Posted by : Unknown Kamis, 04 Juli 2013

Boas, seorang pemuda dari timur negeri ini yang tengah merantau ke kota pelajar untuk menggapai cita-citanya. Boas kecil bercita-cita kuat ingin menjadi dokter spesialis bedah. Semenjak duduk di bangku sekolah dasar, terlihat bakat yang cukup menonjol dari dirinya, namun bakat itu tidak sejalan dengan cita-citanya. Menggambar, itulah bakat yang ditemukan dari boas oleh sang Guru di sekolah dasarnya itu. Ketika sang Guru mengajarkan siswa-siswanya menggambar, Boas kecil sangat antusias mengikutinya, bahkan hasil karyanyapun di atas rata-rata teman sekelasnya.

Tanpa sadar, boas ternyata semakin hari semakin menyukai bakatnya itu, bahkan menjadi hobi dan yang lebih hebatnya lagi dengan karyanya itu Boas sering menyabet gelar juara dari sekian banyak lomba yang ia ikuti. Kejadian itu berlangsung dari sejak masih duduk di bangku sekolah dasar hingga ia lulus SLTA. Setelah lulus SLTA, Boas memutuskan untuk merantau ke Kota Gudeg untuk melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi. Alhasil, ia pun diterima di salah satu Perguruan Tinggi ternama di Kota Gudeg itu.
Suatu ketika, terjadi perbincangan antara Boas dengan temannya Udin.
Udin : “Boas, kenapa kamu kuliah di sini?”
Boas : “ Ya karna aku ingin mewujudkan cita-citaku lah..”
Udin : “Apa itu?”
Boas : “ Waktu kecil aku bercita-cita jadi Dokter bedah,, tapi…”
Udin : “Disini kan tidak ada jurusan itu???!!!”
Boas : “Tunggu dulu, aku belum selesai crita. Tapi semenjak aku tau kalo aku punya bakat menggambar, aku mengubah cita-citaku.”
Udin : “Apa? Pelukis? Komikus? Atau Arsitek?”
Boas : “Bukan! Aku igin sekali melihat pemandangan. Itu cita-citaku. Karena sejak kecil aku belum pernah melihat pemandangan.”
Udin : “Hah???!!! Pemandangan???” (Udin pun heran)
Boas : “Waktu SD, guruku sering mengajarkanku menggambar pemandangan dan itu sangat menarik. Itu pula yang sering membuatku sering mendapatkan juara di berbagai lomba.”
Udin : “Trus, apa yang kamu gambar?” (semakin heran)
Boas : “Aku selalu menggambar pemandangan yang indah sekali, seperti yang bisa kita lihat dari sini, ada gunung,,,, ada matahari di atasnya,,, ada burung-burung terbang,,,ada sawahnya,,, ada jalan menuju ke Gunung itu.. pokoknya indah sekali dan selama ini hanya bisa ku nikmati lewat gambar saja.”
Udin : “Memang di tempat tinggalmu tidak ada pemandangan?”
Boas : “ Tidak ada. Di tempat tinggalku Cuma ada pantai-pantai saja, tidak ada pemandangan.”
Udin : “dari mana asalmu?”
Boas ; ”Raja Ampat.”
Udin : “…???%%%#@$%&*#@!”

Sahabat pembaca yang baik hatinya, bagaimana menurut sahabat-sahabat sekalian cerita tadi? Sekilas memang kelihatan lucu cerita diatas. Tapi bagaimana mungkin seseorang bisa mengatakan belum pernah melihat pemandangan sementara ia tinggal di sebuah tempat yang banyak sekali orang ingin pergi kesana untuk menikmati keindahannya? Apa dia sudah bosan? Jawabannya Tidak. Karena dia merasa tidak pernah menemui keindahan seperti yang selama ini dibayangkan ketika mendengar kata PEMANDANGAN. Dan ironisnya, masih banyak Boas yang lain yang ada di sekitar kita, bahkan mungkin diri kita sendiri. Coba kita tanyakan pada diri kita, “Apa yang muncul pertama kali dalam benak kita ketika mendengar kata PEMANDANGAN?” boleh jadi tak ubanya dengan cerita di atas.

Dalam sebuah pelatihan yang pernah saya ikuti, seorang Trainer menginstruksikan kepada seluruh peserta untuk menggambar. Trainer itu mengatakan “Dalam waktu satu menit, silakah gamnar pemandangan!” Alhasil, 90% dari peserta menggambar dengan bentuk yang hamper mirip, yaitu persis seperti cerita di atas. (Alhamdulillah waktu itu saya menggambar objek lain. Ngeles dikit. Hehehe)

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya. Ternyata begitu kuat tertanam dalam pikiran mayoritas dari kita tentang arti PEMANDANGAN itu. Bahkan mungkin sudah mendarah daging, sampai-sampai sudah kita turunkan ke anak cucu kita. Hemmmm. Sekarang pertanyaanya, “Apa sampai saat ini para pendidik di Negeri ini juga masih mengajarkan hal yang sama untuk anak-anak saat ini?” Barang kali jawabannya “Ya”

So, sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita bersama benahi pola pikir kita dan generasi penerus kita nanti. Jangan sampai kita menanamkan pola pikir yang salah dan sempit kepada anak-anak kita atau generasi penerus kita. Apakan pendidikan di Negeri kita salah? Barangkali tidak. Tapi alangkah indah bila semua kembali kepada dasar-dasar pendidikan yang Haq yaitu Qur’an dan Sunnah.

Saya : 100% Kak Wall, Salam.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -