Archive for Mei 2014

Salah Persepsi, Salah Motivasi

Assalamu'alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. jumpa lagi dengan saya 100% Kak Wall. Ada sebuah cerita yang akan saya bagi untuk sahabat semua pada kesempatan kali ini. 


Di sebuah Masjid tua yang berada di tengah-tengah kampung yang cukup padat penduduk sore itu. Namun ironisnya disetiap shalat lima waktu, jama'ah yang datang tak sebanding dengan banyaknya penduduk di sana. Meskipun fenomena ini sering kita jumpai siiihhh... Berbeda dengan sore itu, ada beberapa pemuda yang meramaikan Masjid tua itu untuk membahas perkembangan dakwah disana. Tiba waktunya shalat Maghrib. Sang Muadzin utama yang tak lain adalah seorang bapak-bapak yang sudah cukup berumur belum juga datang. Kemudian salah satu diantara pemuda itu berinisiatif untuk mengumandangkan adzan, karena memang sudah banyak terdengar suara adzan dari masjid-masjid yang lain. Sebut saja Abdullah, pemuda berkulit sedikit gelap dengan rambut keriting dan wajah yang menurut orang-orang disana tidak seperti orang kebanyakan, agak unik gitu lah.Tapi, suara adzan yang dikumandangkan wwuuuuuiiiihhhhhh sangat-sangat merdu... orang bilang seperti yang ada di TV Indo**ar.
Sontak, warga kampung pun bertanya-tanya, "Eh, siapa yang adzan itu? bagus baget...pasti yang adzan ganteng nih... ke masjid yuk?"
Memang si Abdullah ini baru sekalinya mengumandangkan Adzan di masjid itu dan akhirnya banyak warga yang datang ke masjid karena penasaran.
Luar biasa kejadian setelah itu... mereka yang datang sudah lengkap dengan sarung dan peci juga yang puteri dengan mukenanya bertanya pada salah satu pemuda yang ada di serambi masjid..."Nak, siapa yang adzan tadi? Bagus sekali, Bapak-bapak sama Ibu-ibu ini jadi penasaran, makanya ke masjid". "O,,, itu tadi Abdullah Bu,,," jawab salah satu diantara mereka.
"Abdullah? Oalah, kirain siapa, yaudah gak jadi shalat di masjid aja lah, shalat dirumah aja. Pada pulang aja yuk?" kata salah satu dari mereka yang kecewa dari rasa penasaran itu...
Sahabat pembaca yang baik hatinya, saya sendiri bingung berekspresi mendengar cerita itu. Apakah lucu? Atau Aneh? Atau mungkin memperihatinkan?


Baik, sahabat pembaca yang baik hatinya, coba kita tengok dari sudut pandang yang lain. "Jangan menilai buku dari covernya" pelajaran pertama yang bisa kita ambil dari cerita itu dan mungkin itu yang pertama kali muncul dalam benak sahabat.


Tapi masih ada yang Kedua. Kita, sebagai orang tua hendaknya memberikan contoh yang baik tentang motivasi kita beribadah pada anak-anak kita. Bukan lantaran karena manusia yang lain, entah seperti cerita di atas, entah karena ingin dipuji atapun menunjukkan pada orang-orang bahwa kita rajin beribadah dan terlihat sholeh.nah, pelajaran ini saya anggap penting. Kenapa? Yupz, Bukankah hanya kesia-siaan yang kita dapat jika niatan ibadah kita bukan karena Allah? Sahabat pembaca yang baik hatinya, jika kita mampu menanamkan sejak dini pada anak-anak kita tentang untuk siapa dan karena apa mereka beribadah, alangkah indahnya kita melihat anak-anak kita begitu ringan menjalankan shalat, puasa, yang bukan karena janji kita untuk membelikan sepeda atau sepatu baru. Bukan juga karena presensi guru di sekolahnya.


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 26 Mei 2014
Posted by Unknown

Selalu Ada Karya

Assalamu'alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Bagaimana kabar sahabat hari ini? Tetap sehat, Tetap semangat, Allahu Akbar...!!!

Ketika tulisan ini saya buat sahabat, entah kemana perginya suara saya yang sebagian dan hanya menyisakan sebagian yang lain sehingga terdengar "Serak-serak kemresek". Jadi mohon maaf jika tulisan ini nanti tidak bisa terdengar jelas.
Pikiran A : "Eh mas Bro, yang namanya tulisan itu buat dibaca, bukan didengar..."
Pikiran B : "Oiya-ya?"
(Begitulah kiranya perbincangan dalam benak saya)
Selain itu, rasa pusing di kepala dan sedikit meriang juga ikut mampir ke badan ini. Setelah saya kalkulasi gejala-gejala itu, maka saya simpulkan bahwa saya sedang kurang enak badan alias sakit. Nah, tidak berhenti disitu sahabat, sempat muncul rasa malas hanya untuk sekedar menyapa sahabat lewat tulisan seperti biasanya. Ya termasuk tulisan ini. Lantaran kadang merasa tidak bisa mengeluarkan ide disaat seperti ini.

Pikiran A :"He Mas Bro, kalo buat kerjaan yang memerlukan kekuatan fisik mungkin layak kalo males, misalnya angkat sak semen atau nyangkul di sawah, lha ini kan cuma nulis di depan komputer..."
Pikiran B :"Ya tapi kan ide jadi jarang muncul."
Pikiran A :"Itu yang membuat ide jarang muncul."
Pikiran B :"Maksudnya?"
Pikiran A :"Menutup diri, menutup pikiran. Bukankah semua yang kita lihat, yang kita dengar dan kita rasakan bisa jadi sebuah ide? Tidak harus yang berat kan?"
Pikiran B :"Oiya ya?"
Pikiran A :"Nah, coba lihat diluar sana, masih banyak orang yang secara fisik mungkin sakit, bahkan setiap harinya sakit. Tapi mereka tetap berkarya. Dengan penuh semangat, tak jarang karya yang mereka hasilkan itu sebuah karya yang besar."
Pikiran B :"Baik, kalau begitu aku akan semangat untuk membuat karya kecil sekedar untuk menyapa sahabat-sahabat pembaca di luar sana."
(Begitu dalam benak kembali bekecamuk memperdebatkan masalah fisik yang menghalangi semangat)
 

Sahabat pembaca yang baik hatinya, nikmat sakit boleh jadi datang sebagai ujian, atau cobaan, atau mungkin peringatan agar kita selalu bersyukur atas nikmat sehat yang kita terima. Bersabar adalah salah satu sikap yang harusnya kita lakukan jika nikmat itu datang. Mengeluh, menggerutu, berubah menjadi pemalas adalah sikap yang tak layak kita lakukan. Dan istirahat termasuk salah satu upaya yang bisa kita lakukan. Tapi, istirahatpun harus sesuai porsi sakit yang kita terima. Rasaya kurang pantas jika hanya terserang flu ringan kemudian tidur seharian tanpa melakukan aktivitas yang lain layaknya orang yang sedang koma. Dan, jika kita masih mampu berkarya dengan kondisi kita, kenapa tidak? Berkarya dalam arti luas, bisa untuk kita sendiri atau untuk orang lain. Misalnya, menulis seperti ini, atau menghafal Al Qur'an sambil istirahat atau pun yang lainnya yang tidak terlalu berat tapi bermanfaat. Selain untuk mengisi waktu istirahat dan mengalihkan rasa sakit dengan aktivitas ringan itu, tentu juga bisa sebagai wujud rasa syukur kita dengan kita menunjukkan meskipun didalam kondisi tertentu, kita tetap masih bisa menjadi insan yang bermanfaat, minimal untuk diri kita sendiri.

Saya : 100% Kak Wall
Senin, 19 Mei 2014
Posted by Unknown

Kisah Sahabat

“… Bersama sabahat kita lalui semua cerita
melukis masa muda yang lebih bermakna,
Mencoba mencari arti sebuah cinta sejati
Mengukir kisah sbagai sahabat sejati…”


Assalamu’alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Setiap kita tentunya memiliki kisah-kisah yang kita kenang ketika masih muda atau anak-anak dulu. Cerita dimana kita masih punya banyak waktu untuk bermain bersama-sama dengan teman-teman dan juga sahabat-sahabat kita tanpa terpikir masalah-masalah berarti dalam hidup kita. Masa dimana kadang kita bisa sangat dekat dengan teman-teman kita, namun tak jarang kita harus bertengkar “ala anak-anak” yang meskipun begitu keesokan harinya kita sudah lupa dan kembali bermain bersama. Masa dimana kita dididik oleh lingkungan untuk gemar bersosialisasi dengan lingkungan, peka dengan kondisi teman dan juga dididik untuk membuat sesuatu yang sangat sederhana menjadi sesuatu yang dapat mendatangkan kebahagiaan yang lebih. Emmm…itulah masa anak-anak.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, adakah sahabat pernah berkumpul kembali dengan teman-teman kecil sahabat? Pernakah disaat sahabat bertemu dengan mereka lalu dengan semangat saling bertutur tentang kejadian ataupun cerita-cerita masa SD dulu? Cerita yang bisa membuat kita terpingkal-pingkal dengan mengingat keusilan masa kecil kita, samapai cerita yang kadang bisa menitikkan air mata karena keharuannya. Yupz, ibarat pelangi masa-masa itu. Begitu indah dengan warna-warni kisah-kisahnya.


Sahabat pembaca yang baik hatinya, barangkali kisah-kisah itu sudah kita lalui sepuluh bahkan dua puluh tahun yang lalu. Tapi, akan tetap hangat jika kita ceritakan kembali bersama sahabat-sahabat masa kecil kita disaat sekarang ini. Mengunjungi sahabat-sahabat kecil yang mungkin sudah sekian lama terpisah lantaran aktivitas masing-masing akan menjadi hal yang sangat luar biasa untuk kita lakukan. Dari sekedar menyambung kembali tali silaturrahim sampai untuk kita tahu bagaimana kondisi sahabat-sahabat kecil kita yang dulu begitu peduli dengan diri kita. Selamat mencoba.

“Dulu, mereka mengisi hari-hari kita. Dulu, mereka menemani kita menemukan kebahagiaan kecil bersamanya. Dulu, mereka berteriak-teriak didepan pagar rumah kita mengajak kita bermain bersama. Dulu, mereka yang membantu kita membetulkan sepeda saat rusak di jalan pulang sekolah. Dan Dulu, mereka begitu peduli dengan diri kita…
Kini, adakah kita peduli pada mereka? Sedikit meluangkan waktu untuk sekedar bertanya “Apa kabarmu?”. Sahabat, mengingatkan kita pada indahnya saling berbagi…”


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 12 Mei 2014
Posted by Unknown

Berita TV

Assalamu'alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Belakangan ini marak diperbincangkan di media tentang kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi pada anak. Seperti fenomena Gunung Es, terlihat kecil dari permukaan, namun begitu banyak kasus-kasus yang tak sempat disorot media. Nanum, ketika yang kecil itu terungkap, yang lain pun ikut mencair dan terkuak ke permukaan.

Irinos memang. Entah siapa yang mulanya menjadi pemicu, entah para pelaku yang memang mengalami gangguan mental alias sudah gila, sehingga sudah tidak mampu menggunakan akal sehatnya. Atau justru dari para korban yang mungkin memiliki daya tarik tersendiri, yang barang kali menyebabkan ketika setan lewat di depan orang yang tak pernah punya niatan atau kecenderungan ke sana pun akhirnya tergiur. Atau mungkin bisa jadi kedua-duanya? Entahlah. Yang jelas, itu adalah kenyataan yang ada.

Sahabat pembaca yang baik hatinya. Kurang layak jika kita acuh dengan permasalahan-permasalahan tersebut semisal dengan mengatakan "Halah, itu cuma di Tipi-Tipi". Pasalnya, bukan tidak mungkin kasus serupa ternyata sudah ada di dekat kita dan hanya belum kita sadari. Sahabat pembaca yang baik hatinya, kira-kira bagaimana perasaan sahabat ketika salah satu nama korban yang disebut dalam sebuah kasus itu nama anak-anak sahabat? Hancur berkeping-keping? Remuk tak berbentuk? Saya rasa itu.

Nah, coba kita kaji sebenarnya dimana akar permasalahannya. Menurut hemat saya, ada beberapa hal yang bisa saja memicu terjadinya hal-hal tersebut. Pertama mari kita tilik dari pelaku. Dalam hal ini, saya yakin setiap pelaku yang tengah beraksi tentu saja kehilangan Imannya. Karena jelas mereka tidak bisa berpikir layaknya orang beriman. Sedangkan dari segi korban yang dalam hal ini anak-anak, bisa jadi karena memang belum sampainya ilmu mereka.

Lalu bagaimana sikap kita sebagai orang tua? Yupz, tentunya kita memang harus membentengi anak-anak kita dengan kita didik tentang syariat Islam sejak dini. Contohnya dengan kita ajarkan anak-anak kita untuk menutup aurat dengan benar atau mengajarkan cara bergaul yang baik. Selain itu sahabat, ada hal-hal yang lain yang bisa kita lakukan misalnya dengan hal-hal berikut ini ; memilihkan sekolah yang disana kita bisa ikut berperan aktif dalam mengawasi dan mendidik anak kita, bukan berarti kita harus setiap saat kita berada di sekolah itu lho... Hal yang lain misalnya dengan kita mengawasi pergaulan anak-anak kita, juga termasuk tontonan-tontonan mereka di televisi. Dan masih banyak hal baik lainnya yang bisa kita lakukan untuk membentengi anak-anak kita dari tindakan kekarasan pada anak seperti kejahatan seksual seperti yang kita bicarakan sedari tadi. Sekian...


Saya : 100% Kak Wall
Kamis, 08 Mei 2014
Posted by Unknown

Permainan Lurah - Lurahan

Assalamu'alaikum sahabat pembaca yang baik hatinya. Bagaimana kabar sahabat semua? Sehat? Alhamdulillah...

Sahabat pembaca yang baik hatinya, ada yang pernah mendengar nama permainan "Lurah-lurahan"? Yupz, ini bahasa Jawa, kalau diterjemahkan bebas dalam bahasa Indonesia "Kepala Desa-Kepala Desa-an". Dalam Istilah Jawa, kata yang diulang dan diakhiri dengan imbuhan "an" bisa / ada yang berarti menyerupai atau menirukan. Dalam istilah permainan misalnya, ada permainan Kucing-kucingan, itu artinya ada pemain yang berperan menjadi kucing. Namun dalam permainan Lurah-lurahan tidak ada pemain yang berperan menjadi Lurah/Kepala Desa, karena ini hanya nama permainannya saja.



Kalau sedikit dideskripsikan, permainan ini kurang lebih seperti ini : "Alat yang digunakan adalah sekumpulan lidi yang dipotong pendek-pendek, mungkin bisa antara 10-15cm saja. Diantara kumpulan potongan lidi itu, ada yang dipatahkan dibentuk menyerupai cangkul, nah itu yang disebut sebagai Lurahnya. Cara bermaiinyapun cukup sederhana, secara bergantian pemain bisa menggenggam kumpulan lidi itu, kemudian ditebarka ke arena permainan. Arena permainannya pun cukup dengan lantai diberikan garis pembatas misalnya dengan ukuran 30cm persegi. Ketika melemparkan tidak boleh keluar dari garis itu atau terkena hukuman jika keluar. Nah, setelah dilempar, lidi akan saling bertumpukan, setelah itu, tugas pemain adalah mengambil lidi satu per satu, tapi tidak boleh menggerakkan lidi yang lain sedikitpun. Jika bergerak maka mati dan pemain berikutnya mendapatkan giliran. Dan lidi yang menyerupai cangkul (Lurah) boleh digunakan sebagai pengungkit untuk memudahkan mengambil lidi yang lain."

Sahabat pembaca yang baik hatinya, di hari libur kemarin, saya melihat adik-adik saya memainkan permainan itu sahabat. Nah, sayapun tertarik ikut nimbrung bermain. Itung-itung nostalgia waktu SD. hehehe Ketika kita masih kecil, mungkin kita hanya sekedar bermain saja sahabat, padahal ternyata banyak sekali pelajaran yang bisa didapat dari bermain permainan itu, antara lain :


1. Belajar Kehati-hatian
Pelajaran ini bisa didapat dari beberapa bagian, pertama ketika menebarkan tidak boleh keluar dari garis. Ke dua, ketika mengambil lidi tidak boleh menggerakkan lidi yang lainnya.
2. Melatih Konsentrasi
Meskipun hanya bermain, permainan ini memang membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi. Pasalnya, ketika mengambil lidi tentu harus memperhatikikan betul susunan lidi yang ada jangan sampai mengenai lidi yang lain agar tidak bergerak.
3. Belajar Memperhitungkan Resiko
Yups, maksudnya memperhitungkan resiko kurang lebih seperti ini, sebelum mengambil lidi, pemain harus mempertimbangkan "jika ini diambil, kira-kira berpengaruh tidak dengan lidi yang lain? Jika iya, apa? Menjadi mudah diambil, atau bergerak dan saya mati?"
4. Kepemimpinan
Lurah (lidi yang berbentuk cangkul) dalam permainan itu, jika telah berhasil diambil maka bisa berguna untuk mengungkit lidi lain yang ada pada tumpukan agar mudah diambil. Artinya, jika menjadi seorang pemimpin nantinya, salah satu sikap yang patut dicontoh adalah menggunakan kekuasaannya untuk menolong rakyat-rakyatnya.
5. Sabar
Kenapa sabar? Jelas, dengan bersabar maka dalam mengambil lidi tentunya akan lebih tenang dan tidak gegabah, sehingga resiko burukpun akan lebih bisa dihindarkan.

Sahabat pembaca yang baik hatinya, dari permainan yang cukup sederhana ternyata ada hikmah luar biasa yang barangkali baru sebagian kecil yang saya kutipkan di atas. Memang, permainan-permainan tradisional meskipun sederhana cara dan alat yang digunakan, namun dibalik semua itu pelajaran-pelajaran hidup yang mulia banyak ditanamkan. So, sahabat pembaca yang baik hatinya, gak ada salahnya sahabat bernostalgia dengan permainan-permainan masa kecil sahabat.:') 


Saya : 100% Kak Wall
Senin, 05 Mei 2014
Posted by Unknown
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -