Archive for September 2013

Ajarkan Untuk Memilih

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar hari ini? Secerah hari ini kah? Semoga demikian. Senantiasa bergembira menunaikan amanah-amanah kita.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, hari ini saya akan sedikit melanjutkan tulisan saya tentang mendidik dengan metode cerita. Yang kemarin sudah saya sampaikan tentang relevansi metode ini ditengah perkembangan jaman dan teknologi yang ada saat ini, yang ujungnya adalah kita kembalikan kepada kitab pedoman utama hidup ini yaitu Al Qur’an.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, di dalam Al Qur’an, kita banyak dididik dengan berbagai macam kisah yang ada di dalamnya. Nah, di dalam kisah-kisah itu, secara garis besar manusia dapat digolongkan menjadi 3 golongan. Apakah 3 golongan itu? Nah, ini dia yang akan kita bahas dalam tulisan ini. Anak-anak kita, tentunya akan menangkap apa-apa saja yang kita ajarkan kepadanya, baik secara keseluruhan ataupun sebagian dari yang kita ajarkan tersebut. Termasuk disaat kita memberikan cerita kepada anak-anak kita. Dari sinilah bisa kita masukkan nilai-nilai dari ketiga golongan yang dikisahkan dalam Al Qur’an. Ketiga golongan itu adalah Pertama, Golongan orang-orang yang muttaqin. Kedua, Golongan orang Kafir dan ketiga golongan orang munafik, dengan masing-masing kisah yang bisa kita ambil dari berbagai ayat dalam Al Qur’an.

Dalam setiap kita menyampaikan cerita kepada anak-anak kita, tentu kita berharap hanya sifat baik saja yang dicontoh oleh anak-anak kita. Lalu pertanyaannya, apakah kita hanya boleh bercerita tentang orang-orang yang muttaqin saja kepada anak-anak kita agar mereka meneladani tokoh-tokoh di dalamnya? Tentu saja tidak, seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, kita mengimani Al Qur’an sebagai kita pedoman hidup kita, maka kita juga hendaklah mengimani apa-apa yang ada di dalamnya, termasuk kisah-kisah di dalamnya. Padahal seperti yang tertulis di atas, dalam Al Qur’an ada kisah-kisah tentang 3 Golongan tadi. “Sampaikan walau satu ayat!” Sering mendengar ini bukan? Naaa,,, dari situ bisa kita ambil pelajaran bahwa tidak ada batasan hanya boleh menceritakan tentang golongan muttaqin saja, melainkan tentang kemunafikan dan juga kekafiran hendaklah diceritakan juga, justru dari sanalah anak kita ajarkan untuk memilah dan memilih sifat-sifat mana yang harus diteladani dan mana yang harus dihindari. Sekian Semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall. Salam Cerita, Salam Ceria.
Senin, 30 September 2013
Posted by Unknown

Hari Gini Mendidik Dengan Cerita? Why Not?

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar sahabat hari ini? Semoga senantiasa ceria selalu. Lho, kenapa harus ceria? Yupz, dengan ceria, Insya’ Allah jadi makin semangat kita menjalankan amanah-amanah kita di muka bumi ini. Dan tentunya, siapapun yang kita temui juga akan senang dengan ekspresi ceria kita kan?

Sahabat pembaca yang baik hatinya, kemarin saya sempat menjadi narasumber dalam sebuah acara dialog di sebuah stasiun radio, dalam acara itu saya membawakan tema tentang mendidik dengan bercerita. Nah, dalam acara tersebut ada seorang bapak yang bertanya “Di tengah perkembangan teknologi yang makin maju seperti saat ini, apakah masih Relevan mendidik dengan metode Cerita? Padahal anak-anak sekarang mainannya sudah GadGet, Laptop, Android, game On Line dll.” Bagi saya pertanyaan ini cukup menarik, karena bisa jadi ini memang mewakili pertanyaan pertanyaan mayoritas dari kita.

Sahabat pemabaca yang baik hatinya, seperti yang kita ketahui perkembangan teknologi saat ini memang sangat pesat adanya. Yang siapa saja dapat menikmati, tidak pandang dari anak-anak sampai dewasa. Maka, wajar saja kalau orang tua ataupun pendidik mempertanyakan “Apakan masih relevan mendidik dengan cerita dikala mereka harus bersaing dengan berbagai macam benda-benda yang hebat dan menarik untuk anak?” Sahabat pembaca yang baik hatinya, satu sisi perkembangan yang pesat tentang teknologi memang sangat menguntungkan, tapi disisi lain akan menimbulkan dampak yang negative disaat kurang tepat menggunakannya. Untuk masalah ini tentu sudah banyak kita ketahui.

Kembali ke pokok pembahasan kita tentang relevansi cerita untuk jaman sekarang ini. Ada sebuah jawaban sederhan untuk menjawab pertanyaan itu. Bagi seorang Muslim, sudah sebuah keharusan untuk megimani Al Qur’an, bahkan itu merupakan salah satu dari pada Rukun Iman. Nah, kalau kita beriman kepada Al Qur’an, tentu saja kita juga harus beriman dengan apa-apa saja yang ada dan terkandung di dalamnya bukan? Padahal menurut para ahli ada kurang lebih 300 ayat dalam Al Qur’an yang berisi kisah atau cerita. Pertanyaannya sekarang “Apakah Al Qur’an pernah kehilangan Relevansi dalam pendidikan atau dalam kehidupan ini?” Tentu saja semua sepakat untuk menjawab TIDAK. Karena memang Al Qur’an dari setelah diturunkan hingga saat ini merupakan Kitab Terbaik untuk mendidik dan Insya’Allah hingga akhir Jaman nantinya.

Nah, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, jadi kesimpulannya mendidik dengan cerita akan sangat relevan ditengah perkembangan jaman/ teknologi saat ini. Terlebih jika kita menghayati tentang manfaat ataupun kekuatan dari bercerita itu sendiri (seperti di tulisan saya sebelumnya). Dan sebenarnya, teknologi yang ada saat ini jika kita mau kreatif, justru bisa kita manfaatkan dalam pendidikan melalui media cerita itu sendiri. Tetapi ada satu PR bagi kita yaitu bagaimana kita mengkreasiakan cerita-cerita yang kita gunakan untuk media pendidikan itu menjadi sesuatu yang lebih menarik dibandingkan dengan aneka benda-benda elektronik yang semakin canggih saat ini. Semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall. Salam Ceria.
Kamis, 26 September 2013
Posted by Unknown

Biarkan Pada Fitrahnya

Assalamu’alaikum. Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar hari ini? Semoga senantiasa dalam LindunganNya. Dan semoga kita masih senantiasa dapat menjalankan amanah kita sebagai ciptaanNya di muka bumi ini. Aamiin

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, apakah sahabat termasuk penggemar sepak bola? Jika iya tentunya tidak melewatkan pertandingan tadi malam antara TimNas vs Vietnam bukan? Minimal sekedar info brapa skornya? atau yang menang mana? Hemmm, tadi malam saya sempat melihat bagaimana perjuangan pasukan Garuda Muda yang begitu tangguh berjuang sampai drama adu penalty. Di sana bisa dilihat semangat yang luar biasa dari anak-anak muda yang usianya belum genap 19th itu. Mereka begitu gigih untuk memenangkan pertandingan dan mempersembahkan yang terbaik untuk Negeri ini.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, ada satu hal yang coba saya lihat dari sudut pandang lain, yaitu Apa yang membuat para pasukan Garuda Muda ini bisa begitu gigih berjuang “habis-habisan” untuk memenangkan pertandingan? Setelah Koran saya bolak-balik, televisi saya pindah-pindah (kadang pindah jadi uang. Lho..itu dijual namanya.hehe) Komentar dan pembicaraan dari para komentator pertandingan dan wawancara pemain saya tampung, akhirnya saya temukan ada satu sisi yang barangkali belum pernah saya pikirkan sebelumnya. Yupz, saya menemukan satu kata kunci, yaitu Fokus. Para pasukan Garuda Muda ini barangkali jika ditanya motivasinya hanya satu yaitu menang untuk Mengharumkan nama Bangsa, meskipun mungkin dalam bahasa masing-masing dari mereka. Maka dari itu mereka bermain begitu lepas dan penuh semangat juga tentunya mereka mencintai apa yang mereka lakukan itu, karena tujuan mereka bukan sekedar bermain untuk popularitas, apalagi bermain untuk uang, karena menurut saya, maoyoritas dari mereka juga belum harus menaggung beban ekonomi keluarga. Sehingga mereka dapat bermain dengan Fokus untuk menang.

Ada sebuah pelajaran yang coba saya ambil dari pengamatan saya tersebut, yaitu, ketika anak-anak diberikan keleluasaan untuk melakukan sesuatu hal tertentu secara focus, tanpa ada beban-beban tambahan yang lain diluar yang sepantasnya ditanggung oleh anak seusia nya, akan bisa memberikan hasil yang optimal dan anak akan lebih mencintai yang dikerjakannya. Sebagai contoh, Si A seorang anak SD kelas 2 yang oleh orang tuanya hanya menyuruhnya sekolah dan belajar saja. Sedangkan Si B seorang anak SD sama-sama kelas 2 tetapi oleh orang tuanya diharuskan sekolah, setelah pulang harus berjualan sampai malam dan setelah itu malam harinya harus mempersiapkan dagangan untuk esok hari sampai dini hari, kemudian Si B ini baru boleh istirahat. Nah, kira-kira untuk urusan sekolahnya, lebih focus yang mana? Tentu semua sepakat Si A kan?

Tidak jarang acara-acara di Televisi menayangkan perjuangan seorang anak yang sekolah kemudian bekerja sebagai sambilan, tak jarang pula ketika ditanya mereka menjawab “Terpaksa, karena kalo tidak kerja gak bisa bayar sekolah.” Ada kata-kata “terpaksa” disana, jadi sebenarnya anak-anak itu jika diberikan pilihan pasti akan lebih memilih focus untuk belajar ketimbang harus sambil bekerja, namun terkadang kondisilah yang mengharuskan seperti itu.

Nah, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, coba sekarang kita kembalikan pada diri kita, bagi sahabat yang sudah punya anak, atau yang punya adik, apakah masih ada sikap kita yang berarti itu sebuah tekanan dan beban untuk anak-anak atau adik-adik kita? Jika masih, patutlah kita evaluasi. Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mari, sebisa mungkin kita berikan kebebasan kepada anak-anak dan adik-adik kita untuk menikmati fitrahnya dan kita hindarkan untuk mereka beban-beban yang belum semestinya ditanggungnya, agar anak-anak kita dapat mencintai dan memberikan prestasi terbaik dari apa-apa yang mereka kerjakan. Dan tentunya tidak kita lepaskan begitu saja, melainkan kita tetap bertanggung jawab untuk membimbing, mengarahkan dan mengontrol apa-apa yang mereka kerjakan, atau dalam istilah saya “Bebas dalam Batas.” Maksudnya, Bebas untuk melakukan apapun yang menjadi fitrahnya tanpan beban lain yang belum semestinya ditanggung seorang anak, tapi tetap dalam batas pengawasan dan bimbingan orang tua.

Saya : 100% Kak Wall. Salam Ceria Penuh Cinta. :’)
Senin, 23 September 2013
Posted by Unknown

Bukan Cerita Biasa

Assalamu’alaikum. Salam jumpa penuh cinta sahabat-sahabat pembaca semuanya. Dari lubuk hati yang paling dalam, sungguh sebuah rasa yang Luar Biasa tiap kali bisa menyapa sahabat pembaca semua dengan ketikan sederhana ini. (kok istilahnya gak enak ya? Kalo dahoeloe bisa lebih puitis dengan kata-kata “goresan pena” lha sekarang? Tapi ya sudahlah, memang jaman sudah berubah.hehehe) Meskipun terkadang tulisan tanpa makna, setidaknya cukup untuk sekedar menyapa sahabat pembaca semuanya.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, dalam tulisan-tulisan saya sebelumnya, hampir semua berisikan cerita, entah mayoritas maupun sekedar pengantar setiap judul tulisan saya. Dan tulisan ini pun juga ada ceritanya lho, yups, saya menceritakan tentang tulisan saya yang lalu yang berisi cerita-cerita. Hemmm…sudah saya sampaikan ditulisan saya sebelumnya bahwa cerita itu memang membuat obrolan ataupun diskusi atau juga tulisan menjadi lebih renyah dan enak didengar ataupun dibaca.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, ternyata manfaat cerita lebih dari sekedar itu saja. Karena ternyata, setelah dedaunan saya bolak balik, prasasti-prasasti saya pelajari, setiap sudut tembok saya cermati (haduh jadi berlebihan. Hehehe) ternyata manfaat cerita sangatlah banyak, terlebih jika kita bercerita dihadapan generasi masa depan (anak-anak maksudnya). Dan menurut para ahli pendidikan, bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting, antara lain sebagai berikut :

1. Membangun kedekatan emosional antara pencerita dengan anak.
Nah, ini berlaku bukan hanya bagi satu kalangan tertentu, pendidik misalnya, tapi juga orang tua tentunya. Seorang pendidik / guru yang sering memberikan anak didiknya cerita-cerita tentu kehadirannya akan sangat dinanti-nantikan. Begitu juga orang tua, sering bercerita kepada anaknya, misal dongeng sebelum tidur, tentu akan membuat anak merasa sangat nyaman dengan orang tuanya.

2. Media untuk menyampaikan pesan moral atau agama.
Dalam setiap cerita, tentu ada hikmah yang bisa kita petik, jadi sangatlah mungkin jika cerita-cerita yang kita angkat kita masukkan pesan-pesan moral dan juga pelajaran-pelajaran agama.

3. Sebagai media pendidikan imajinasi.
Setiap kali kita mendengarkan cerita, biasanya kita akan membayangkan isi cerita itu, begitu juga anak-anak. Misalnya kita bercerita tentang “ ada seekor gajah yang berwarna Pink, memakai celana merah dan naik becak yang dikayuh oleh seekor kelinci dst”, tentu imajinasi kita secara sadar maupun tidak akan membayangkan hal itu.

4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi.
Jika kita mendengarkan sebuah cerita, kemudian si pencerita bercerita dengan ekspresi senang, tertawa terbahak-bahak, tentu kita juga akan ikut larut dalam kondisi itu, begitu juga sebaliknya jika si pencerita menggambarkan sebuah kondisi yang menyedihkan, tentu kita juga akan terbawa dalam kondisi itu. Tentunya dengan syarat kita juga sungguh-sungguh dalam mendengarkan cerita itu.

5. Memabantu meniru tokoh teladan.
Semisal kita bercerita tentang Nabi Muhammad, tentu banyak keteladanan yang bisa ditiru atau juga tokoh-tokoh teladan yang lainnya.

6. Menambah pengalaman Batin.
Mendengarkan cerita tentu akan memperkaya pengalaman batin bagi si pendengar, selain sebagai media untuk belajar dari hikmah-hikmah cerita itu sendiri.

7. Sarana Hiburan.
Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa cerita bisa menjadi sarana hiburan bagi pendengarnya. Terlebih cerita bisa dikemas dalam berbagai macam bentuk, misal sinetron yang ada di televise, atau film, atau dongeng panggung bahkan dikemas dalam bentuk lagu-lagu, buku dan masih banyak yang lainnya.

8. Menambah minat baca.
Nah, kalo sudah senang dengan cerita, tentu akan membuat kita atau anak-anak semakin ingin mengetahui banyak cerita, nah dari situ, kita bisa memberikan untuk anak-anak kita atau adik-adik kita buku-buku cerita, sehingga bisa menambah minat baca untuk mereka.

9. Sarana membangun watak yang mulia.
Khusus yang ini kenapa?, apa? dan bagaimana bisa?, sudah saya samapikan dalam tulisan saya beberapa waktu yang lalu. (modus promo tulisan.hehehe)
Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, sedikit yang bisa saya sampaikan kali ini, semoga ada manfaat yang bisa kita ambil.

Saya : 100% Kak Wall. Salam Semangat Bercerita.
Kamis, 19 September 2013
Posted by Unknown

Nggak Ngaji Nggak Trendy

Assalamu’alaikum, apa kabar sahabat pembaca hari ini? Maaf bila tulisan yang dinanti-nantikan tak kunjung datang (haha… PeDe dikit gak papa kan?), karena waktu jualah yang membuat tulisan ini baru bisa melayang terbang ke hadapan sahabat pembaca sekalian. Bukan saya menyalahkan waktu, tapi mungkin karena belum pandai memanfaatkan waktu.hemmm

Sahabat pembaca yang baik hatinya, apa yang terfikir dalam benak kita ketika kita mendengar kata-kata “Ngaji” diucapkan? Adakah yang berfikir “O.. itu aktivitas buat anak-anak kalo sore, mereka ngaji.” Atau “O.. itu aktivitas belajar membaca huruf hijaiyah Alif, ba’, ta’. dst” Sungguh sempit dikala kita masih berpikir pengertian Ngaji itu sebatas hal-hal itu tadi. Karena memang yang namanya ngaji bukan sekedar itu aja. Mempelajari ilmu-ilmu agama yang lain juga ngaji lho.. bahkan mempelajari ilmu-ilmu yang lain juga bisa dikatakan ngaji juga ko. Jadi, sangatlah luas sebenarnya pengertianisasi dari sebuah kata Ngaji yang bisa membuat kontroversi hati, dan pengertian itu bukan untuk mempertakut kita kepada konspirasi kemakmuran untuk menkudeta diri dalam menuntut ilmu. (apa-apaan ini? Korban keintelektualan. hahha). Maksudnya, pengertian mengaji itu sangatlah luas pokoknya.

Yupz, tapi, biar tidak terlalu “Ngalor-Ngidul” saya mau mengajak sahabat-sahabat pembaca untuk sejenak menghitung, sudah berapa banyak nikmat yang dianugerahkan kepada kita ini yang kita pergunakan untuk mengkaji ayat-ayat Allah? Banyak atau sedikit? Jawab sendiri-sendiri yak? (Jawabannya ditulis di selembar kertas foto trus ditempel di kamar aja. Buat motivasi maksudnya.) Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, jika kita menghitung-hitung nikmat yang Allah berikan kepada kita, kemudian kita bandingkan dengan apa yang telah kita kerjakan untuk mempelajari Ayat-ayatNya, tentu saja sangatlah jauh perbandingannya. Bahkan, bisa dikatakan tidak akan pernah sebanding, karena memang sangatlah besar nikmat yang kita dapatkan. Baik, sekarang permasalahannya bukan seberapa besar yang sudah kita lakukan, tapi, masihkah kita senantiasa melakukannya? Melazimi mempelajari ayat-ayat Allah seharusnyalah menjadi sebuah kebutuhan bagi diri kita, karena ilmu itu sebelum amal, maksudnya, hendaklah kita mengilmui sesuatu sebelum kita mengerjakannya.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita ingat-ingat kembali fasilitas-fasilitas yang sudah diberikan Allah untuk kita dalam potongan ayat 9 QS As Sajdah “….Dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati…” Nah, coba kita lihat satu persatu. Yang pertama, pendengaran. Pendengaran adalah sebuah nikmat yang tak terkira harganya dan sangat vital dalam diri manusia. Bahkan, bayi yang terlahir dalam kondisi tuli, maka hampir bisa dipastikan ia akan bisu, karena dia tidak mendapatkan input apa yang harus ia ucapkan. Kedua, penglihatan. Ini juga tak kalah vital, kalau Allah mencabut nikmat itu, merah, biru, hijau semua itu hanya akan ada dalam angan-angan saja. Misal kita mendengarkan orang berbicara, tentu akan lebih meresap ketika kita dapat melihat si pembicara bukan? Yang ketiga, hati. Hati disini bukan hati secara fisik, melainkan Qalbu, yang memungkinkan kita bisa merasakan senang, sedih, bahagia dan lain-lainnya. Nah, pertanyaannya kembali lagi, sudahkah nikmat-nikmat itu kita gunakan untuk mengkaji Ayat-ayat Allah?

Nah, biar kita lebih semangat lagi akan saya sampaikan lagi sebuah ayat yang semoga bisa menjadi motivasi kita untuk semakin giat mempelajari Ayat-ayat Allah. Dalam surah Al A’raf ayat yang ke 179 disampaikan “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” Hemmm…Siapa yang mau seperti binatang ternak? Saya yakin tidak ada yang mau kan? So, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita pergunakan hati, mata dan telinga kita untuk memahami, melihat dan mendengar tanda-tanda kekuasaan Allah, jangan sampai kita seperti perumpamaan binatang ternak, yang bebas mau apa aja, mau seharian tidur silakan, mau jalan-jalan gak pake baju juga gak ada yang nglarang (maaf bukan bermaksud menyinggung bagi sahabat yang kalo pergi bajunya gak komplit loh.) Dan mari kita giatkan diri kita, tinggalkan kemalasan dalam mempelajari ilmu-ilmu Allah agar kita tidak tergolong sebagai orang-orang yang lalai. Insya’ Allah.

Saya : 100% Kak Wall. Salam Saling Mengingatkan
Senin, 16 September 2013
Posted by Unknown
Tag :

Penonton…??? KEEP SMILE…!!!

Assalamu’alaikum. Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, pernah dengar instruksi seperti judul di atas? Atau malah sering? Ya…wajar aja bagi sahabat yang sering nonton televisi pasti sering mendengar kata-kata itu, minimal pernah. Yupz, sebuah aba-aba yang di-Booming-kan oleh seorang Caisar yang begitu aba-aba itu diucapkan maka musicpun langsung menggema dan semua orang terhipnotis dan menggoyangkan badannya mengikuti sang Caisar. Bahkan ada yang rela berdandan heboh atau bertingkah konyol demi memenangkan kompetisi (ada lombanya juga critanya). Hemmmm sungguh fenomena yang menarik. Banyak pertanyaan yang harus kita jawab. Mengapa sang Caisar begitu banyak pengikutnya? Ilmu apa yang dia gunakan? Atas dasar apa para pengikut ini sedemikian rela melakukan sesuatu yang menurut saya berlebihan itu? Barang kali itu baru segelintir pertanyaan diantara banyak pertanyaan yang lain.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, sebenarnya kalau boleh saya menilai, fenomena ini sungguh sangat memprihatinkan terjadi di Negeri kita ini. Bagaimana tidak? Orang rela berjingkrak-jingkrak ria seperti orang yang “tidak punya malu” demi mendapatkan uang ataupun hadiah. Dan itu belum seberapa, merekapun rela menjadi pengikut kaum yang suka hura-hura yang otomatis akan melupakannya kepada Tuhannya. Hemmm Na’udzubillah.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, sekarang mari kita bandingkan, kalau aba-aba “Penonton…keep smile” itu diperdengarkan maka langsung para pendengarnya berjingkrak-jingkrak seperti yang saya sampaikan tadi yang intinya menyambut aba-aba itu dengan penuh suka cita. Tapi, bagaimana kalau aba-aba itu diganti “..hayya’ alash-shalaaaaaahhh….” (adzan) apakan sama reaksi yang akan diberikan pendengarnya? Kira-kira lebih banyak mana, Yang bergegas dengan suka cita menyambutnya? Atau justru “Ah..apa sih? Adzan lagi Adzan lagi, dikit-dikit adzan…?” Tapi bagaimanapun, itulah fenomena di sekitar kita.

So, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita kembalikan kepada diri kita masing-masing, ilustrasi di atas hanyalah gambaran kecil untuk kita sama-sama belajar dan memperbaiki diri. Apakah kita lebih mendengarkan panggilan Dunia? Atau Sudahkah kita snantiasa mendahulukan panggilan-panggilan akhirat? Mari, kita lihat kembali dalam diri kita. “Demi Masa. Sesungguhnya, manusia itu dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling menasehati dalamkebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran.”

Saya : 100% Kak Wall. Salam Hangat penuh Semangat.
Kamis, 12 September 2013
Posted by Unknown
Tag :

Pilih Miss World, Atau Miss Heaven?

Assalamu’alaikum, sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar hari ini? Semoga senantiasa dalam rahmat Allah. Aamiin… Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya baru tadi malam (katanya) di Bali dibuka sebuah acara yang sangat menyita perhatian public, bukan Cuma yang pro dengan acara ini, melainkan juga yang menolak acara ini. Ada yang member tanggapan “Waah ini bagus sekali untuk mempromosikan budaya kita.” (mungkin itu yang dapat undangan), tapi disisi lain ada yang demo menolak ajang kontes kecantikan se dunia ini. Tapi disini saya tidak mau mempermasalahkan sahabat semua pro atau kontra, tapi saya ajak melihat dari sudut pandang yang lain (sudut pandang ikhwan yang merindukan akhwat shalehah kali ya? Hehe)

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, apa sih yang dipertontonkan di ajang yang pesertanya (katanya lagi) putri tercantik yang mewakili Negaranya itu? Sahabat jawab sendiri aja ya? Tapi menurut saya tidak jauh-jauh dari yang namanya aurat kan? Nah, sekarang pertanyaannya : 1. Bagi sahabat ikhwan. “Apakah kita rela jika istri kita atau anak-anak kita dipertontonkan di depan umum dan mengumbar aurat seperti itu, yang Insya’ Allah akan mendekatkan kita ke Neraka?” 2. Bagi sahabat ahkwat. “Tidak iginkah sahabat menjadi yang teristimewa untuk Imam sahabat yang bisa menjadi penyebab hingga sahabat menjadi Ratunya Bidadari Jannah?” Mari kita jawab dengan hati kita.

Jelas Allah sudah memerintahkan bagaimana para wanita wajib menutup auratnya kecuali kepada orang-orang tertentu (mahramnya) seperti di Firmankan Allah dalam Surah An Nuur ayat 31 (Insya’ Allah sahabat semua sudah hafal) dan juga banyak riwayat yang mengajarkan bagaimana seharusnya seorang wanita harus menjaga auratnya (yang lebih tau boleh bagi ilmu soal ini. Hehe). Bagi kita yang ikhwan, missal kita membeli makanan pilih mana antara makanan yang dijual di pinggir jalan & dikrubuti lalat sama yang terbungkus plastic &dimasukkan etalase? Bagi sahabat akhwat, pilih mana, jadi makanan yang siapa saja bisa mencicipi atau jadi hidangan istimewa dan hanya orang yang terpilih yang bisa menikmatinya?

Miss World hanyalah salah satu contoh saja disekitar kita yang sebenarnya sudah menjamur di sekitar kita. Sesuai dengan suku katanya Miss World = Putri Dunia, (menurut saya) yaitu putri/wanita yang bisa dinikmati setiap orang di Dunia seperti makanan yang gampang dicicipi setiap orang seperti yang saya sampaikan diatas. Sebaliknya, makanan yang tebungkis plastic dan dimasukkan ke etalase tentu adalah seorang wanita yang sangat istimewa, yang hanya seseorang yang terpilih yang bisa menikmatinya dan menemaninya untuk menggapai keridho’anNya hingga sampai ke JannahNya, itulah ibarat Miss Heaven. So, pilih mana? MISS WORLD? Atau MISS HEAVEN?

Saya : 100% Kak Wall. Salam Hangat penuh Semangat.
Senin, 09 September 2013
Posted by Unknown
Tag :

Aku Butuh Spion

Assalamu’alaikum. Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, pernahkan sahabat sekalian nyetir mobil? Atau minimal lihat orang nyetir mobil? Nah, biasanya para sopir kalo mau belok, mundur atau mau mendahului (nyelip), atau mau berhenti para sopir ini terlebih dulu liat spion baru beraksi, selain juga focus ke depan tentunya. Why? Tentunya biar aksinya lancar dan tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Nah itu tadi fungsinya ada spion di mobil-mobil. Kayaknya gak lucu juga misal tiap kali mau belok sang sopir harus mengeluarkan kepala terus nengok ke belakang, repot juga kali.

Nah sama halnya dalam hidup kita, tak jarang kita terlalu focus dengan apa yang ada didepan kita, tak sempat tengok kanan, tengok kiri, apalagi ke belakang. Padahal bisa jadi apa yang ada di depan kita itu ada hubungannya dengan sesuatu yang terjadi pada diri kita sebelumnya. Misal ketika kita dapati sesuatu yang kita anggap peluang langsung kita sikat, kita embat akhirnya kita jadi abu lahab dan abu nggragas, tanpa mempertimbangkan dulu masak-masak. Sebagai contoh, kita ditawari bisnis yang menggiurkan oleh seseorang dan langsung kita ambil, padahal orang yang nawari kita itu pernah nipu kita misalnya. Memang sih, ikhlas atas apa yang udah dan akan terjadi pada diri kita itu bagus, bahkan sangat bagus. Tapi, tidak lantas begitu saja kita membuka peluang hal yang kurang mengenakkan terjadi untuk kedua kalinya pada diri kita kan? Bukan berarti juga kita su’uzon pada orang yang mengajak kita itu lho… tapi intinya berhati-hati. Bukan hanya soal bisnis saja, tapi juga dalam hal yang lain.
 
Maka dari itu, jadi penting juga kita punya spion. Trus apa dong spion buat kita? Pertanyaan yang cerdas (Padahal yang tanya yang nulis sendiri. Hehehe). Sudah menjadi fitrah, hidup kita ini tidak serta-merta bisa kita jalani sendiri, kita butuh orang-orang disekitar kita (itu kalo orang normal sih. Hehehe). Naaa,,,mereka-mereka itulah spion-spion kita, bisa suami, istri, ayah, ibu, teman, sahabat, guru dll. Tak perlu kita ragu minta pendapat ke orang-orang yang dekat dengan kita, minta saran dan masukan. Karena bisa jadi orang-orang disekitar kita lebih peka dan bisa menilai masa lalu kita dan juga bisa mengingatkan kita untuk berhati-hati ke depannya.

So, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, Fokus dengan apa yang ada didepan kita / masa depan kita itu Penting, tapi ada baiknya juga sesekali kita menoleh ke belakang untuk belajar dari masa lalu kita.

Saya : 100% Kak Wall. Salam
Kamis, 05 September 2013
Posted by Unknown
Tag :

Aku Ingin Pandai Bersyukur

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, sudahkah kita bersyukur hari ini? Semoga sudah ya? minimal sejak bangun tidur tadi kita sudah mengucapkan Alhamdulillah. ;’) Bersyukur harusnya sudah menjadi kebutuhan kita, bukan sekedar kita merasa itu sebagai kewajiban karena kita telah menerima nikmat saja. Atau barangkali saat ini justru mengeluh yang lebih sering kita ucapkan ketika kita menerima hal yang kurang sesuai dengan yang kita harapkan? Hemmm…sebenarnya tidak ada hal yang pantas kita keluhkan, bahkan seharusnya semua hal yang kita dapatkan itu kita syukuri dengan penuh keikhlasan untuk mengharap keridho’an Allah SWT. Cuma, bukan hal yang mudah memang mensyukuri apa-apa yang kita peroleh, terlebih sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak hati.

Barangkali sudah menjadi sifat manusia yang tidak pernah merasa puas atas apa-apa yang didapat. Ada sebuah cerita tentang seseorang yang diberikan warisan oleh orang tuanya. Kurang lebih ceritanya seperti ini.

“Ada seorang bapak yang menuliskan surat warisan untuk anak semata wayangnya. Setelah meninggal dunia, surat warisan itu disampaikan oleh kuasa hukum keluarga itu ke si anak. Dalam surat warisan itu tidak serta-merta dituliskan seluruh kekayaan keluarga langsung jatuh ke tangan anak semata wayang itu, melainkan sang bapak memberikan peraturan ataupun pilihan yang harus dipilih oleh si anak. Kurang lebih isinya seperti ini “Anakku, bapak akan wariskan harta keluarga kita untukmu, kamu boleh memilihnya dan bapak akan memberikan kepadamu 5 pilihan seperti jumlah lantai rumah yang kita tempati ini. Di setiap lantai rumah kita ada lemari khusus yang sudah bapak siapkan, yang di dalamnya ada pesan bapak untukmu, tapi lemari itu hanya bisa dibuka satu kali, dan kalau tidak suka, pesan itu harus kamu masukkan kembali dan otomatis akan terkunci untuk selamanya dan kamu bisa membuka lemari yang lain, karena diantara 5 lemari itu tidak bisa kamu buka secara bersamaan, satu kali buka dan satu kali tutup saja dan ingat, lemari tidak akan terkunci jika tidak beserta surat di dalamnya. Kamu boleh memulai dari lemari di lantai dasar rumah kita.”

Singkat cerita, si anak langsung menerima tantangan itu, dimulailah dengan ia membuka lemari di lantai dasar, disana tertulis dalam sebuah surat “Selamat nak, kamu mendapatkan rumah ini beserta isinya”. Tapi si anak masih penasaran dengan surat di lantai yang lain dan memutuskan untuk mengembalikan surat di lantai pertama dan naik ke lantai 2. Di sana ia dapati surat dengan isi “Selamat Nak, kamu mendapakan rumah ini beserta isinya dan satu perusahaan kita.” Melihat isi surat semakin menarik, si anak tak pedulikan surat di lantai 2, dibukaknya surat di lantai 3 dan isinya “Selamat Nak, kamu mendapakan rumah ini beserta isinya dan satu perusahaan kita ditambah 1 mobil sport kesayangan bapak.” Semakin naik isi surat semakin menggiurkan dan semakin penasaran saja si anak ini. Kemudian naiklah ke lantai 4, disana ia dapatkan surat yang berisi “Selamat Nak, kamu mendapakan rumah ini beserta isinya dan satu perusahaan kita ditambah 1 mobil sport kesayangan bapak dan masih bapak tambah lagi 3 vila kita di puncak.” Si anak semakin berniat memperoleh semua harta keluarganya itu yang memang masih banyak dan ia berpikir itu akan diberikan di lantai ke 5. Diputuskannya untuk memilih di lemari paling atas, yaitu di lantai 5. Dan disana tertulis “Kamu memang menginginkan semua harta keluarga kita nak, dan bapak tau itu, makanya bapak menuliskan disini SELURUH HARTA KITA AKAN BAPAK BERIKAN UNTUK YAYASAN SOSIAL *********** Kecuali sebuah rumah kecil di ujung jalan depan rumah kita yang bisa kamu tempati.” Akhirnya si anak pun hanya bisa menangis dan menyesali pilihannya.

Cerita tadi menunjukkan bahwa manusia cenderung tidak pernah puas dengan keduniaan yang ia dapat saat itu tanpa terlebih dahulu mensyukuri nikmat-nikmat yang sudah diterima. Contohnya : yang punya sepeda ingin punya motor, yang punya motor ingin punya mobil, yang punya mobil ingin punya pesawat dan seterusnya. Seharusnya pola pikir itu sedikit kita ubah missal dengan mengatakan : Alhamdulillah punya mobil, tetangga sebelah Cuma punya motor, yang punya motor Alhamdulillah, tetangga sebelah Cuma punya sepeda, yang punya sepeda Alhamdulillah, tetangga sebelah Cuma bisa jalan kaki, yang jalan kaki Alhamdulillah tetangga sebelah lumpuh, yang lumpuh Alhamdulillah, tetangga sebelah malah sudah mati. Bolehlah kita mengupayakan yang lebih baik untuk hidup kita, bahkan harus, tapi jangan pernah lupa, Keberkahan atas nikmat yang kita terima bukan terletak pada seberapa besar nikmai itu, melainkan seberapa besar rasa syukur kita atas nikmat itu.

So, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, apalagi yang bisa membuat kita berhenti bersyukur atas nikmat-nikmat Allah untuk kita yang kalau mau kita hitung, jelas tidak akan cukup waktu untuk kita melakukannya?
Ingatan untuk kita :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’matKu), maka sesungguhnya AzabKu sangat pedih.” QS. Ibrahim(14) : 7

Saya : 100% Kak Wall. Salam Syukur penuh Berkah.
Senin, 02 September 2013
Posted by Unknown
Tag :
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -