Archive for Februari 2014

Globalisasi vs Budaya

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, ada seorang arsitek dari Negeri Paman Sam yang ditugaskan untuk membuat design sebuah kota sekaligus komplek tempat tinggal bagi karyawan-karyawati sebuah perusahaan Multinasional di negeri ini. Beberapa bulan kemudian sang arsitek berhasil menuntaskan pekerjaan itu. Sebelum direalisasikan design tersebut, terlebih dahulu hasil karya sang designer dipresentasikan dihadapan tokoh-tokoh yang berkaitan, yang salah satunya adalah seorang professor dari Pribumi yang juga ahli dalam urusan tata ruang dan tata kota. 

Sedikit berbeda memang design yang dibuat oleh sang arsitek dengan design bangunan-bangunan asli Negeri ini. Dan dalam presentasi itu sang professor mengatakan yang saya terjemahkan dalam bahasa kita “Pak, saya sangat terkesan dengan design yang anda buat, ini sangat-sangat bagus, saya menyukai ini. Tapi, maaf, ini sepertinya kurang sesuai dengan budaya kami (Indonesia). Disini, kota tanpa alun-alun (lapangan tempat berkumpul yang luas) bukan Kota, rumah tanpa teras depan dan belakang bukanlah rumah.” Seluruh peserta dalam presentasi itu terkejut dengan pernyataan sang professor dan bertanya apa maksudnya. 


Sahabat pembaca yang baik hatinya, kita tahu, disetiap kota di Indonesia biasanya akan ada semacam tempat yang cukup luas seperti lapangan yang biasa disebut dengan Alun-alun, bahkan ada yang memiliki lebih dari satu. Biasanya tempat tersebut sering digunakan untuk berkumpulnya masa, misalnya untuk upacara peringatan hari-hari tertentu, atau sekedar untuk tempat pementasan hiburan, yang intinya kembali lagi untuk tempat berkumpulnya masa. Berikutnya sahabat, coba kita lihat bentuk bangunan rumah di sekitar kita, biasanya dan umumnya akan mempunyai teras, minimal teras depan dan ada pula yang memiliki teras yang lain yaitu teras belakang atau samping. Nah, ternyata sahabat, teras bukanlah sekedar pelengkap bagian rumah saja, melainkan disanalah, sang penghuni rumah dapat sekedar duduk-duduk cari angin sambil berinteraksi dengan tetangga yang lewat.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, dua contoh tentang tata kota dan tata ruang sederhana di atas barangkali akan sedikit ditemui di Negara-negara barat. Yang ada orang-orang barat akan mengadakan perayaan di jalan-jalan dan ketika mereka berada di rumahnya, maka hanya akan ada di dalam rumah saja karena sifat mereka yang lebih individualis. 


Sahabat pembaca yang baik hatinya, alun-alun dan teras rumah adalah secuil contoh tentang budaya di Negeri ini. Budaya yang membuat orang-orang saling mengenal, saling menyapa dan akhirnya saling membutuhkan satu sama lainnya. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita seleksi kembali apa-apa yang kita lakukan, jangan sampai kita terlalu berbangga dengan pengaruh peradaban barat yang benyak menyita waktu kita untuk menutup diri dari interaksi dengan orang-orang di sekitar kita sehingga kita lupa bahwa kita membutuhkan mereka dan mereka membutuhkan kita.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 27 Februari 2014
Posted by Unknown
Tag :

Buka Mata, Buka Hati dan Lakukanlah yang Terbaik

"Mereka BUKAN ciptaan Allah yang GAGAL, karena ALLAH TIDAK PERNAH GAGAL. Mereka TIDAK PERLU mendapatkan BELAS KASIHAN, hanya PERLU diberikan KESEMPATAN."


Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, mengawali tulisan saya hari ini dengan sebuah motivasi yang sangat luar biasa dari seorang tokoh di Kota yang dikenal dengan Lumpia Basah juga Wingko Babadnya. Sebuah kalimat yang terlontar bukan sekedar rangkaian kata-kata indah semata, melainkan sebuah kalimat yang memiliki kesaktian, yang dapat membius para orang tua di Kota itu. Yah, Pak Ciptono namanya, sosok dengan segudang prestasi dan telah berhasil menelurkan sekian banyak talenta-talenta yang sangat-sangat luar biasa dari mereka yang bergelar Anak Berkebutuhan Khusus. Yang pada akhirnya dapat memberikan senyum lebar untuk orang tuanya yang mulanya sempat kecewa bahkan putus asa.

Pak Ciptono adalah seorang pendidik di sebuah sekolah yang diperuntukkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang sudah sangat lama mengabdikan diri di bidangnya. Sebuah kebanggaan bagi saya bisa mendengarkan langsung motivasi dari beliau yang sudah cukup sering menghadiri acara talkshow inspiratif di televise itu. Terlepas dari perjuangan yang telah dilakukan Pak Ciptono, ada sebuah hikmah yang coba saya angkat dari sebuah pertunjukan yang disajikan anak-anak didik di sekolah itu. Anak-anak yang kebanyakan orang menganggap sebagai anak-anak yang tidak normal, anak-anak yang cacat fisik maupun mental, tetapi justru bisa memberikan dan menunjukkan berbagai kemampuan yang sangat istimewa dan luar biasa. 


Adakah kita bernah berpikir dari sudut pandang yang lain sahabat? Mereka, anak-anak yang berkebutuhan khusus dapat dipoles dan menghasilkan sebuah keahlian yang dapat dilakukan orang-orang yang dianggap normal pada umumnya, tetapi sebaliknya, orang-orang normal tidak sedikit yang dibuat cacat. Coba sahabat renungkan berikut ini : Dulu, seseorang pemain piano/ keyboard dianggap mahir ketika bisa mengolah tuts alat music itu dengan mahir sehingga dapat menghasilkan paduan suara dan irama lagu yang yang baik. Tetapi sekarang sahabat, tentu sahabat sudah sangat kenal dengan istilah Organ Tunggal bukan? Di sana, pemain organ/ keyboard yang baru pemula pun dapat memainkan sebuah lagu dengan baik pula. Tetapi dibalik keindahan suara yang dihasilkan oleh pemain organ itu, sudah ada disket/ file music yang diputarkan dan si pemain hanya mengikuti beberapa bagian kecil saja, bahkan ibarat ditinggal tidurpun, music itu sudah dapat bermain sendiri.


Nah, itulah sahabat gambaran kecil dan sederhana bagaimana perkembangan zaman, perkembangan pendidikan dan juga perkembangan teknologi yang membuat cacat dan menghambat orang-orang untuk mengoptimalkan potensi yang sebenarnya bisa jauh lebih baik dan berprestasi. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita mulai membuka mata dan membuka hati bahwa perlu kita berikan kesempatan diri kita untuk berbuat lebih baik, agar kita tidak menjadi orang-orang yang gagal, Karena Allah tidak pernah gagal menciptakan makhluknya.


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 24 Februari 2014
Posted by Unknown

Hikmah Membangun dan Menjaga Uhuwah

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Bagaimana kabar sahabat hari ini? Sehat? Atau kurang sehat? Alhamdulillah, apapun kondisi kita yang terpenting adalah syukur terlebih dahulu. Bener kan?
Baik, hari ini saya akan sedikit bercerita untuk sahabat semuanya. Tentang apa? Yups, tentang sebuah kisah yang terjadi di kampung halaman. Begini sahabat :


“Beberapa hari yang lalu di masjid tempat biasa saya berjama’ah di rumah, rekan seperjuangan saya mengajak untuk kembali menghidupkan kegiatan TPA yang sempat terhenti beberapa bulan yang lalu kerena beberapa hal. Nah, karena mengingat berbagai aktivitas dari rekan-rekan saya, akhirnya kegiatan TPA itu pun kami alihkan selepas shalat Maghrib yang dulunya Ba’da ‘Asar. 


Emmm…di hari-hari awal pertemuan ada sesuatu yang saya temukan di sana, yaitu ketika salah satu teman yang sebelumnya sudah cukup lama mengasuh kegiatan-kegiatan TPA memulai kegiatan itu. Apa yang saya temukan sahabat? Disana terlihat sedikit kecanggungan dari rekan saya itu dan ternyata kecanggungan itu juga dialami santri-santri yang datang. Canggung seperti apa? Emmmm…barangkali sahabat bisa membayangkan ketika sebuah kelas dengan seorang guru baru juga murid baru dan memulai kelas untuk pertama kalinya dan belum pernah bertemu sama sekali sebelumnya. Padahal sahabat, sebelum terhenti, kegiatan TPA di tempat kami sudah cukup lama berjalan dan hubungan antara pengasuh dan santri pun sudah cukup dekat. 


Sahabat pembaca yang baik hatinya, singkat cerita, ketika tulisan ini saya buat sahabat, sepekan sudah perjalanan kami untuk kembali menghidupkan kegiatan TPA itu. Alhasil, ikatan antara santri-santri dan pengasuh yang sempat hilang beberapa bulan itu kembali kami temukan. Komunikasi antara santri dan pengasuhpun juga sudah mulai hangat dan akrab seperti yang pernah terjadi sebelumnya.”


Sahabat pembaca yang baik hatinya, ada sebuah pelajaran yang coba saya petik dari kisah itu yang kurang lebih seperti ini. Membangun sebuah ikatan ukhuwah / ikatan batin / ikatan emosional dan sejenisnya itu penting, baik dengan keluarga, sahabat, murid, rekan kerja ataupun yang lain, tetapi bagaimana kita menjaga ikatan itupun juga tidak kalah penting. Karena, bagaimanapun yang terjaga akan lebih istimewa.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 20 Februari 2014
Posted by Unknown

Hal yang Sepele Bisa Jadi Berabe

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar sahabat hari ini? Cerah? Ceria? Yupz, semoga begitu…

Sahabat pembaca yang baik hatinya, beberapa waktu yang lalu saya sempat menegur seorang siswa yang membuang sampah sembarangan. “E…mbaakkk,,, sampahnya jangan dibuang di situ dong… nanti tempatnya kotor kan? Ayo, dibuang ditempat sampah…” lalu si anak ini menjawab “Alaaahh…dah terlanjur Kak, kan susah ambilnya lagi, Cuma dikit ko..” Memang tempanya agak sulit dijangkau karena tertutup papan, jadi agak susah untuk anak-anak mengambilnya lagi. Akhirnya pun saya biarkan begitu saja. 


Hari ini, kira-kira sekitar dua pekan setelah saya menegur si anak, saya pun berniat untuk membersihkan tempat yang tadinya dipakai membuang sampah si anak. Tapi, kira-kira apa yang terjadi sahabat? Luar biasa, tempat yang tadinya hanya ada sebuah plastic bungkus snack makanan ringan seharga lima ratus rupiah, berubah menjadi lautan sampah yang setelah selesai saya kumpulkan hasilnya tidak kurang dari sekeranjang sampah penuh. Heemmmmm…


Sahabat pembaca yang baik hatinya, ternyata, hari demi hari setelah saya menegur si anak tadi, cerita membuang sampah sembarangan tadi masih terjadi, padahal sudah ada tempat sampah di dekat tempat tersebut. Dan parahnya, anak-anak yang lain juga ikut-ikutan membuang sampah di tempat yang bukan semestinya itu. Barangkali mereka juga berpikir sama “Ah, Cuma satu ko, itu juga udah ada sebelumnya… berarti kan boleh buang disini…” dan akhirnya ya seperti yang saya sampaikan tadi sahabat.


Nah, sahabat pembaca yang baik hatinya, membiarkan budaya yang kurang baik pada anak-anak sekalipun hanya sebuah hal kecil, pada hakekatnya kita telah membiarkan sebuah system yang itu adalah system yang kurang baik bagi anak-anak kita terbangun dalam perkembangan anak-anak kita. Tentu sahabat sudah bisa menjawab sendiri apa akibatnya dimasa ketika mereka dewasa kan? Yupz, Ibu kota Negara ini barangkali bisa jadi contoh yang nyata bagaimana sampah-sampah tertimbun padat di sungai-sungai, bahkan berhasil menenggelamkan waduk yang cukup luas. Luarrr biasa... Akhirnya hal sepele pun jadi berabe.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 13 Februari 2014
Posted by Unknown

Arahan Guru Untuk Murid

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, ada sebuah cerita tentang dua anak yang datang kepada seorang guru, mereka bertanya dan minta diberikan saran tentang profesi apa kelak yang cocok untuk mereka geluti ketika telah dewasa nanti. Saya kutipkan cerita tersebut seperti ini :

“Sore itu Riski dan Riska dua anak kembar datang ke rumah Ibu Gurunya. Bu Tin namanya. Mereka antusias sekali datang ke sana, maklum Bu Tin adalah guru yang cukup dekat dengan mereka dan sebentar lagi mereka akan jadi jarang bertemu karena mereka sudah lulus dari bangku SMA. Suasana pun begitu terlihat menyenangkan dan begitu hangat ketika mereka ‘Ngobrol’. Dan ada hal penting yang ingin Riski dan Riska tanyakan kepada Bu Tin.


Riska : “Bu, kami mau tanya ni Bu, kita kan udah lulus, kira-kira sebaiknya langkah kami seperti apa ya Bu?”
Bu Tin : “Kalian mau kerja apa kuliah?”
Riska : “Kalau saya kuliah Bu.”
Riski : “Saya mau bekerja dulu bu, biar uangnya buat kuliah Riska dulu.”
Bu Tin : “Baik, Ibu akan bertanya dulu masing-masing dari kalian.”
Riski : “Apa Bu?”
Bu Tin : “Jika Ibu meminta kalian masuk ke dalam Goa yang sangat gelap dan hanya Ibu bekali sebuah obor tiba-tiba sampai ditengah perjalanan obor itu mati tanpa membawa korek, apa yang kalian lakukan? Ibu kasih pilihan, Kalian kembali untuk menyalakan obor lagi, atau tetap melanjutkan dalam kondisi gelap sampai bisa keluar?”
Riska :”Kalau saya balik dulu Bu, biar bisa terang lagi..”
Riski :”Saya akan maju terus Bu, siapa tahu didepan ada sumber cahaya.”
Bu Tin : “Baik, Riska, jika kamu ingin kuliah, kamu bisa mengambil jurusan Kedokteran, Hukum atau Teknik Sipil juga boleh.”
Riska : “Bagaimana kalau Pendidikan Bu? Biar jadi Guru.”
Bu Tin :”Itu juga bagus. Kalau kamu Riski, coba kamu mulai belajar usaha atau jadi pengusaha.”
Riski :”Bejualan atau buka Toko misalnya bu?”
Bu Tin : “Boleh, bikin usaha juga boleh, misalnya Catering, Percetakan dll”
Riski&Riska :”Oo….” “ya Bu, terima kasih saranya, Do’akan kami juga.”
Bu Tin :”Aamiin…”


Singkat cerita, setelah beberapa tahun kemudian, apa yang mereka kerjakanpun sukses. Riska menjadi seorang guru yang berprestasi dan Riski menjadi pengusaha Konveksi yang sukses. Merekapun datang kepada Bu Tin.


Riska :”Bu, ini sedikit oleh-oleh dari kami, anggap saja sebagai ucapan terima kasih kami untuk saran ibu beberapa tahun yang lalu. Saya sudah jadi guru Bu, Riski jadi pemilik Konveksi.”
Riski :”Konveksi kecil-kecilan sih Bu…”
Bu Tin :”Tapi omsetnya udah besar kan? Kemari Riska udah cereita lewat SMS sama Ibu ko. :’)” “Alhamdulillah kalau kalian sudah berhasil, ibu ikut bangga.”
Riski :”Hehehe… Alhamdulillah Bu… sebenarnya ada hal penting yang ingin kami tanyakan lagi bu, kenapa dulu ibu memberikan saran untuk kami seperti itu?”
Bu Tin :”Baik, akan Ibu jelaskan. Masih ingat pertanyaan Ibu dulu kan? Kamu Riska, dulu kamu memilih kembali untuk menyalakan obor dulu baru melanjutkan perjalanan, itu artinya, kamu mempunyai sifat yang cukup hati-hati dan itu cocok untuk profesimu saat ini. Seorang guru harus hati-hati, jangan sampai menyesatkan muridnya kan?”
Riska :”oo….”
Bu Tin :”Sedang kamu Riski, kamu memilih untuk tetap maju, itu artinya kamu cukup berani mengambil resiko dan seorang pengusaha salah satu sikap yang harus dimiliki yaitu berani melakukan sesuatu dan berani menghadapi resikonya.”
Riski :”O….gitu ya Bu ternyata?”
…………………….”
Begitulah sahabat kurang lebih cerita yang bisa saya sampaikan kali ini. Semoga bermanfaat. 


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 06 Februari 2014
Posted by Unknown

Nama Yang Baik Untuk Do'a Yang Baik

Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, senang rasanya ketika bisa kembali menyapa sahabat melalui siratan kata-kata yang penuh harap membawa hikmah dan manfaat nantinya. Aamiin.

Sahabat pembaca yang baik hatinya bolehkah saya bertanya “Siapakah nama sahabat?” Kenapa saya bertanya nama? Yupz, pagi ini saya disibukkan oleh sebuah buku yang menarik dan mempengaruhi saya untuk membaca sebuah Bab di dalamnya, yaitu tentang hak seorang anak atas orang tuanya. Nah salah satunya adalah tentang do’a orang tua untuk anak. Trus apa hubungannya dengan nama? Baik, sedikit saya akan mengingatkan penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti di Jepang yang bernama Dr. Masaru Emoto yang menyimpulkan bahwa kristal air mampu mendengar dan merespon apa yang didengarkannya, baik akan berubah menjadi Kristal air yang sangat indah ataupun sebaliknya. Padahal, secara teori lebih dari 70% dari tubuh manusia terdiri dari cairan, maka apa yang sering didengar oleh setiap manusia akan mempengaruhi Kristal air di dalam dirinya.


Masih belum nyambung juga dengan nama? Baik, kita lanjutkan. Nama adalah salah satu kata yang paling sering diucapkan orang tua ke anak? Tentunya karena dengan nama itulah orang tua memanggil anak. Dan tentunya tidak berhenti di orang tua kan? Siapapun juga akan memanggil dengan nama itu. Nah, kesimpulannya jika orang tua memberikan nama yang baik, maka anak akan mendengarkan kata-kata panggilan yang baik ketika setiap orang memanggilnya, dan tentunya sebaliknya. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, nama adalah sebuah do’a, maka, memberikan nama yang baik untuk anak sama artinya dengan mendoakan kebaikan untuk anak disetiap harinya.


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 03 Februari 2014
Posted by Unknown
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -