Archive for Oktober 2013

Pandawa Lima

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, salam jumpa penuh ceria di Kamis nan indah penuh berkah ini, Insya’ Allah. Sahabat-sahabat yang baik hatinya, adakah diantara sahabat sekalian yang pernah melihat pagelaran Wayang Kulit? Atau serial di Tipi-Tipi tentang kisah Mahabarata gitu? Atau minimal tau laahhh PANDAWA LIMA? Ya Kan? Yupz, tokoh pewayangan ini memang sangat terkenal dalam dunia pewayangan, 5 ksatria hebat dengan berbagai kelebihan masing-masing.
Nah, saya teringat cerita beberapa waktu yang lalu ketika saya mengikuti sebuah pelatihan. Dalam pelatihan itu, salah satu narasumber yang dihadirkan adalah seorang budayawan, terkhusus beliau piawai dalam seni Pedalangan atau Wayang. Dalam pelatihan itu, beliau menuturkan tentang filosofi Pandawa Lima yang dapat dikaitkan dengan dunia pendidikan. Kurang lebih seperti ini kutipan cerita beliau waktu itu :

“Pandawa Lima, sejatinya adalah satu kesatuan yang menggambarkan pribadi manusia. Lima Ksatria itu, sebenarnya hanyalah perlambang/symbol dari masing-masing sifat atau kelebihan yang ada pada diri manusia. Menanamkan sifat-sifat seperti watak kesatuan dari pandawa lima itu hendaklah dilakukan dari masa kecil seorang anak, karena jika demikian tentunya bukan hanya sekedar karbitan. Berikut ini akan saya gambarkan apa sih keistimewaan atau sifat apa yang digambarkan dari masing-masing tokoh.

Yang pertama, Puntadewa. Watak yang paling menonjol dari penggambaran tokoh ini adalah ketaatan kepada Tuhan YME. Makanya tokoh ini adalah tokoh tertua dalam pandawa, artinya tokoh yang pertama. Seperti dalam menanamkan kepada anak, tentu mengajarkan ketaatan kepada Allah haruslah yang pertama.

Yang kedua, Bima/Wrekudara dalam bahasa jawa. Watak utama tokoh ini adalah kekuatan. Kekuatan disini maksudnya adalah kemampuan untuk melakukan dan kerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Yang ketiga, Janaka/Arjuna. Tokoh ini symbol dari rasa cinta dan kasih sayang. Sifat ini sangatlah penting kita tanamkan sejak kecil, sekalipun itu dilakukan kepada makhlukNya yang terkecil sekalipun, misalnya semut, jangan liat semut dikit “Githes” atau apa bunuh dan lain sebagainya termasuk cinta kepada sesame manusia.

Yang ke empat dan kelima, yaitu Nakula Sadewa. Keselarasan, kerukunan dan keseimbangan adalah penggambaran dari karakter dua tokoh ini. Begitupun hidup ini juga harus seimbang, kita mendidik jangan melulu soal akhrirat semata, tetapi juga soal keduniaan. Tentunya dengan seimbang, tapi ingat, seimbang tidak selalu sama. Dan hidup juga harus rukun dengan sesame tentunya.

Jadi kesimpulannya adalah, kelima watak utama tokoh Pandawa itu adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Apalagi berdiri sendiri. Dan jika mampu kita tanamkan dalam kita mendidik anak-anak kita, Insya’ Allah anak-anak kita kelak akan menjadi anak yang baik. Dan jangan sampai hilang salah satu watak tersebut. Misalnya seperti ini, Taat ibadah kepada Allah, punya kekuatan untuk melakukan kebaikan, tapi tidak didasari dengan cinta, maka hasilnya juga tidak maksimal. Atau contoh lagi, dengan kiri kanan baik, cinta kepada sesama, tapi tidak punya ketaatan kepada Allah, tentu akan rusak juga. Oleh sebab itu, mari kita tanamkan watak-watak yang baik kepada anak-anak kita sejak kecil.”

Sahabat pembaca yang baik hatinya, itu tadi kutipan penjelasan dari seorang budayawan Wayang kulit yang bisa saya kutipkan untuk sahabat pembaca semuanya. Entah kebenaran dari cerita dalam Pewayangan itu nyata atau tidak. Tapi, setidaknya ada pelajaran yang dapat kita petik dalam penceritaan ataupun tokoh seperti yang digambarkan diatas. Semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 31 Oktober 2013
Posted by Unknown

MANA TAHAAAANNNN???

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, apa kabarnya hari ini? Sekedar mengingatkan, mari kita jaga kondisi fisik kita, terlebih dimusim pancaroba seperti ini, konon lebih rentan terhadap kondisi kesehatan kita, dari mulai flu, pilek dan lain-lain jadi sering mampir.

Well, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita mulai masuk ke tema hari ini Ada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap anak-anak kecil di suatu Negara, penelitian itu cukup sederhana, menggunakan media permen. Seorang peneliti menginstruksikan kepada 20 anak dengan istruksi sebagai berikut “kamu akan saya tinggal diruangan ini sendiri selama 5 menit, di depan kamu ada 1buah permen, jika kamu mengambil permen itu dan memakannya sebelum saya datang, maka kamu tidak akan mendapat apa-apa, tapi, jika dalam waktu 5 menit sampai saya datang kembali permen-permen itu masih utuh, maka saya akan memberimu 50 permen.” Nah, dari kedua puluh anak yang diteliti, ternyata hanya satu saja yang mampu melewati batas waktu 5 menit untuk menahan dan tidak mengambil ataupun memakan permen yang ada di depannya.

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, dari penelitian itu coba kita sedikit belajar tentang tingkah laku seorang anak kecil bahwa mereka (anak-anak kecil) itu lebih tertarik dengan apa-apa yang ada di depannya ketimbang apa yang kita janjikan, meskipun janji itu lebih besar ketimbang apa yang ada di depannya.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, sesuai dengan fitrahnya, anak-anak kecil memang akan cenderung mengikuti keinginannya. Mereka juga tidak kuasa menahan keinginannya atas sesuatu yang ada di depannya. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita control apa saja yang kita sugguhkan dihadapan anak kita, bukan Cuma soal makanan tentunya, melainkan hal-hal lain juga seperti tontonan, mainan dan apapun. Sebagai contoh, kita melarang anak kita makan coklat, tapi kita biarkan ada seonggok coklat didepannya, tentu ia akan sulit menahan diri. Missal lagi, kita melarang anak kita berkelahi dengan temannya, tapi kita biarkan anak kita nonton smackdown, tentu rasa ingin prektek muncul kan? dan masih banyak contoh-contoh yang lain tentunya. Nah, Sahabat pembaca sekalian, Jangan sampai apa yang kita berikan kepada anak kita jauh dari unsur mendidik terlebih jauh dari kebaikan, karena “Dari (Abu) Hurairah ra. Dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: tidak ada seorang anakpun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. kedua orang tua nyalah yang akan menjadikan yahudi, nasrani, dan majusi sebagaimana binatang melahirkan binatang dalam keadaan sempurna……” (HR Bukhari Muslim). Semoga bermanfaat

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 28 Oktober 2013
Posted by Unknown

Cerita Hari ini : Binatang di Belantara

Assalamu’alaikum, salam ceria untuk sahabat pembaca semuanya. Siap untuk mebaca cerita hari ini? Baik, kita mulai ceritanya ya…? Kak_Wall kasih Judul BINATANG DI BELANTARA wwuuuuuusssssssshhhhhhh
“Dulu, disebuah hutan belantara yang sangat luas sekali, hiduplah berbagai macam binatang. Dari binatang kecil sampai yang besar… ada gajah dengan belalai dan gadingnya, ada singa, ada macan, ada ular, kambing, ada sapi. Ada pula dari kalangan unggas, ayam, bebek, dan juga binatang-binatang yang lain. Ketika itu hutan masih sangat lebat hijau dan rindang. Pada waktu itu semua binatang masih berbicara seperti bahasa manusia, maksudnya dengan bahasa manusia seperti kita saat ini.
Suatu ketika, malaikat pejaga hutan mengumumkan dihadapan seluruh binatang,
Malaikat : “Wahai sekalian para binatang, berkumpulah dihadapanku!”
Singa menjawab,
Singa :”Ya…ayo kalian semua berkumpul!” (perintah sang raja hutan kepada seluruh binatang yang ada, dan semua binatang pun berkumpul)
Binatang-binatang lain : “Ya,, ya,,, ya,,ya kami berkumpul” (riuh rendah alias ramai suara binatang saling bersahutan melaksanakan perintah.)
Malaikat :”Aku akan mengumumkan kepada kalian bahwa sebentar lagi akan diciptakan manusia.”
Binatang-binatang :”Hah, manusia? Manusia? Manusia? Manusia itu apa?” (suara binatang saling bersahutan bertanya-tanya apa itu manusia)
Malaikat :”Manusia itu makhluk yang diciptakan terakhir kali. Dan kalian akan hidup bersama mereka. Maka, hari ini aku perintahkan kalian untuk mencari bahasa dan suara dari masing-masing kalian, karena bahasa yang kalian pakai saat ini adalah bahasa manusia.”
Kuda bertanya,
Kuda :”Malaikat, apakah setiap jenis kami harus memiliki suara yang berbeda?”
Malaikat :”Ya, kalian harus mencari suara yang berbeda, karena itu yang akan membedakan masing-masing dari kalian.”
Binatang-binatang :”baik, baik, ya kami akan laksanakan.”
Malaikat :”Aku akan kembali setelah tujuh hari lagi, kalian harus mendapatkan suara itu.”
Malaikat pun meninggalkan kawanan binatang itu.
____x_____lhulhulhuppppp_____x______
Hari berganti hari, masing-masing binatang sibuk mempersiapkan suara apa yang harus mereka dapatkan dalam 7 hari. Dan mulailah mereka berlatih suara-suara itu.
Kambing :”Eemmmbbeeekkkk,,,emmmbbeeekkk, wah sepertinya ini bagus untukku.”(kata kambing)
Ayambetina :”kok kok kok petok, petok”
Singa :”uuuaaarrruuuuuggggkkkkk, ini pas sekali untukku sang raja hutan”
Ular :”ssstttt…ppssssstttt….ppssssttttt…..”
Begitulah sibuknya masing-masing binatang bersibuk diri mencari suara yang khas untuk diri mereka. Tak terasa 7 hari berlalu, semua binatang telah mempersiapkan suara mereka, kecuali seekor burung Beo yang hanya memperhatikan dan mengomentari saja suara-suara yang didapatkan binatang-binatang yang lainnya. Di hari ke delapan, Malaikat datang.
Malaikat :”Baik, ini sudah lewat dari hari yang bisa kalian pakai untuk mendapatkan suara kalian. Aku akan menanyai kalian satu per satu. Apa kalian siap?”
Binatang-binatang :”Ya, kami siaapppp” (Binatang-binatang menjawab serentak)
Malaikat :”Baik, akan ku mulai. Silakan Singa, kamu sang raja hutan, tunjukkan kepada binatang yang lain.”
Singa : “uuuaaarrruuuuuggggkkkk..uuuaaarrruuuuuggggkkkk , itu suaraku”
Beo :”hahaha…suara ko kayak gitu, seperti mau muntah saja”(Beo berkomentar)
Malaikat : “Bagus, itu suara cukup pantas untukmu. Sekarang kambing!”
Kambing : “Emmmbeeekkk…eemmbbeeekkk”
Beo : “hhhaaaa jelek sekali seperti mukamu mbing.” (Beo berkomentar lagi)
Malaikat : “itu juga pantas untukmu. Aku berikan suara itu untukmu . (Kata Malaikat kepada kambing) Silakan bebek!”
Bebek :”kweekkk kweekkk kweekkk”
Beo :”seperti sedang dicekik saja… huhuhu” (Beo terus berkomentar dan mengejek setiap binatang yang mengeluarkan suaranya)
Malaikat :”itu khas sekali, aku ijinkan kau memakai suara itu.kuda!”
Kuda : “iiiiiieeeehhhhhh”
Kucing :”Meeooonggg”
Ular :”ppsssttttt pppssstttttttttttt…”
Si Beo terus saja mengejek setiap binatang yang mengeluarkan suaranya. Tak terasa, semua binatang telah ditanya oleh malaikat, tinggalah Si Beo yang belum ditanya.
Malaikat :”Beo!!! Dari tadi kamu hanya berkomentar dan menjelek-jelekkan suara binatang yang lain saja. Sekarang tunjukkan seperti apa suarmu!!!” (Malaikat berkata kepada Beo dengan nada marah)
Beo :”Ini suaraku… eemmmbbbeeekk…”
Malaikat :”Itu suara kambing.”
Beo :”baik-baik akan ku ganti… Emmmhhhmmmooooouuuuuhhhhhhh”
Malaikat :”Tidak bisa!itu milik sapi”
Beo :”Baik akan ku ganti lagi, tunggu dulu …. Uu uu uukk aakk aa aakk uu uukk”
Malaikat :”Tidak bisa!Itu milik kera.”
Ternyata setelah sekian banyak suara dikeluarkan oleh si Beo, tidak ada satupun suara yang boleh digunakan. Karena semua suara telah dipakai oleh binatang yang lainnya.
Malaikat :”Beo! Dari tadi kamu hanya mengejek saja suara-suara yang dikeluarkan binatang-binatang yang lainnya, sampai kau tidak punya suara sendiri. Mulai hari ini, aku hukum kamu. Tidak akan ku berikan suara sendiri untukmu dan kamu hanya bisa menirukan suara-suara yang kamu dengarkan saja.”
Beo :”hiks hiks…” (Si Beo menangis menyesali apa yang telah dilakukannya)”
Begitulah kisah tentang binatang-binatang di hutan belantara itu. Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, ternyata, kalau kita terlalu sering disibukkan dengan kedengkian kepada orang lain, kita tidak akan sempat memikirkan diri kita sendiri kan? Samapai-sampai kita sendiri tidak punya sesuatu yang berharga dalam diri kita. Na’udzubillah…
Baik, sekian dulu ya cerita hari ini? Salam ceriaaaa…..

Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 24 Oktober 2013
Posted by Unknown

Mendidik itu Cantik, Teladan itu Menawan

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Siapa yang tau apa rahasia cantik itu apa? Apa yang menyebabkan cantik? Yupz… betul sekali, bagi sahabat yang merasa cantik berterimakasihlah pada huruf C, karena kalau tidak ada huruf C sahabat-sahabat semua akan menjadi barang yang layak untuk dimuseumkan. Hehehe just kidding lhooo..

Well, kenapa saya berikan judul mendidik itu cantik & teladan itu menawan? Begini ceritanya. Beberapa waktu yang lalu saya baru saja berbincang dengan seorang rekan yang belum lama saya kenal. Beliau adalah seorang pemilik sebuak Kelompok Bermain dan juga Taman Kanak-kanak. Kami berbincang “ngalor-ngidul” terkhusus soal pendidikan dan juga kondisi di Taman Bermain miliknya itu, dan memang saat itu kami berbincang sambil sesekali dikerubuti anak-anak yang sekedar salaman sampai ikut nimbrung kami ngobrol (meskipun kelihatannya anak-anak itu juga belum paham apa yang kami obrolkan). Nah, rekan saya itu bercerita tentang kondisi di tempat itu, terutama soal Guru-gurunya yang sering keluar masuk dengan berbagai macam alasan. Ada sepenggal pernyataan yang saya catat dalm pikiran saya “Tapi gini mas, mereka (guru) yang disini sejak awal atau lama cara mengajarnya tu benar-benar seperti dari hati, dan apa-apa yang dilakukan itu lebih diikuti anak-anak, dan saya malah kadang sampai berpikir gini : kalau dalam jangka waktu tertentu seorang guru baru tidak mampu membuat anak-anak tertarik kepadanya dan mengikuti instruksinya, hampir bisa dipastikan beberapa bulan kemudian dia akan mengundurkan diri. Dan itu sering mas. Apalagi disini kami belum bisa melebihi UMR.”

Sejenak, saya amati guru yang ditunjukkan rekan saya itu, guru-guru yang senior disana, dan memang benar, meskipun secara usia boleh dibilang masih ibu-ibu muda, tapi cara mereka berkomunikasi dengan anak benar-benar hangat, wajar saja anak-anak begitu dekat dan mendengarkan serta mengikuti perintah dari guru mereka. Saya tidak tahu apakah kata-kata yang mereka ucapkan itu sudah disusun sebelumnya, tapi saya rasa tidak. Teman saya juga bercerita : “kalau kadang guru-guru ini membersihkan kelas (nyapu) anak-anak sering berebut sapu untuk membantu menyapu, atau membantu menata sepatu di rak, (karena memang disana semua alas kaki harus dilepas), hal-hal kecil seperti itu mereka lakukan sendiri lho mas, ndak pernah diminta “Ayo Bunda dibantu nyapu” atau yang lainnya.”

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, coba kita simpulkan dari cerita rekan saya itu, Pertama, mendidik dari hati, dengan cinta dan ketulusan tentu akan sangat jauh berbeda dengan hanya mengajar karena tuntutan pekerjaan semata. Seperti pepatah mengatakan Kerja Keras, Kerja Cerdas dan Kerja Ikhlas. Kerja Keras itu bisa diupayakan, Kerja Cerdas bisa dipelajari, Tapi Kerja Ikhlas harus datang dari hati.

Kedua, perbuatan yang kita lakukan didepan anak-anak kita itu lebih mereka perhatikan ketimbang kita hanya menyuruh atau menerintahkan sesuatu. Nah, kalau anak-anak sudah mengikuti kebiasaan baik kita, itu artinya mereka sudah tertawan dengan keteladanan yang kita berikan, kalau sudah tertawan dengan keteladanan kita seperti itu, tinggal kita pilih-pilih aja keteladanan apa yang ingin kita masukkan. Semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 21 Oktober 2013
Posted by Unknown

Jadi Teladan Yang Menemani, Bukan Memerintah

Assalamu’alaikum, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, teringat sepenggal kalimat yang diucapkan seorang teman di milad (ulang tahun) saya beberapa bulan yang lalu. Meskipun sebenarnya saya bukan penganut orang-orang yang merayakan hari seperti itu, tapi Alhamdulillah banyak yang mengucapkan dan mendo’akan saya. Yang salah satunya saya kutib menjadi judul di atas…

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, sejenak saya renungi kata-kata itu, apa sih maksudnya? Dan setelah daun saya bolak-balik, berbagai tabir saya singkap dan setiap pojok saya perhatikan (wah hiperbol banget ini), saya menemukan sesuatu yang luaarrrr biasa yang akan saya bagi untuk sahabat-sahabat semua Gratis tanpa dipungut biaya, tapi kalo maksa mau ngasih ya gak papa… banyak yang maksa lebih bagus. Xixixi

Sahabat pembaca yang baik hatinya, dalam beberapa pelatihan yang saya ikuti tentang mendidik anak dengan berbagai macam metode, saya menemukan sebuah kesamaan metode mendidik yang baik dari berbagai pelatihan tersebut, apa itu? Yupz, keteladanan. Tentu sahabat sekalian sudah sangat paham semisal kita menyuruh anak kita shalat, akan berbeda hasilnya jika kita juga shalat dengan kita tidak shalat kan? Nah, itulah salah satu sisi dari keteladanan.

Trus, apa dong maksudnya teladan yang menemani dan bukan teladan yang memerintah? Yupz, pertanyaan yang bagus (padahal yang tanya yang nulis). Sebagai contoh sederhana seperti ini, kembali lagi contohnya shalat ajalah yang gampang&wajib. Kita sudah shalat dengan baik setiap harinya, maksudnya rajin dan sudah tidak bolong-bolong. Nah, kita bermaksud menyuruh anak kita untuk ikut shalat juga, kira-kira pilih kata-kata yang mana ya?

A. Nak, sana shalat dulu!
B. Nak, sudah shalat belum? Ayo shalat dulu…!

Dua aja ah pilihannya. Yang pertama perintah dan yang kedua ajakan. Tentu akan lebih terasa hangat sebuah ajakan bukan? Dan Insya’ Allah sahabat-sahabat semua punya kata-kata yang lebih hangat untuk anak-anak sahabat semuanya.

Nah itu tadi sahabat-sahabat yang baik hatinya, pilihan pertama adalah yang saya maksud dengan teladan yang memerintah dan pilihan ke dua adalah teladan yang menemani. Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, anak-anak kita atau bahkan kita sendiri tentu akan merasakan sesuatu yang berbeda jika kita diminta melakukan sesuatu kebaikan dengan perintah dibanding dengan ajakan, bahkan meskipun yang mengajak itu tidak melakukan. So, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, anak-anak kita pun juga seperti itu kurang lebih, jadi kesimpulannya menjadi teladan yang baik saja belum cukup, tapi harus ditambah dengan sikap peduli dan perhatian.

Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 17 Oktober 2013
Posted by Unknown

Sebijak Ibrahim, Sesabar Ismail, Seikhlas Keduanya

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, esok hari Insya’ allah kita akan sambut Hari Raya ‘Idul Adha, sudah siapkan baju baru? Sarung baru? Peci baru? Sajadah baru? Haduuuhhh gak seribet itu juga kaleeee….

Seperti yang kita tahu, setelah kita mengerjakan Shalat ‘Ied, biasanya akan terjadi pembunuhan masal dimana-mana. Eits, jangan negative dulu, pembunuhannya berpahala kok. Yups, tepat sekali, Qurban. ‘Idul Ahda juga sering disebul ‘Idul Qurban kan? Siapa yang gak doyang daging kambing angkat tangan? Besok boleh dianter kerumah yak? (modus.hehehe).

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, tentu sudah hafal kan cerita tentang asal muasal alias awal mula Qurban? Yupz, tentu saja kita akan teringat Nabi Ibrahim as dan puteranya Ismail. Tapi saya tidak akan menceritakan itu semua di sini, hanya sepenggal saja. Dalam sejarah, ketika Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu untuk menyembelih puteranya, beliau tidal lantas serta-merta melaksanakannya, melainkan beliau bertanya pendapat Ismail. Kurang lebih dalam sejarah diceritakan Ibrahim as bertanya kepada Ismail : “Dalam tidurku, aku bermimpi menyembelihmu, bagaimana pendapatmumu?” dan Ismail pun yang sadar bahwa mimpi seorang Nabi adalah wahyu dengan tegas ia menjawab “Wahai ayahku, laksanakah Allah kepadamu. Engkau akan menemiuiku Insya’ Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. ……….” Kemudian Ismail mengajukan beberapa permintaan antara lain agar diikat kuat, agar ditanggalkan pakaiannya dan agar sang ayah menggunakan pedang yang tajam. Yah kurang lebih seperti itu penggalan cerita yang saya ambil.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, begitu luar biasa bukan hikmah dari cerita di atas. misal saat ini anak-anak yang ada saat ini yang ditanya demikian, barangkali akan muncul beberapa pilihan jawaban :

A. Mau nyembelih Gue? Langkahi dulu Jurang blakang rumah.
B. Mau nyembelih Gue? Wani Pira?
C. Mau nyembelih Gue? Gue Gibeng Juga Loe.

Haduuuhhh,,, Horooooorrrrrrrrrrr…

Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita kembalikan pada diri kita, bagaimana kita mendidik anak-anak kita. Apakah masih sering kita memaksakan kehendak? Atau sudah kita sering berdiskusi dengan anak-anak kita? Misal kita punya anak laki-laki yang sudah waktunnya sunat, apa yang kita lakukan?

A. Langsung antar ke tukang sunat langsung potong.
B. Menunggu anak minta sendiri.
C. Membicarakan dengan si anak.

Pilihan A tentu sangat beresiko jika anak mempunyai ketakutan yang besar. Pilihan B bisa jadi yang baik tatkala si anak merasa sudah waktunya atau sudah berani, tapi jika si anak mempunyai ketakutan besar juga, maka akan jadi masalah juga, bisa-bisa lulus SMA baru mau sunat. Nah, pilihan C barangkali bisa jadi pilihan yang baik. Berdiskusi dengan anak akan membuat kita tau seperti apa anak yang anak kita mau. Dengan menyampaikan kenapa sunat dan berbagai manfaat dari sunat bisa membuat anak mengerti dan menghilangkan rasa takut.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, bersikap bijak kepada anak tentu lebih baik ketimbang kita selalu memaksakan apa-apa yang kita harapkan dari anak kita. Dan anak akan menjadi lebih nyaman menerima dengan merasa pendapatnya didengarkan. Nah, kalau sudah seperti kita bisa mengambil jalan tengah dari apa yang kita harapkan dan dengan pendapat anak-anak kita, tentu setelah itu keikhlasan yang akan muncul bukan? Semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 14 Oktober 2013
Posted by Unknown

Orang Tua Sibuk, Anak Lupa Ayah Ibu

Assalamu’alaikum, sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaiman kabar sahabat hari ini? Tetap sehat? Tetap semangat? Salam Olah Raga. (Lho…hehehe)
Kalo lihat judulnya serem yah? Wuis,,,apa-apaan itu judul??? Eits, tunggu dulu, barang kali perlu disimak dulu ilustrasi yang akan saya sampaikan dalam cerita singkat berikut ini.

”Ada sebuah keluarga dimana di dalamnya terdapat sepasang orang tua dan seorang anak laki-laki dan juga seorang pembantu. Sepasang orang tua dalam keluarga itu masing-masing adalah pengusaha yang sangat sibuk. Sang ayah pengusaha di luar Pulau yang hanya pulang setahun sekali. Dan sang ibu pengusaha butik yang setiap harinya bekerja sedari pagi petang dan pulang malam hari. Tak jarang sang ibu tidak pulang ke rumah karena harus mengurusi outlet-outletnya yang ada di luar kota. Sehingga si anak jarang sekali bertemu dengan kedua orang tuanya, dan kesehariannya di rumah, si anak hanya tinggal dengan seorang pembantu yang juga mengasuhnya sejak kecil. Sang ibu ketika hendak berangkat kerja hanya berpesan “Mbak, nanti tolong Kiki (nama si anak) diurusi ya? Sama tolong nanti kalo sudah saatnya siap-siap ke sekolah dibangunin” dan kalo sepulang kerja hanya kalimat “Kiki sudah tidur kan mbak?” yang sering diucapkan.

Suatu ketika, si anak sedang mengikuti pelajaran di sekolahnya. Waktu itu hari pertama masuk sekolah SD setelah sebelumnya baru saja lulus dari TK. Adalah Bu Ratna, Guru kelas itu.
Bu Ratna : “Anak-anak, sekarang ibu akan memanggil satu persatu dari kalian, dan tugas kalian di depan adalah menceritakan diri kalian dan kedua orang tua kalian. Kalian paham?”
Murid : “Ya bu,,, kami paham…”
Bu Ratna : “Baik, sekarang siapa yang namanya Andien, maju ke depan!”
Andien : “Namaku Andien, orang Pak Adi dan Bu Ayu…………” (Andien menceritakan panjang lebar tentang keluarganya)
Bu Ratna : “Bagus Sekali. Sekarang Kiki. Mana Kiki? Majulah Nak…”
Kiki : “Saya Bu.”
Bu Ratna : “Baik Silakan”
Kiki : “Namaku Radika Al Farizki, dipanggil Kiki. Kata Mbak Mimin Pembatu dirumahku, Ayahku seorang pengusaha di Kalimantan, dan Ibuku pengusaha pakaian. Nama Ayahku Tuan dan Ibuku Nyonya, itu kata Mbak Mimin Juga. Terus Mbak Mimin bilang Ayahku itu pulangnya setiap lebaran dan aku sudah lupa wajahnya dan aku juga jarang bertemu ibu, soalnya ibuku perginya pagi-pagiii sekali dan kalau pulang pasti aku sudah tidur. Aku ingiin sekali bertemu mereka, aku ingi seperti Andien tadi, diajak bermain, dipeluk, diajak jalan-jalan, pasti menyenangkan. Tapi kapan? Aku ingin sekali…(si anak ini terus bercerita sambil menangis)”
Bu Ratna : “Terimah kasih Nak…duduklah kembali. (sambil mengusap air mata) Apakah kamu sudah bisa menulis?”
Kiki : “Sudah Bu.”
Bu Ratna : “Baik, Tulislah keinginanmu-keinginanmu itu sekarang, nanti Ibu akan kirim surat ke orang tuamu.”
Kiki :”Ya Bu…”

Singkat cerita, usaha Bu Ratna ternyata berhasil, Kedua orang tua Kiki tersadar. Tapi, apa yang terjadi ketika pertama kali Ayah dan Ibu Kiki menemui Kiki secara bersamaan? “Mah, Ohm ini siapa? Suaminya Mbak Mimin ya?” Itu pertanyaan yang terlontar pertama kali. Hemmmm…

Ilustrasi di atas ironis memang, tak seperti kebanyakan anak yang pada kewajarannya sudah bisa mengenali siapa orang tuanya, bahkan anak BATITA pun sudah bisa membedakan mana orang tuanya dan mana yang bukan. Tapi tidak dengan Kiki, karena tak pernah bertemu dengan orang tua, sampai-sampai tidak mengenali siapa Ayahnya. Ayah dan Ibu Kiki ini hanya mengutamakan pekerjaan dan berprinsip “Kebutuhan keluarga (uang) harus dinomor satukan” dan terlihat akibatnya.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mungkin di sekeliling kita atau bahkan diri kita sendiri mempunyai permasalahan yang hampir sama, meskipun tak seekstrim itu. Tapi pada dasarnya, kesibukan duniawi yang kita jalani terkadang bahkan sering merampas hak-hak anak kita. Tak jarang anak merasa haus kasih sayang dari orang tuanya karena kesibukan itu, yang akibatnya si anak mencari pelampiasan yang lain yang tak jarang pula ke arah yang negative dan berakibat fatal. Kalau sudah seperti itu, biasanya orang tua akan saling menyalahkan (kayak di tipi-tipi).

Nah, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, Apa kita harus menunggu sampai terjadi seperti itu? Insya’ Allah semua sepakat untuk menjawab TIDAK bukan? Yupz, sesibuk apapun kekiatan kita, amanah kita, tapi jangan sampai kita melupakan hak-hak anak, terlebih sampai anak kita kehilangan kasih sayang kita. Mau ditaruh di mana muka kita di Akhirat?

Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 10 Oktober 2013
Posted by Unknown

Tegas dan Konsisten

Assalamu’alaikum sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya. Menyapa hari yang indah ini, saya akan sedikit bercerita untuk sahabat semuanya. Begini ceritanya,
“Suatu hari seorang ayah menasehati anaknya untuk belajar. Memang kesehariannya si anak kurang senang belajar, sehingga sang bapak harus tiap hari menyuruh untuk belajar. Tak jarang sang bapak harus memarahi si anak agar mau belajar.
Bapak : “Nak, kamu itu harus rajin belajar, mau jadi apa nanti? Lihat! Bapak sering dipanggil ke sekolah sama guru kamu gara-gara nilai kamu jelek semua.”
Anak : “Iya..iya..nanti juga belajar. (dengan nada ketus)”
Bapak : “Sekarang gini, bapak akan kurangi jam nonton TVmu, mulai jam 6 sore, sudah tidak boleh lagi ada TV nyala dan kamu harus belar. Titik.”
Anak : “Iyaaaaa…(sedikit ngambeg)”
Suatu sore si anak nonton TV sejak siang pulang sekolah, lewat jam 6 sore TV masih menyala dan sang bapak yang mengetahui hanya membiarkan saja. Lewat ‘Isya’ juga masih nonton TV si anak ini, tapi lagi-lagi sang bapak tidak menegurnya, sampai sia anak ini sendiri mematikannya karena sudah mengantuk dan akan tidur. Si anak menggumam,
Anak : “O…ternyata bapak hanya menggertakku, buktinya masih bisa nonton TV sampai malam.”
Pikiran itu semakin mendorong si anak untuk semakin rajin (nonton TV), bahkan ketika sang ayah marah dan mengatakan yang lain,
Bapak : “Kalau kamu tidak mau belajar, TVnya akan bapak jual.”
Anak :”Iya… (paling Cuma gertak lagi, pikir si anak)”
Dan benar saja, larangan itu tak pernah jadi kenyataan meskipun berkali-kali si anak melanggarnya. Dan semakin hari si anak semakin kebal dengan gertakan-gertakan seperti itu tanpa pernah mengindahkan.”

Nah, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, Sebagai orang tua, kadang ketika kita merasa tidak didengar, kita sering mengeluarkan gertakan-gertakan seperti halnya cerita di atas. Apa tidak boleh? Pada dasarnya boleh saja kalau itu jalan trakhir yang harus ditempuh ketika iming-iming mainan, liburan, sepeda baru atau yang lain sudah tidak digubris lagi. Asaaaalllll, kita juga konsisten dengan gertakan itu. Kalo memang melanggar, ya seharusnya apa yang dijanjikan juga dilakukan. Misal, cerita di atas, harusnya sang bapak benar-benar menjual TVnya agar anak tidak berpikir itu hanya gertak sambal dan kebohongan semata. Tapi, dalam memberikan hal seperti itu juga haruslah hal-hal yang tidak melanggar Syar’I dan juga tidak merugikan tetapi berkesan. Misal, seperti tadi, TV benar-benar dijual. Sehingga anak akan berpikir “O…berarti kalau bapak/ibuku ngomong gitu tu beneran” kurang lebih seperti itu.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, sering kita memberikan nasehat tegas untuk anak-anak kita, tapi, kita tidak pernah konsisten dengan teguran itu, sehingga sering menjadikan anak tidak mengindahkan lagi meskipun kita tegas menasehatinya. Maka dari itu sahabat pembaca yang baik hatinya, TEGAS saja tidak cukup KONSISTEN akan melengkapinya. Sekian semoga bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 07 Oktober 2013
Posted by Unknown

Menanamkan Ethos Pada Anak

Assalamu’alaikum, sahabat-sahabat pembaca yang baik haitinya, bagaimana kabar hari ini? Masih selalu semangat? Semoga tetap dan selalu serta senantiasa menjaga semangat dalam diri untuk terus mengoptimalkan segala anugerah potensi yang telah diberikan Allah untuk memakmurkan Bumi-Nya ini. Aamiin…

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, kenapa saya menanyakan semangat? Yupz, sesuai judul di atas, yaitu tentang Ethos. Apa sih ethos itu? Yupz, ethos bisa diartikan sebagai Spirit atau semangat dan mentalitas yang mewujud menjadi seperangkat perilaku hidup yang khas dan unggul, seperti : rajin, semangat, teliti, tekun, kerja keras, ulet, bertanggung jawab, menghargai waktu, hemat, efisien dll.

Nah, bagaimana kita menanamkan ethos untuk anak-anak kita? Sudah sejauh apakah? Sebenarnya tulisan ini masih berkaitan erat dengan tulisan-tulisan saya sebelumnya, yaitu tentang Mendidik dengan Cerita. Nah, salah salah satu cara membentuk ethos atau mendidik dan menanamkan ethos pada anak yaitu dengan bercerita.

Di berbagai Negara, berkembang ethos yang sampai saat ini sangat terkenal sampai ke seluruh penjuru dunia bahkan ketika istilah itu disebut, maka yang mendengar langsung dapat mengetahui Negara mana yang dimaksud. Sebagai contoh :

1. Ethos Panzer
Ethos ini mengajarkan Berpikir Ilmiah, Bertindak Rasional, Berdisiplin Tinggi, Rajin Tekun Bekerja Keras, Berorientasi Kepada Sukses Material, Tidak Umbar Kesenangan, Anti Pemborosan, Hemat Bersahaja, Menabung dan Investasi.

2. Ethos Ginseng
Ethos ini mengajarkan Rajin bekerja, Hemat, Menabung, Mandiri Berdikari, Kerjasama, Mengutamakan Pendidikan

3. Ethos Samurai
Untuk ini ada beberapa istilah, GI : Bersikap Benar dan Bertanggung Jawab, YU : Berani dan Ksatria, JIN : Murah Hati dan Mencintai, REI : Bersikap Santun dan Hormat, MAKOTO : Tulus dan Bersungguh-Sungguh, MELYO : Menjaga Martabat dan Kehormatan, CHUGO : Mengabdi dan Loyal.

Nah, itu tadi sahabat pembaca yang baik hatinya, berbagai contoh istilah ethos yang terbangun di berbagai Negara. Pertanyaannya ethos apa yang terbagun di negeri ini? Atau minimal ethos apa yang sudah kita tanamkan kepada anak-anak kita? Hemmm,,,mari kita jawab dalam diri kita masing-masing. Semoga ethos-ethos Qur’ani dan Nabawi yang sudah kita tanamkan dalan diri anak-anak kita, dan semoga terhindar dari ethos-ethos Syaithoni. Aamiin… Sekian, semoga Bermanfaat.

Saya : 100% Kak Wall. Salam Semangat.
Kamis, 03 Oktober 2013
Posted by Unknown
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -