Posted by : Unknown Senin, 16 September 2013

Assalamu’alaikum, apa kabar sahabat pembaca hari ini? Maaf bila tulisan yang dinanti-nantikan tak kunjung datang (haha… PeDe dikit gak papa kan?), karena waktu jualah yang membuat tulisan ini baru bisa melayang terbang ke hadapan sahabat pembaca sekalian. Bukan saya menyalahkan waktu, tapi mungkin karena belum pandai memanfaatkan waktu.hemmm

Sahabat pembaca yang baik hatinya, apa yang terfikir dalam benak kita ketika kita mendengar kata-kata “Ngaji” diucapkan? Adakah yang berfikir “O.. itu aktivitas buat anak-anak kalo sore, mereka ngaji.” Atau “O.. itu aktivitas belajar membaca huruf hijaiyah Alif, ba’, ta’. dst” Sungguh sempit dikala kita masih berpikir pengertian Ngaji itu sebatas hal-hal itu tadi. Karena memang yang namanya ngaji bukan sekedar itu aja. Mempelajari ilmu-ilmu agama yang lain juga ngaji lho.. bahkan mempelajari ilmu-ilmu yang lain juga bisa dikatakan ngaji juga ko. Jadi, sangatlah luas sebenarnya pengertianisasi dari sebuah kata Ngaji yang bisa membuat kontroversi hati, dan pengertian itu bukan untuk mempertakut kita kepada konspirasi kemakmuran untuk menkudeta diri dalam menuntut ilmu. (apa-apaan ini? Korban keintelektualan. hahha). Maksudnya, pengertian mengaji itu sangatlah luas pokoknya.

Yupz, tapi, biar tidak terlalu “Ngalor-Ngidul” saya mau mengajak sahabat-sahabat pembaca untuk sejenak menghitung, sudah berapa banyak nikmat yang dianugerahkan kepada kita ini yang kita pergunakan untuk mengkaji ayat-ayat Allah? Banyak atau sedikit? Jawab sendiri-sendiri yak? (Jawabannya ditulis di selembar kertas foto trus ditempel di kamar aja. Buat motivasi maksudnya.) Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, jika kita menghitung-hitung nikmat yang Allah berikan kepada kita, kemudian kita bandingkan dengan apa yang telah kita kerjakan untuk mempelajari Ayat-ayatNya, tentu saja sangatlah jauh perbandingannya. Bahkan, bisa dikatakan tidak akan pernah sebanding, karena memang sangatlah besar nikmat yang kita dapatkan. Baik, sekarang permasalahannya bukan seberapa besar yang sudah kita lakukan, tapi, masihkah kita senantiasa melakukannya? Melazimi mempelajari ayat-ayat Allah seharusnyalah menjadi sebuah kebutuhan bagi diri kita, karena ilmu itu sebelum amal, maksudnya, hendaklah kita mengilmui sesuatu sebelum kita mengerjakannya.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita ingat-ingat kembali fasilitas-fasilitas yang sudah diberikan Allah untuk kita dalam potongan ayat 9 QS As Sajdah “….Dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati…” Nah, coba kita lihat satu persatu. Yang pertama, pendengaran. Pendengaran adalah sebuah nikmat yang tak terkira harganya dan sangat vital dalam diri manusia. Bahkan, bayi yang terlahir dalam kondisi tuli, maka hampir bisa dipastikan ia akan bisu, karena dia tidak mendapatkan input apa yang harus ia ucapkan. Kedua, penglihatan. Ini juga tak kalah vital, kalau Allah mencabut nikmat itu, merah, biru, hijau semua itu hanya akan ada dalam angan-angan saja. Misal kita mendengarkan orang berbicara, tentu akan lebih meresap ketika kita dapat melihat si pembicara bukan? Yang ketiga, hati. Hati disini bukan hati secara fisik, melainkan Qalbu, yang memungkinkan kita bisa merasakan senang, sedih, bahagia dan lain-lainnya. Nah, pertanyaannya kembali lagi, sudahkah nikmat-nikmat itu kita gunakan untuk mengkaji Ayat-ayat Allah?

Nah, biar kita lebih semangat lagi akan saya sampaikan lagi sebuah ayat yang semoga bisa menjadi motivasi kita untuk semakin giat mempelajari Ayat-ayat Allah. Dalam surah Al A’raf ayat yang ke 179 disampaikan “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” Hemmm…Siapa yang mau seperti binatang ternak? Saya yakin tidak ada yang mau kan? So, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita pergunakan hati, mata dan telinga kita untuk memahami, melihat dan mendengar tanda-tanda kekuasaan Allah, jangan sampai kita seperti perumpamaan binatang ternak, yang bebas mau apa aja, mau seharian tidur silakan, mau jalan-jalan gak pake baju juga gak ada yang nglarang (maaf bukan bermaksud menyinggung bagi sahabat yang kalo pergi bajunya gak komplit loh.) Dan mari kita giatkan diri kita, tinggalkan kemalasan dalam mempelajari ilmu-ilmu Allah agar kita tidak tergolong sebagai orang-orang yang lalai. Insya’ Allah.

Saya : 100% Kak Wall. Salam Saling Mengingatkan

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -