- Back to Home »
- Inspirasi »
- Globalisasi vs Budaya
Posted by : Unknown
Kamis, 27 Februari 2014
Assalamu’alaikum
sahabat pembaca yang baik hatinya, ada seorang arsitek dari Negeri
Paman Sam yang ditugaskan untuk membuat design sebuah kota sekaligus
komplek tempat tinggal bagi karyawan-karyawati sebuah perusahaan
Multinasional di negeri ini. Beberapa bulan kemudian sang arsitek
berhasil menuntaskan pekerjaan itu. Sebelum direalisasikan design
tersebut, terlebih dahulu hasil karya
sang designer dipresentasikan dihadapan tokoh-tokoh yang berkaitan, yang
salah satunya adalah seorang professor dari Pribumi yang juga ahli
dalam urusan tata ruang dan tata kota.
Sedikit berbeda memang design yang dibuat oleh sang arsitek dengan design bangunan-bangunan asli Negeri ini. Dan dalam presentasi itu sang professor mengatakan yang saya terjemahkan dalam bahasa kita “Pak, saya sangat terkesan dengan design yang anda buat, ini sangat-sangat bagus, saya menyukai ini. Tapi, maaf, ini sepertinya kurang sesuai dengan budaya kami (Indonesia). Disini, kota tanpa alun-alun (lapangan tempat berkumpul yang luas) bukan Kota, rumah tanpa teras depan dan belakang bukanlah rumah.” Seluruh peserta dalam presentasi itu terkejut dengan pernyataan sang professor dan bertanya apa maksudnya.
Sahabat pembaca yang baik hatinya, kita tahu, disetiap kota di Indonesia biasanya akan ada semacam tempat yang cukup luas seperti lapangan yang biasa disebut dengan Alun-alun, bahkan ada yang memiliki lebih dari satu. Biasanya tempat tersebut sering digunakan untuk berkumpulnya masa, misalnya untuk upacara peringatan hari-hari tertentu, atau sekedar untuk tempat pementasan hiburan, yang intinya kembali lagi untuk tempat berkumpulnya masa. Berikutnya sahabat, coba kita lihat bentuk bangunan rumah di sekitar kita, biasanya dan umumnya akan mempunyai teras, minimal teras depan dan ada pula yang memiliki teras yang lain yaitu teras belakang atau samping. Nah, ternyata sahabat, teras bukanlah sekedar pelengkap bagian rumah saja, melainkan disanalah, sang penghuni rumah dapat sekedar duduk-duduk cari angin sambil berinteraksi dengan tetangga yang lewat.
Sahabat pembaca yang baik hatinya, dua contoh tentang tata kota dan tata ruang sederhana di atas barangkali akan sedikit ditemui di Negara-negara barat. Yang ada orang-orang barat akan mengadakan perayaan di jalan-jalan dan ketika mereka berada di rumahnya, maka hanya akan ada di dalam rumah saja karena sifat mereka yang lebih individualis.
Sahabat pembaca yang baik hatinya, alun-alun dan teras rumah adalah secuil contoh tentang budaya di Negeri ini. Budaya yang membuat orang-orang saling mengenal, saling menyapa dan akhirnya saling membutuhkan satu sama lainnya. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita seleksi kembali apa-apa yang kita lakukan, jangan sampai kita terlalu berbangga dengan pengaruh peradaban barat yang benyak menyita waktu kita untuk menutup diri dari interaksi dengan orang-orang di sekitar kita sehingga kita lupa bahwa kita membutuhkan mereka dan mereka membutuhkan kita.
Saya : 100% Kak Wall
Sedikit berbeda memang design yang dibuat oleh sang arsitek dengan design bangunan-bangunan asli Negeri ini. Dan dalam presentasi itu sang professor mengatakan yang saya terjemahkan dalam bahasa kita “Pak, saya sangat terkesan dengan design yang anda buat, ini sangat-sangat bagus, saya menyukai ini. Tapi, maaf, ini sepertinya kurang sesuai dengan budaya kami (Indonesia). Disini, kota tanpa alun-alun (lapangan tempat berkumpul yang luas) bukan Kota, rumah tanpa teras depan dan belakang bukanlah rumah.” Seluruh peserta dalam presentasi itu terkejut dengan pernyataan sang professor dan bertanya apa maksudnya.
Sahabat pembaca yang baik hatinya, kita tahu, disetiap kota di Indonesia biasanya akan ada semacam tempat yang cukup luas seperti lapangan yang biasa disebut dengan Alun-alun, bahkan ada yang memiliki lebih dari satu. Biasanya tempat tersebut sering digunakan untuk berkumpulnya masa, misalnya untuk upacara peringatan hari-hari tertentu, atau sekedar untuk tempat pementasan hiburan, yang intinya kembali lagi untuk tempat berkumpulnya masa. Berikutnya sahabat, coba kita lihat bentuk bangunan rumah di sekitar kita, biasanya dan umumnya akan mempunyai teras, minimal teras depan dan ada pula yang memiliki teras yang lain yaitu teras belakang atau samping. Nah, ternyata sahabat, teras bukanlah sekedar pelengkap bagian rumah saja, melainkan disanalah, sang penghuni rumah dapat sekedar duduk-duduk cari angin sambil berinteraksi dengan tetangga yang lewat.
Sahabat pembaca yang baik hatinya, dua contoh tentang tata kota dan tata ruang sederhana di atas barangkali akan sedikit ditemui di Negara-negara barat. Yang ada orang-orang barat akan mengadakan perayaan di jalan-jalan dan ketika mereka berada di rumahnya, maka hanya akan ada di dalam rumah saja karena sifat mereka yang lebih individualis.
Sahabat pembaca yang baik hatinya, alun-alun dan teras rumah adalah secuil contoh tentang budaya di Negeri ini. Budaya yang membuat orang-orang saling mengenal, saling menyapa dan akhirnya saling membutuhkan satu sama lainnya. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita seleksi kembali apa-apa yang kita lakukan, jangan sampai kita terlalu berbangga dengan pengaruh peradaban barat yang benyak menyita waktu kita untuk menutup diri dari interaksi dengan orang-orang di sekitar kita sehingga kita lupa bahwa kita membutuhkan mereka dan mereka membutuhkan kita.
Saya : 100% Kak Wall