Posted by : Unknown Kamis, 06 Maret 2014

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, suasana hari ini begitu cerah, semoga secerah suasana hati sahabat dan kita semua. Aamiin…

Pagi ini saya berkesempatan untuk bertemu dengan siswa-siswi di sebuah sekolah dasar. Di sana, saya dan beberapa rekan saya berbagi ilmu tentang bagaimana membuat belajar itu menjadi hal yang menyenangkan untuk siswa-siswi di sekolah itu dengan beberapa metode yang kami ajarkan. Di sela-sela waktu jeda sebelum masuk ke kelas berikutnya, saya bertemu dengan seorang ibu yang ternyata sedang menunggui puteranya. Tidak seperti pada umumnya memang, karena di sekolah tersebut, hanya beliau satu-satunya orang tua yang menunggui puteranya, terlebih si anak sudah kelas 4 di sekolah itu.


Kemudian kamipun mulai berbincang, ibu itu mulai bertanya “Gimana Mas, anak saya bisa ngikuti ndak ya Mas?” setelah saya jawab, beliau bercerita tentang banyak hal, salah satunya alasan kenapa beliau menunggui puteranya itu yang ternyata itu dilakukan sejak TK sampai saat ini. Dan ternyata, si anak ini kalau boleh saya menyimpulkan dia termasuk anak berkebutuhan khusus. Beliau juga menuturkan bahwa anaknya pernah di tes IQ dan hasilnya di bawah 70. “Anak saya itu kalo ndak ditungguin sering dinakali teman-temannya juga mas, dan kalau udah gitu pasti nangis. Jadi saya pilih nunggu tiap hari gini yang penting dia tetap mau bersekolah di sini, soalnya dia tidak mau di tempat yang lain.” begitu sepenggal penuturan ibu itu.


Saya cukup salut dengan semangat ibu itu yang rela menunggui puteranya agar tetap mau sekolah setiap harinya. Terlebih, di ujung obrolan kami ada sebuah kalimat yang terlontar dari bibir ibu itu yang penuh dengan keikhlasan “Saya sama bapaknya juga masih terus mencari jalan keluar supaya anak saya bisa lebih baik lagi mas belajarnya. Tapi di satu sisi kami juga pasrah atas kehendak yang Maha Kuasa. Kalaupun anak saya ndak jago matematika ndak papa, yang penting dia bisa mengekspresikan apa yang dia senangi dan sukur-sukur dia bisa berprestasi dari bidang lain.”


Mendengar cerita ibu itu, saya teringat dengan kisah tentang Hee Ah Lee yang di mata manusia terlihat tidak sempurna secara fisik. Namun, ditengah cemoohan orang-orang di sekitar, sang ibu mampu mendidiknya dan berhasil mengantarkan Hee Ah Lee menjadi Pianis Hebat Dunia dan menjadi warga kehormatan di Negaranya.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, kisah ibu itu menurut saya adalah sebuah kisah yang luar biasa. Beliau mengajarkan bagaimana ikhlas, bagaimana berkorban dan bagaimana bertanggung jawab atas amanah yang dititipkan padanya. Tetapi sahabat, adakah kita sadari bahwa setiap ibu pada dasarnya memiliki sifat itu? Termasuk ibu kita. Hanya saja dalam bentuk berbeda beliau menunjukkan keikhlasan, pengorbanan dan juga tanggung jawab atas titipan Allah, yaitu diri kita.


Saya : 100% Kak Wall

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -