Posted by : Unknown Senin, 24 Juni 2013

Saya awali tulisan kali ini dengan sebuah cerita pada saat saya baru saja lulus dari bangku SLTA dulu. Waktu itu, saya sedang merasakan sebuah permasalahan yang saya anggap berat untuk ukuran anak seusia saya saat itu. Pada waktu itu saya mencoba mencari ketenangan dengan menceritakan kepada seorang sahabat dekat saya yang kalo dihitung-hitung, sudah sejak SMP kami berteman, sebut saja Agus. Saat itu saya datang ke tempat sahabat saya itu yang juga berprofesi sebagai penjaga Counter HP, karena sebelumnya saya memang sering datang ke tempat kerjanya yang kami anggap sebagai base camp kami. Dan disana pula tempat kami sering berbagi ataupun sekedar berkumpul dengan sahabat-sahabat kami yang lain.

Di tempat itu saya menceritakan semua masalah saya.
Saya : “Bro,,,pusing ki.”
Agus : “Knapa?”
Saya : “lagi ada masalah berat”
Agus : “Dah kliatan, wajahmu itu lho, kayak cucian habis diperas. Emang dasarnya gitu Ko ya? Haha”
Saya : “Heh, aku serius! meskipun itu juga bener sih..”
Agus : “Iya…iya.. ada pa to broooo…”
Saya : “Jagi gini….” (Mungkin bagian ini gak perlu saya ceritakan disini, anggap aja begitu saya bilang “Jadi gini….” Langsung muncul gambar adegan-adegan kaya kalo di tipi-tipi itu. Hehe)
Agus : “Oalah,,,Cuma gitu aja dipikir berat-berat bro-bro”
Saya : “Ah,,,”
Agus : “iya- iya… nanti tak bantu pikirkan solusinya, ni tak kasih buku, sekarang tulis aja dulu semua perasaanmu. Tar kalo udah selesai kerjaan tak bantu cariin solusi.”
Saya : “Oke!” (Sayapun menuruti kata-kata sahabat saya itu. Saya tulis apa yang saya rasakan kata demi kata, baris demi baris, Alhasil jadi satu halaman buku.)

Beberapa hari kemudian saya datang lagi ke tempat sahabat saya itu. Sesampainya di sana sahabat saya baru bermain Gitar, yang memang salah satu kegiatannya ketika Counter sedang sepi pembeli. Kamipun berbincang lagi.
Agus : “Dari mana?” (Sambil bersenandung dan memetik gitarnya)
Saya : “Rumah. Gimana, udah ada belum solusinya?”
Agus : “Udah, tapi bentar ya, mau nyanyi dulu.”
Saya : “Wooo…. Eh, nyanyi apa nyindir?!! Masa’ liriknya kayak gitu?”
Agus : “hehehe… Ni…” (sambil menyodorkan kertas hasil tulisan saya beberapa hari yang lalu)
Saya : “Lho!!!” (Sayapun heran, karena tulisan saya kemarin sudah disertakan Cord Gitar disetiap barisnya. Ternyata lagu yang dinyanyikan sahabat saya tadi dari cerita masalah saya.)

Dan beberapa bulan kemudian, akhirnya bersama 2 sahabat saya yang lain, kami sempat membuat sebuah grup music dan menciptakan beberapa lagu yang lain, meskipun hanya bertahan beberapa tahun sampai akhirnya bubar karena tempat tinggal kami yang terpisah.

Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, terkadang bahkan sering dalam kehidupan kita, ketika diri kita sedang mengalami suatu masalah, kita menganggap hal itu sebagai sesuatu yang berat dan tidak mudah untuk diselesaikan. Bahkan tidak jarang kita menganggap seakan-akan hanya diri kita yang mendapatkan ujian seperti itu, tidak ada orang lain yang mempunyai beban yang lebih berat dari pada yang kita alami. Atau bahkan membuat kita putus asa, padahal jelas dikatakan Allah dalam QS Al Baqarah 286 “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya…

Masalah bagi sebagian besar dari kita sering hanya dianggap / dipandang sebagai suatu beban hidup. Yang berakibat kita sering mengeluh, frustasi , depresi atau putus asa seperti yang saya tuliskan di atas. Padahal janji Allah dalam QS Al Insyirah / Alam Nasyrah ayat 5-6 “Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” Maka, bercermin dari ayat tersebut, sudah selayaknyalah kita memandang sebuah masalah itu dari sudut pandang yang lain. Mungkin bisa kita tanyakan pada diri kita “Apa yang bisa kita munculkan dari masalah kita? Peluang apa yang bisa kita dapatkan untuk berkarya dari masalah-masalah kita?”

Coba kita amati di sekitar kita, sebagai contoh, banyak orang sibuk bekerja bahkan tidak sempat mengurus anak-anaknya, juga tidak sempat mengurus pekerjaan rumah, seperti mencuci baju misalnya, dan bagi mereka itu sebuah permasalahan, tapi disisi lain ada yang menganggap dan mengambil itu sebagai peluang, yaitu dengan mendirikan tempat Penitipan Anak atau juga mendirikan usaha Laundry. Dan ternyata, itu hanya sebagian kecil dari yang ada di sekitar kita, karena boleh jadi, setiap usaha yang ada berawal dari permasalahan-permasalahan.

So, Sahabat-sahabat pembaca yang baik hatinya, mari kita mulai mencoba mencari peluang apa yang bisa kita munculkan untuk berkarya, minimal kita mulai dapi permasalahan-permasalahan dalam diri kita sendiri, atau selamanya kita akan menjadi obyek bagi mereka yang cerdas mengubah masalah menjadi peluang. Sekian.

Saya : 100% Kak Wall, Salam.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Artikel Menarik

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 100% Kak Wall -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -