Berdo'a Mulai

Assalamu'alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar sahabat hari ini? Semoga senantiasa dalam nikmat sehatNya. Aamiin.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, sudah berapa banyak kah do'a yang kita panjatkan hari ini? Insya' Allah sudah banyak, bukan? Yups, minimal ketika sholat kita telah berdo'a, karena bacaan shalat kan do'a-do'a. :')



Islam mengajarkan kita untuk mengawali apa-apa yang kita lakukan dengan do'a agar segala sesuatu yang kita lakukan bernilai ibadah dan berpahala tentunya. Dari mulai bangun tidur, masuk kamar kecil, keluar kamar kecil, mau makan, mau pergi, mau bekerja, mau belajar sampai mau tidur lagi. Begitupun mengakhiri apa yang kita kerjakan. Kalau pun kita belum hafal semua do'anya minimal kita menggunakan bacaan basmallah untuk mengawali dan hamdallah untuk mengakhiri. Insya' Allah akan menjadi sebuah keberkahan tersendiri bagi kita.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, dalam kita berbicara, berpikir, bertingkah laku pun juga bisa menjadi do'a kita. Makanya sering kita dengar orang-orang di sekitar kita mengatakan "hati-hati kalau bicara, nanti kalau diaminkan malaikat lhoo..." Maksudnya agar kita tidak mengatakan perkataan yang tidak baik agar tidak menjadi kenyataan yang tidak baik juga.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, maka dari itu, dalam berdo'apun kita juga harus memilih perkataan-perkataan yang baik. Sebagai contoh kita berdo'a memohon rizki. Sekalipun rizki kita datang melalui orang-orang yang terkena musibah, tentunya kita juga tidak boleh mendo'akan keburukan bagi orang lain. Maksudnya seperti ini, seorang Tukang tambal ban juga tidak boleh berdo'a "Ya Allah, semoga hari ini orang-orang yang lewat di depanku ban motornya kempes semua, biar mereka minta tolong saya Ya Allah..." Atau seorang dokter juga tidak boleh berdo'a "Ya Allah, datangkanlah wabah kepada mereka, dan gerakkanlah hati mereka untuk berobat disini..." atau mungkin seorang pembuat peti mati berdo'a "Ya Allah, semoga hari ini terjadi pembunuhan yang banyak di sekitar sini dan mereka membeli peti matiku." Sudah-sudah,,, semakin dilanjutkan do'anya ko semakin gak jelas ya? :') Itu hanya sebagai contoh yang wajib untuk ditinggalkan saja. Kalaupun profesi kita sejalan dengan contoh-contoh di atas, tentunya kita dapat mengganti do'a kita semisal dengan "Ya Allah, berikan kepada ku rizki yang melimpah dan barakah hari ini Ya Allah,,,, Yang banyak ya Ya Allah...?" dan sejenisnya.


Sahabat pembaca yang baik hatinya. Do'a merupakan senjata bagi umat Islam. Banyak sekali kisah-kisah luar bisa yang menggambarkan bagaimana kekuatan dan kedahsyatan sebuah do'a. Do'a juga ibarat kita mengetuk pintu. Semakin banyak pintu yang kita ketuk, semakin besar pula peluang untuk kita dibukakkan pintu-pintu itu. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita perbanyak do'a dalam keseharian kita, agar semakin barakah segala urusan-urusan kita.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 12 Juni 2014
Posted by Unknown

Sahabat di Balik Layar

Assalamu'alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Siang ini saya berjumpa dengan salah satu sahabat yang sudah beberapa saat lamanya tidak bertemu karena aktivitas masing-masing. Bahkan niatan untuk bertandang yang sudah di kepala pun belum sempat saya lakukan. Heemmmm... semoga kita terhindar sifat manusia yang terkadang hanya akan datang disaat butuh dan pergi saat sudah merasa cukup...

Sahabat pembaca yang baik hatinya, layaknya seorang sahabat yang lama tak bersua, kami pun berbincang renyah dan saling cerita satu sama lain. Sayangnya, waktu untuk kami berbincang pun tak cukup lama, karena aktivitas berikutnya yang harus kami kerjakan masing-masing.



Namun, ada sebuah bagian dalam obrolan kami yang membuat saya tercengang, kaget, terharu, merasa sangat diperhatikan dan perasaan-perasaan yang lain turut bercampur disana. Pasalnya, ditengah-tengah obrolan kami, ada sebuah pertanyaan yang dilontarkan teman saya itu,
Sahabat :"Bro, aku copas tulisan-tulisan mu lho...mau tak masukin ke blog."
Saya :"Ya copas aja... emangnya mau dimasukkin blog mana?"
Sahabat :"Aku buat blog, trus tulisan yang kamu update tiap dua kali sepekan itu aku copas trus aku masukin, tapi belum dipublish, nunggu ijin darimu dulu."
Saya :"Halah, pake ijin segala. Bayar kalo gitu. hahahaha....trus?" (sekedar menaggapi dan saya berpikir itu untuk blog pribadinya.)
Sahabat :"Hahaha... Aku juga udah buatin emailnya juga, tinggal dipublis aja kalo kamu setuju, trus diupdate terus. Lumayan, itu nanti bisa buat porto polio kamu sendiri. Kamu kan selain ditempat kerja sekarang juga kadang nDongeng kan? Nanti bisa dibuat nama Kak Wall gitu. Jadi nanti photo-photomu bisa dimasukkin juga. trus, misal ada yang mau kenalan tinggal kamu kasih alamat blogmu itu..."
Saya :"&%^&^&????" (terdiam, bingung dan baru saya menyadari, ternyata sahabat saya mumbuatkan blog itu untuk saya). Begitu penggalan percakapan kami yang ingin saya sampaikan ke sahabat pembaca semuanya.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, alangkah indahnya ukhuwah diantara kita dengan sahabat-sahabat kita jika yang kita lakukan bukan hanya ketika dekat dengan mereka. Melainkan, disaat jauh dan jarang bertemu pun kita masih sempat untuk memberikan apa yang dapat kita berikan untuk mereka. Mendo'akan, mungkin itu yang saat ini sering kita lakukan untuk sahabat-sahabat kita yang berbeda jauh dari hadapan kita. Yah, memang itu menjadi salah satu hal yang layaknya kita lakukan. Namun, Jika kita mampu untuk melakukan lebih dari itu, alangkah semakin beruntungnya orang-orang yang sempat mengenal diri kita. Karena "Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya untuk manusia yang lain..."


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 09 Juni 2014
Posted by Unknown

The Hot is Not Public

Assalamu'alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, seperti biasanya dalam keseharian saya, mulai dari pagi sampai siang bahkan terkadang sore lebih sering saya habiskan di jalanan dan berkeliling untuk silaturrahim ke berbagai tempat. Bertemu dengan saudara baru maupun untuk kembali menyapa rekan yang sudah sering ketemu atau pun yang lama tak bersua.Yah, itulah pekerjaan yang saya cintai sampai saat ini.

Akhir-akhir ini saya rasakan udara diluar yang cukup tinggi suhunya dan ditambah terik yang kadang menyengat. Sauasana seperti itu bagi orang yang berada di lapangan (kerja luar rumah/kantor) sering menghadirkan rasa lelah yang sangat, mengantuk dan terkadang sampai mengeluh. Apa yang dikeluhkan? Yupz, seperti judul di atas, The Hot Is Not Public. Itu adalah bahasa Inggris salah paham, meskipun salah, banyak yang paham. Plesetan maksudnya. Hehehe Dari bahasa jawa "Panase ra umum" alias panas banget.
Begitupun saya, dalam kondisi panas yang menyengat dan membuat kulit saya yang tadinya hitam menjadi gelap, terkadang saya harus menyempatkan diri untuk terkapar di serambi masjid sejenak untuk mengembalikan tenaga.



Siang ini, seperti biasa, jalanan kota hingga pelosok saya lewati. menembus ramainya lalu lintas kota hingga membelah bukit menuju sebuah tempat yang berada tepat di lerang Pegunungan selatan. Sekembali dari tujuan, dalam perjalanan, saya terhenti beberapa saat di sebuah perempatan kota, persimpangan jalan tanpa lampu lalu lintas mengharuskan bagi para penyeberang harus super sabar menunggu kendaraan dari arah yang lain melintas semua. Tapi sedikit berbeda siang ini di tempat itu. Seorang bapak-bapak paruh baya berdiri ditengah jalan lengkap dengan peluit membantu mengatur lalu lintas. Alhasil, menyeberang pun menjadi lebih cepat dan mudah, dengan bantuan bapak-bapak tadi. Siapakah beliau? awalnya, saya kira seorang petugas yang berwenang, ternyata, setelah saya perhatikan dengan seksama, jauh dari kata "Petugas" yang awalnya saya pikirkan. Dari penampilan, memang terlihat hanya orang biasa, hanya saja mengenakan Rompi layaknya seorang petugas. Lalu saya sebut sebagai Pahlawan Jalan Raya. 

Pernah bertanya dalam benak saya "Siapa yang bayar ya?" Kemudian muncul dalam ingatan waktu yang telah lampau tentang obrolan saya dengan seorang teman. Teman saya ini tinggal di Kota Gudeg dan mengatakan "Kalau disini banyak orang-orang yang seperti itu, dan mereka tidak ada yang bayar secara tetap, hanya pengguna jalan yang merasa terbantu dan mengikhlaskan barang seribu atau dua ribu untuk mereka kumpulkan. Tentu saja hasilnya ndak pasti.Kadang juga ada yang memberikan sebatang rokok."


Sahabat pembaca yang baik hatinya, Luar biasa. Ada sebuah sikap yang mungkin bisa kita jadikan Ibrah (pelajaran), yaitu bagaimana orang-orang ini mengikhlaskan waktunya untuk membantu orang lain, berpanas-panasan di tengah jalan, tanpa tau orang-orang yang dibantu akan memperhatikan mereka ataupun tidak. Dan tentunya yakin bahwa Allah lah yang akan memberikan balasan dari kebaikan yang mereka lakukan, bisa jadi melalui tangan-tangan mereka yang melintas ataupun dari jalan yang lainnya.


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 05 Juni 2014
Posted by Unknown

Tips Menyimpan Ide Brilian

Assalamu'alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana kabar sahabat hari ini? Sehat? Alhamdulillah...


Sedikit saya mulai dengan cerita sahabat. Akhir-akhir ini saya sering menyaksikan siaran Televisi yang menampilkan kompetisi menjadi Komik (Stand Up komedian) di salah satu stasiun televisi swasta. Bahkan kadang saya kuat-kuatkan untuk begadang sampai tengah malam hanya untuk melihat siap yang masih bertahan dan siapa yang harus Close Mic (Istilah untuk peserta yang tereliminasi). Tapi saya tidak akan bercerita tentang siapa jagoan saya ataupun siapa yang saat ini masih bertahan dalam kompetisi itu, tetapi saya hanya akan menyampaikan sedikit bagian dari tayangan itu.

Pada sebuah edisi dimana siaran itu tayang, saya teringat tentang sebuah komentar yang disampaikan oleh salah satu juri dalam kompetisi itu. Kurang lebih seperti ini "Materi yang baik itu terkadang muncul dari keresahan-keresahan yang kamu alami. Jadi ketika kamu mengalami sesuatu kejadian yang bisa kamu angkat jadi sebuah materi, maksimalkan itu. Kapanpun dan dimanapun, ketika bisa kamu tulis, kamu tulis itu jadi set up yang bisa kamu pertontonkan nantinya."


Sahabat pembaca yang baik hatinya, menarik menurut saya komentar yang disampaikan itu. Bahwa materi atau bahan dalam tampil diatas panggung pun bisa berawal dari keresahan atau kejadian atau apa yang kita pikirkan. Tapi ada satu kata kunci disana, Tulis. Menuliskan keresahan, kejadian, isi yang terlintas dalam benak dan sejenisnya, ketika kita menginginkan itu menjadi sebuah ide, mungkin hukumnya menjadi wajib. Kenapa? Yups, menuliskan ide meskipun hanya sebatas clue asalkan kita bisa mengerti maksud dari clue itu cukup untuk membantu kita mengembangkan saat kita sudah siap duduk tenang dan berkonsentrasi membuat sebauh karya. Baik itu karya yang berbentuk tulisan, contohnya syair, cerpen, lirik lagu atau novel. Juga yang berbentuk selain itu, misalkan ide kerajinan tangan atau ide memodifikasi kendaraan dan lain sebagainya. Menyimpan ide dalam ingatan seringkali mudah hilang karena lupa dan membuat kita harus bekerja keras mengingat kembali ketika kita membutuhkannya.


Lalu bagaimana ide itu bisa kita tulis? Bagi kita yang setiap aktivitas ditemani sebuah tas ransel ataupun tar kecil yang kita tenteng kemanapun kita pergi, mungkin kita bisa meneyelipkan sebuah Blok Note kecil yang bisa kita namai sesuka hati kita asalkan kita paham bahwa buku itu menyimpan ide-ide segar untuk kita kembangkan menjadi sebuah karya, misalnya Buku "Karya Masa Depan" atau Buku "1000 ide brilian" atau juga bisa dengan kita berikan gambar bola lampu yang menyala.


Tapi kan tidak semua orang ketika pergi bawa tas sama buku? Yupz, betul sekali. Tapi kita masih bisa kok menulisnya di HP misalkan. Atau minimal kita bisa memaksimalkan ingatan jangka pendek kita sampai kemudian kita mendapatkan media yang bisa kita pakai menuliskan ide itu.


So, sahabat pembaca yang baik hatinya, layak dicoba, menyimpan ide, karya ataupun ilmu dengan menulis. Karena menulis adalah salah satu cara yang cukup efektif untuk dapat membuat apa yang kita simpan itu bisa bertahan lebih lama. Selamat Mencoba...


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 02 Juni 2014
Posted by Unknown

Salah Persepsi, Salah Motivasi

Assalamu'alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. jumpa lagi dengan saya 100% Kak Wall. Ada sebuah cerita yang akan saya bagi untuk sahabat semua pada kesempatan kali ini. 


Di sebuah Masjid tua yang berada di tengah-tengah kampung yang cukup padat penduduk sore itu. Namun ironisnya disetiap shalat lima waktu, jama'ah yang datang tak sebanding dengan banyaknya penduduk di sana. Meskipun fenomena ini sering kita jumpai siiihhh... Berbeda dengan sore itu, ada beberapa pemuda yang meramaikan Masjid tua itu untuk membahas perkembangan dakwah disana. Tiba waktunya shalat Maghrib. Sang Muadzin utama yang tak lain adalah seorang bapak-bapak yang sudah cukup berumur belum juga datang. Kemudian salah satu diantara pemuda itu berinisiatif untuk mengumandangkan adzan, karena memang sudah banyak terdengar suara adzan dari masjid-masjid yang lain. Sebut saja Abdullah, pemuda berkulit sedikit gelap dengan rambut keriting dan wajah yang menurut orang-orang disana tidak seperti orang kebanyakan, agak unik gitu lah.Tapi, suara adzan yang dikumandangkan wwuuuuuiiiihhhhhh sangat-sangat merdu... orang bilang seperti yang ada di TV Indo**ar.
Sontak, warga kampung pun bertanya-tanya, "Eh, siapa yang adzan itu? bagus baget...pasti yang adzan ganteng nih... ke masjid yuk?"
Memang si Abdullah ini baru sekalinya mengumandangkan Adzan di masjid itu dan akhirnya banyak warga yang datang ke masjid karena penasaran.
Luar biasa kejadian setelah itu... mereka yang datang sudah lengkap dengan sarung dan peci juga yang puteri dengan mukenanya bertanya pada salah satu pemuda yang ada di serambi masjid..."Nak, siapa yang adzan tadi? Bagus sekali, Bapak-bapak sama Ibu-ibu ini jadi penasaran, makanya ke masjid". "O,,, itu tadi Abdullah Bu,,," jawab salah satu diantara mereka.
"Abdullah? Oalah, kirain siapa, yaudah gak jadi shalat di masjid aja lah, shalat dirumah aja. Pada pulang aja yuk?" kata salah satu dari mereka yang kecewa dari rasa penasaran itu...
Sahabat pembaca yang baik hatinya, saya sendiri bingung berekspresi mendengar cerita itu. Apakah lucu? Atau Aneh? Atau mungkin memperihatinkan?


Baik, sahabat pembaca yang baik hatinya, coba kita tengok dari sudut pandang yang lain. "Jangan menilai buku dari covernya" pelajaran pertama yang bisa kita ambil dari cerita itu dan mungkin itu yang pertama kali muncul dalam benak sahabat.


Tapi masih ada yang Kedua. Kita, sebagai orang tua hendaknya memberikan contoh yang baik tentang motivasi kita beribadah pada anak-anak kita. Bukan lantaran karena manusia yang lain, entah seperti cerita di atas, entah karena ingin dipuji atapun menunjukkan pada orang-orang bahwa kita rajin beribadah dan terlihat sholeh.nah, pelajaran ini saya anggap penting. Kenapa? Yupz, Bukankah hanya kesia-siaan yang kita dapat jika niatan ibadah kita bukan karena Allah? Sahabat pembaca yang baik hatinya, jika kita mampu menanamkan sejak dini pada anak-anak kita tentang untuk siapa dan karena apa mereka beribadah, alangkah indahnya kita melihat anak-anak kita begitu ringan menjalankan shalat, puasa, yang bukan karena janji kita untuk membelikan sepeda atau sepatu baru. Bukan juga karena presensi guru di sekolahnya.


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 26 Mei 2014
Posted by Unknown
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -