Posted by : Unknown Kamis, 24 April 2014

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Hampir saja hari ini saya lupa menyapa sahabat lewat tulisan ini…waaaaahhhh bisa-bisa ada yang kangen nih (pede dikit boleh kaannn? Hehehe)

Sahabat pembaca yang baik hatinya, beberapa hari yang lalu saya menyaksikan siaran televisi yang sebenarnya acara humor. Lebih tepatnya dialog humor gitu lah. Kali itu tema yang diangkat tentang emansipasi wanita “Wanita karir atau Ibu rumah Tangga?” kurang lebih seperti itu judul pembahasannya. Entah memang sudah disetting atau benar-benar asli tanpa rekayasa, disana terjadi perdebatan yang cukup menarik. Salah seorang narasumber yang dia ini merupakan wanita yang boleh dibilang lebih sukses daripada suaminya secara materi, begitu ‘ngotot’ mengatakan bahwa wanita di jaman sekarang ini jangan mau kalah dengan laki-laki, wanita harus berkarir, toh buktinya hasilnya (materi) juga bisa lebih besar. Dia berpendapat bahwa menjadi ibu rumah tangga saja merupakan pengekangan, lagi pula mengurus rumah tangga itu bukan tugas istri semata, tapi juga suami dan gampangnya sekarang bisa menggunakan jasa pembantu untuk mengurusi urusan rumah termasuk anak-anak.


Terlepas dari scenario atau bukan, ada hal yang cukup menarik disana, karena pada kenyataannya memang banyak kasus serupa yang terjadi di kanan-kiri kita. Suami istri semua bekerja diluar dan urusan rumah diserahkan pembantu. Katanya demi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Apakah itu salah? Saya tidak akan membahas benar atau salahnya disini, karena kesemuanya itu akan memiliki kelebihan dan kekeurangan masing-masing, yang barang kali sahabat semua lebih bisa menerangkannya.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, terkadang ada sudut pandang yang salah dalam memaknai bekerja dalam rumah tangga. Ketika seorang suami ditanya “Istrimu aktivitasnya apa?” terkadang menjawab dengan “Cuma dirumah, ndak kerja kok, Cuma jadi ibu rumah tangga.” Meremehkan, itu barangkali kata yang tepat untuk menggambarkan bagi seorang suami yang menjawab dengan mengatakan “Cuma” seperti contoh tadi. Padahal, Kalau dihitung jenis dan jumlah pekerjaan yang dilakukan, barang kali apa yang dikerjakan seorang suami hanya sekian persen saja dari yang dilakukan seorang istri sebagai ibu rumah tangga. Merasa tidak terima dengan diremehkan, tak sedikit istri yang akhirnya memilih untuk berkarir diluar, mencari penghasilan secara materi. Dengan dalih demi mencukupi kebutuhan karena hasil suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. 


Sahabat pembaca yang baik hatinya, pada akhirnya, ketika semua egois seperti ilustrasi di atas, sering kali anak menjadi korban. Waktu untuk interaksi dengan orang tua menjadi langka. Belaian kasih sayang ibu menjadi mahal. Karena masing-masing sibuk hanya untuk mencari materi, materi dan materi yang ketika kembali ditanya akan menjawab “ini semua juga demi anak”.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, coba, kita renungkan kembali, kenapa ketika mendengar kata bekerja, yang terngiang pertama kali adalah penghasilan/uang/materi? Seorang ustadz dalam sebuah kajian menasehati saya bahwa “Ketika kamu bekerja, jangan hanya mencari materi (uang), carilah Allah. Insya’ Allah akan dicukupkan bagimu apa-apa yang kamu butuhkan, bukan hanya sekedar yang kamu inginkan.” Dalam Qur’an, tak banyak pula ayat yang mengajarkan kita untuk bekerja menumpuk-numpuk dunia. Bahkan kita hanya dianjurkan agar tidak melupakan bagian kita di dunia, seperti yang tertuang dalam QS. Al Qosos (28) ayat 77. “Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan jangan kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia….”


Sahabat pembaca yang baik hatinya, jika kita memaknai emansipasi hanya sebagai bentuk kebebasan seseorang (wanita) untuk dapat melakukan hal yang sama seperti laki-laki, termasuk dalam mencari nafkah, yang ujung-ujungnya bisa memicu persaingan dalam keluarga bahkan saling menyombongkan diri dengan penghasilannya masing-masing, maka alangkah meruginya diri kita. Sah-sah saja dalam rumah tangga semua bekerja yang menghasilkan uang, hanya saja tentu porsi dan cara serta tujuannya yang harus dikontrol agar tidak menimbulkan hal-hal yang justru jauh dari kata kebaikan. So, Emansipasi bukanlah sekedar materi.


Saya : 100% Kak Wall

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -