Posted by : Unknown Kamis, 27 Juni 2013

Beberapa hari yang lalu saya mendapatkan amanah untuk mengantarkan teman survey lokasi Out Bound di suatu daerah yang kaya dengan air di Kabupaten Klaten. Teman saya ini seorang pengasuh TPA yang rencananya mau mengadakan Out Bound untuk santri-santrinya di Lokasi tersebut. Waktu itu, saya dan teman saya tidak berangkat bersamaan dan saya datang lebih awal kerena memang sudah saya niatkan biar bisa Jama’ah ‘Asar di Lokasi yang kebetulan ada masjid yang cukup besar.

Selepas shalat ‘Asar, saya membuka HP kesayangan saya (tidak perlu saya sebutkan merknya X. hehe) untuk menghubungi teman saya tersebut sudah sampai mana. Ternyata, teman saya itu lebih dulu mengirimkan pesan SMS yang isinya “Afwan Mas, agak telat, baru selesai kegiatannya di Sekolah.” Selain pengasuh TPA, teman saya ini juga seorang Guru. Kemudaian sayapun membalas pesan teman saya itu “Ya Mbak ga’ papa, tak tunggu.”Akhirnya sayapun menunggu sendiri di Masjid itu.

Beberapa saat kemudian datang teman saya yang rumahnya di dekat Masjid itu, beliau juga termasuk aktivis TPA sekaligus aktivis di masjid itu, namanya Mas Rohmad. Beliau menyapa saya dan kami pun berbincang cukup lama dan banyak sekali yang kami bicarakan terutama soal perkembangan kegiatan Generasi Muslim di tempat itu. Kemudian kami mengobrolkan juga soal TPA.
Saya : ”ini TPAnya libur mas?”
Mas Rohmad : ”ndak, sini TPAnya ba’da Maghrib.”
Saya : ”Banyak mas santrinya?”
Mas Rohmad :”Alhamdulillah,,, ini sekitar 120an, sebentar lagi Ramadhan bisa sampai 150an.”
Saya : “Kalo untuk ukuran TPA banyak banget tu mas?”
Mas Rohmad : “tapi itu semuanya, maksudnya sama yang remajanya juga.”
Saya : “O,,,sini ngajinya bareng gitu?”
Mas Rohmad : “Iya,, dari yang anak-anak, remaja sama pemudanya bareng, tapi yang
bapak-bapak sama ibu-ibu beda jadwalnya.”
Saya : ”Wah keren tu mas semua ada ngajinya gitu.?”
Mas Rohmad : “Disini dari sejak bapak ku masih seusia ku gini sudah seperti itu ngajinya, tapi dulu datang kerumah-rumah gitu sebelum ada masjid pemersatu ini, kalo sekarang disini terus.”
Saya :”O,,, gitu?”
Mas Rohmad :”Ibaratnya yang sekarang itu tinggal meneruskan saja, makanya jadi terasa lebih mudah dan ringan mengelolanya, karena ibaratnya sudah mendarah daging.”

Saya begitu terinspirasi dari cerita mas Rohmad itu, bagaimana para orang tua-orang tua di sana dulu merintis sebuah konsep untuk membina generasi muslim di daerah itu. Dan sekarang jelas terlihat bagaimana hasil dari konsep itu. Kegiatan warga muslim di sana begitu maju, bukan hanya musiman (ketika Ramadhan), tetapi di kesehariannya. Apakah ketika para orang tua ini kemudian sudah tidak ada lantas kegiatan disana juga akan terhenti? Saya rasa tidak, karena bukanlah orang per orang yang melakukan itu, melainkan konsep yang sudah membudaya di sana.

Sekarang mari kita lihat diri kita, konsep apa yang telah tertanam dalam kehidupan kita saat ini? Apakah sudah sesuai dengan yang semestinya? Atau barangkali kita sendiri belum menyadari konsep apa yang kita ikuti saat ini? Mungkin kita perlu merenung untuk menemukannya, karena memang terkadang bahkan sering hal tersebut sudah terlalu nyaman kita lakukan sebagai rutinitas sehingga tidak mudah untuk kita menyadari konsep itu sebenarnya layak atau tidak untuk kita ikuti.

Jika konsep yang kita jalankan saat ini sudah sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, maka patutlah kita bersyukur dan senantiasa memeliharanya. Namun, jika konsep yang kita ikuti saat ini justru melenceng dari ajaran Islam atau menjauhkan diri kita dari Allah dan Rasul-Nya, maka sudah seharusnyalah kita bergegas untuk mengubahnya agar tidak semakin mendarah daging dalam diri kita. Konsep disini bukanlah hanya untuk pribadi kita saja, melainkan juga dalam kita berkeluarga, bermasyarakat dan yang paling utama berhubungan dengan Yang Maha Kuasa.

Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang mengubahnya” QS. Ar Ra’du : 11. So,,, Sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita lihat kembali dan senantiasa perbaiki konsep hidup kita, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil dan mulai saat ini. Sekian.

Saya : 100% Kak Wall, Salam.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -