dan istrinyalah yang memberitahukan kelebihan itu.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, coba kita lihat disekitar kita, atau bahkan kita sendiri barangkali, betapa banyak orang tua yang tidak mampu mengenali potensi kelebihan yang dimiliki anak-anaknya, atau, kalaupun mampu, mereka tidak mau mengungkapkan dan menjadikan itu sebagai pemacu anaknya untuk berprestasi dan cenderung membiarkannya. Dan yang lebih parah, orang tua yang memahami kelebihan sang anak tetapi tetap memaksakan sang anak untuk mengikuti kemauan orang tuanya. 


Sahabat sekalian, berangkat dari cerita saya diatas, ketika kita menjadi orang tua untuk anak-anak kita, sudah selayaknyalah bagi kita untuk mengetahui apa sih kelebihan-kelebihan yang dimiliki anak-anak kita. Nah, dengan begitu lebih mudah untuk kita membantu anak-anak kita dalam mengoptimalkan kemampuan yang mereka miliki untuk mendukung prestasinya, baik prestasi akademis maupun non akademis. 


Sebagai contoh, anak kita suka bercerita dan menceritakan apa saja yang dia lihat atau dia alami, dengan sedikit polesan, bisa kita arahkan anak kita menjadi seorang pencerita atau pendongeng dan sebagainya. Lagi, anak kita punya suka dengan hal-hal yang bersifat penelitian-penelitian, kita bisa mengajaknya untuk bermain eksperimen-eksperimen kecil misalnya membuat rangkaian lampu dengan batu baterai yang kabelnya dihubungkan melalui buah apel dan lampunya menyala. Atau bagaimana membuat magnet dari sebuah penggaris mika yang digosok-gosokkan pada rambut kering atau bahan lain yang bisa menarik potongan-potongan kertas kecil. Dan eksperimen-eksperimen kecil lainnya yang tujuannya kembali lagi untuk mendukung bagaimana ia bisa berprestasi, kalau dalam hal ini dalam pelajaran IPA. Dan saya rasa masih banyak contoh yang lainnya.

Nah, shabat pembaca yang baik hatinya, orang tua adalah sosok yang seharusnya menjadi orang terdekat untuk anak-anaknya, yang paling tau tentang kelebihan apa yang anak-anaknya miliki, bukan hanya dari guru sekolah anaknya ia tahu apalagi dari orang yang merasa titipi anaknya sehari-hari.


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 06 Januari 2014
Posted by Unknown

Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar sahabat hari ini? Ternyata waktu begitu cepat berlalu ya? Sudah kita tinggalkan tahun 2013 dan kini kita memulai dan mengawali upaya kita untuk mengoptimalkan potensi yang telah Allah anugerahkan untuk kita di tahun 2014 ini. Baru tadi pagi saya mencoba membuka file-file kegiatan tahun lalu, kegiatan-kegiatan yang saya rasa baru berjalan beberapa saat yang lalu, ternyata sudah setahun yang lalu saya kerjakan. Dan yang tah bisa dihindarkan tentunya semakin tua ya? Hehehe Eit’s, jadi kita sudah semakin tua, tapi sudah dewasakah kita?

Sahabat pembaca yang baik hatinya, beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah artikel tentang kenakalan anak. Ada sebuah hal yang cukup menarik yang saya temukan disana. Dalam tulisan itu dibahas tentang berbagai macam problematika kenakalan anak, dari mulai membangkang, malas, suka berbohong dan lain sebagainya. Dalam tulisan itu juga disebutkan berbagai macam penyebab kenapa si anak menjadi bermasalah seperti contoh-contoh permasalahan di atas. Nah, yang cukup menarik, dari berbagai macam penyebab yang ada, ada penyebab yang melibatkan satu unsure yang sama dari setiap permasalahan, yaitu unsur dari orang tua. Sebagai contoh akan saya sebutkan setiap permasalahan dan salah satu penyebabnya, sebagai berikut :


1. Anak Memberontak, penyebabnya orang tua over protektif, tidak adil dan menuntut berlebihan.
2. Anak Berbohong, penyebabnya meniru orang tua dan orang tua tak kenal kompromi.
3. Anak Malas, penyebabnya orang tua terlalu memanjakan.
4. Anak Membangkang, penyebabnya orang tua otoriter dan tidak memahami kecenderungan anak.
5. Anak Kecanduan Nge-Game, penyebabnya orang tua terlalu cuek terhadap anak.
6. Anak Suka Merokok, penyebabnya kurang perhatian orang tua.
7. Dll


Sahabat pembaca yang baik hatinya, kurang lebih seperti itu disebutkan dalam tulisan tersebut salah satu penyebab kenakalan anak. So, sahabat pembaca sekalian sudah dapat kita simpulkan bukan bagaimana besarnya pengaruh dari sikap yang kita berikan untuk anak-anaki kita? Nah, tinggal bagaimana kita menghindarkan sikap-sikap negative seperti yang tertulis di atas agaaarrrr anak-anak kita terhindar dari perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap negative seperti yang dicontohkan di atas. Semoga bermanfaat.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 02 Januari 2014
Posted by Unknown
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -